Rabu, 08 Mei 2019

BETERNAK LELE MUTIARA

I.PENDAHULUAN
Lele mutiara, merupakan komoditi baru daru ikan lele yang merupakan hasil penelitian selama 5 tahun lamanya. Pemberian nama lele mutiara ini bukan tanpa arti, namun pemberian nama tersebut mencerminkan kualitas dan juga mutu dari ikan lele tersebut, yakni MU-tu TI-nggi tiada ta-RA.

Ikan Lele Mutiara ini memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih baik dengan masa pemeliharaan yang lebih singkat. Ikan Lele Mutiara ini bisa dipanen saat usianya 40-50 hari setelah tebar benih, dan laju pertumbuhan ikan Lele Mutiara ini lebih cepat dibandingkan varietas lele pada umumnya.


Asal usul Lele Mutiara
Ikan Lele Mutiara ini merupakan hasil peneilitian yang dilakukan di Sukamandi Subang, Jawa Barat. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan jenis ikan lele baru yang memiliki keunggulan untuk budidaya nantinya. Lele Mutiara merupakan hasil perkawinan silang dari ikan lele mesir, paiton, Dumbo, dan juga Sangkuriang yang diseleksi selama 3 generasi pada karakter pertumbuhan.
Keunggulan Lele Mutiara
  • Laju pertumbuhan sangat tinggi : mencapai 10-40% lebih tinggi dibanding ikan lele lain
  • masa panen singkat: benih ikan lele mutiara berukuran 5-7 cm atau 7-9 cm dengan padat tebar 100 ekor/m2 berkisar 40-50 hari, sementara pada padat tebar 200-300 ekor/m2 berkisar 60-80 hari
  • Keseragaman ukuran relatif tinggi: untuk tahap produksi benih akan diperoleh 80-90% benih siap jual dan pemanenan pertama pada tahap pembesaran tanpa sortir akan diperoleh ikan lele ukuran konsumsi sebanyak 70-80%
  • Rasio konversi pakan (FCR = Feed Conversion Ratio) relatif rendah : 0,6-0,8 pada pendederan dan 0,8-1,0 pada pembesaran.
  • Daya tahan ikan lele terhadap penyakit relatif tinggi: sintasan (SR = Survival Rate) pendederan benih berkisar 60-70% pada infeksi bakteri Aeromonas hydrophila (tanpa antibiotik).
  • Toleransi lingkungannya pun juga relatif tinggi: suhu 15-35 oC, pH 5-10, amoniak < 3 mg/L, nitrit < 0,3 mg/L, salinitas 0-10 ‰.
  • Untuk urusan produktivitas relatif tinggi: produktivitas pada tahap pembesaran 20-70% lebih tinggi jika dibandingkan benih-benih ikan lele lain.
II..KALSIFIKASI, DISKRIPSI, MORFOLOGI, DAN HABITATNYA
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum      : Chordata
Kelas       : Pisces
Ordo        : Ostariophysi
Famili      : Claridae
Genus      : Clarias

Spesies    : Clarias gariepinus Burchell
B. Diskripsi dan Ciri Morfologi

  • Lele mutuara memiliki bentuk tubuh memanjang, tida bersisik, serta licin
  • Matanya kecil dengan mukut di ujung moncong berukuran cukup lebar, dimana pada daerah sekitar mukut terdapat empat pasang baebel (sungut peraba) yang berfungsi sebagai sensor untuk peka terhadap lingkungan mauoun mangsa
  • lele mutuara mempunyai alat pernafasan tambahan berupa arborescent berasal dari busur insang yang telah dimodifikasi sehingga memungkunkan lele ini dapat bertahan lebih lama di lingkungan tanpa air maupun di lumour

C. Habitat
Habitat lele mutuara adalah air tawar, dimana lele ini suka pada air sungai, air tanah, air irigasi namn pada dasarnya lele ini relatif tahan pada kuaitas buruk serta tahan padat tebar tinggi.Kualitas air yang optimum untuk budidaya lele mutuara adalah sebagai berikut :

  1. suhu berkisar 15-35 derajad celcius
  2. kandungan oksigen terlarut > 0 mg/lt
  3. pH 5-10
  4. nitrit < 0,3 mg/lt
  5. NH3 < 3 mg/lt

III. CARA BETERNAK LELE MUTIARA
A. Persiapan Kolam
Sebelum mulai proses mengawinkan indukan ikan lele, ada baiknya dipersiapkan terlebih dahulu kolam khusus untuk tempat pemijahan. Kolam untuk percobaan tidak perlu terlalu besar agar memudahkan perawatan bibit lele jika nantinya dapat menetas dengan baik. Selain kolam pemijahan, calon induk lele jantan dan betina baiknya dioptimasi terlebih dahulu agar benar-benar dalam kondisi siap untuk memijah secara alami.
Kolam pemijahan
Pilih lokasi kolam di tempat dengan suasana tenang. Sebagian peternak lele menggunakan area khusus dengan atap plastik di atas kolam. Sebagian lagi lebih suka langsung di ruang terbuka tanpa atap langsung terpapar matahari atau hujan. Alasannya sederhana. Bibit lele yang tumbuh dan dapat bertahan hidup dalam panas dan hujan lebih tangguh dan kuat dibandingkan yang pertama.

Kolam untuk percobaan pemijahan ikan lele ini dibuat dari terpal ukuran 2 m x 3 m. Dengan ketinggian dinding kolam dibuat 40 cm, praktis ukuran kolam pemijahan tinggal kisaran 1,2 m x 2,2 m saja. Pada bagian bawah alas terpal dibuat lubang pembuangan dengan posisi pojok pinggir agar tidak banyak mengganggu pergerakan indukan lele. Saluran pembuangan ini nantinya sekaligus untuk kontrol ketinggian air jika nanti menggunakan model pancuran air mengalir untuk merangsang perkawinan ikan.
B. Persiapan Induk
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kualitas usaha pembenihan lele adalah pemilihan induk lele. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam memilih induk lele yang baik untuk digunakan dalam pembenihan lele.
Induk lele yang baik
Induk lele yang baik setidaknya haru sudah berumur 7 bulan untuk jantan dan berumur satu tahun untuk betina, dengan berat badan antar 1000 sampai 2000 gram, memiliki bentuk badan simetris, tidak cacat, dan lincah Sebaiknya induk lele diambil dan dibesarkan di kolam sejak kecil, agar lebih mudah beradaptasi apabila dipindah dari kolam yang satu ke kolam yang lain, untuk dilakukan pemijahan.
Induk lele betina
Induk lele betina bisanya memiliki warna lebih terang dan kepala lebih besar dibanding dengan induk jantan. Tulang kepala agak pendek dan cembung, perut lebih gembung dan lunak, biasanya gerakannya agak lambat. Alat kelamin (urogenital papilla) berwarna kemerahan berbentuk oval berlobang agak lebar dan jelas terlihat di belakang anus. Apabila di bagian perut di stripping secara manual (diurut) ke arah ekor, akan mengeluarkan ovum/telur berupa cairan kekuning-kuningan.
Induk lele jantan
Induk lele jantan berwarna lebih gelap dan lebih halus, memiliki kepala yang lebih kecil, perut lebih langsing, dan gerakan lebih lincah. Alat kelamin (urogenital papilla) berwarna kemerahan berbentuk bebentuk memanjang ke belakang dan jelas terlihat di belakang anus.
Apabila di bagian perut di stripping secara manual (diurut) ke arah ekor, akan mengeluarkan spermatozoa berupa cairan putih dan kental.
Perawatan induk lele
Ada 3 hal penting yang perlu dilakukan untuk perawatan induk ikan lele, yaitu:
  1. Sebaiknya diberikan makanan yang berprotein tinggi semisal belatung, rayap, bekicot dan pelet atau pakan ikan buatan. Hindari pemberian cacing sutra untuk induk lele karena kandungan lemak pada cacing sutra terlalu tinggi.
  2. Untuk menghidari penularan penyakit, pisahkan induk yang lemah dan sakit, segera obati di kolam yang terpisah.
  3. Atur sirkulasi air bersih yang masuk.
MERAWAT INDUK LELE YANG BAIK
Salah satu syarat agar telur lele dapat menetas sempurna adalah pada pemilihan indukan lele betina yang sudah matang gonad dan pejantan yang sudah benar-benar siap pijah. Banyak para pembenih lele yang mengeluh karena hasil pemijahan kurang maksimal karena telur lele menjadi putih/bonor bahkan separo lebih telur yang tidak menetas. Tentu saja ini adalah masalah bagi petani lele. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? Berikut adalah tips perawatan induk lele agar cepat matang gonad, dari pakan sampai mengatur kualitas air.
Pakan induk lele
Agar induk lele cepat matang gonad salah satu yang harus diperhatikan adalah pakan. Untuk pakan harian biasanya kita beri pelet dengan kandungan protein 30%-33%. Untuk mempercepat proses telur agar matang gonad kita berikan nutrisi yang berupa pakan alternatif untuk induk lele. Dapat kita lakukan dengan cara:

  1. Pakan Alami yang dapat berupa keong mas, cacing tanah, ikan rucah dan daun pepaya.
  2. Pelet induk yang dibibis dengan susu ibu hamil.
Jika cara tersebut kurang praktis anda bisa memberi pakan induk lele dengan pelet yang berprotein tinggi, dapat menggunakan pakan kakap ataupun pakan khusus induk pf128 atau pakan bibit pf100/f999.
Mengatur kualitas air induk lele
Banyak petani lele yang percaya pada bulan-bulan tertentu induk lele kosong telurnya karena sudah melepaskan telur. Sebenarnya ini hanya pengaruh cuaca yang berubah dari musim hujan ke musim kemarau sedangkan perkawinan induk lele pada habitat aslinya adalah saat musim hujan. Untuk masalah ini dapat diatasi dengan mengaliri air tersebut 2 minggu sekali dengan membuang air bagian bawah sebanyak 20% agar ikan terbiasa dengan lingkungan yang dibuat seperti musim hujan.
Pematangan Telur
Salah satu penyebab kegagalan pemijahan yang dilakukan dengan teknik model alami adalah telur induk betina yang belum matang. Juga dari induk lele jantan yang ternyata belum siap untuk membuahi telur. Untuk itu sebelum proses pemijahan indukan lele perlu diberi pakan khusus yang banyak mengandung protein. Bekicot, keong mas, dan udang bisa menjadi menu untuk mempersiapkan indukan lele agar cepat matang. Ada pula pembibit yang suka memberikan katak atau kodok sebagai makanan untuk mempercepat proses kesiapan indukan ikan lele.
Indukan yang digunakan baiknya tidak berasal dari satu kolam, karena kemungkinan besar berasal dari satu pasangan induk yang sama. Ini dapat menurunkan kualitas bibit lele yang dihasilkan nanti, seperti lambatnya pertumbuhan, mudah sakit atau kekurangan fisik semacam bengkok-bengkok dan bungkuk pada tulang belakang ikan.
C. Pelaksanaan pemijahan
Bahan lain yang diperlukan dalam proses pemijahan adalah ijuk untuk induk lele meletakkan telur. Agar ijuk tidak berantakan dan tercerai berai, bisa dijepit dengan pasangan kayu atau bambu. Jika tidak ada bisa diganti dengan lapisan paranet yang dipasang di dasar kolam dengan tindihan batu-bata.
1.     Setelah tahap pemilihan selesai masukkan indukan ikan lele pada kolam yang telah diberi kakaban (bisa ijuk, daun kelapa atau pun genteng tanah) dan diisi air sekitar 30 cm. Lakukan proses pemilihan dan penempatan di kolam pada sore hari antara jam 3 sampai dengan jam 5 sore ( hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan indukan untuk beradaptasi terhadapa lingkungan barunya sebelum melakukan pemijahan dimalam harinya.
2.     Proses pemijahan akan terjadi pada rentang waktu antara tengah malam hingga dini hari. Yang perlu diingat selama induk lele berada di kolam pemijahan jangan memberikan pakan karena dapat memcu stres.
3.     Biarkan induk lele selama semalam di kolam pemijahan dan anda dapat memeriksa kolam saat pagi hari sekitar pukul 5 sampai dengan pukul enam. bila proses pemijahan berhasil akan tampak butiran-butiran kecil berwarna putih kekuningan yang menempel pada ijuk. Biasanya setiap indukan lele yang sehat dan baik akan mengelurkan telur antara 20.000 - 30.000 butir per Kg berat induk betina.
D. Penetasan telur
1.  Langkah selanjutnya adalah pengambilan indukan dari kolam pemijahan. Pengambilan indukan bisa menggunakan seser dengan syarat  lakukan setenang mungkin sehingga indukan tidak melakukan banyak gerakan yang dapat merusak telur di sekitarnya ( ada beberapa metode yang membiarkan indukan jantan tetap dikolam sampai umur tertentu, tetapi metode yg saya praktekkan adalah pengambilan semua indukan)
2. Induk lele yang telah diambil tersebut letakkan pada kolam terpisah (jangan dicapur dengan indukan lele yang lain). Hal tersebut dikarenakan proses pemijahan membutuhkan energi yang cukup besar sehingga induk lele dalam kondisi lemah dan riskan diserang oleh indukan lele lainnya.
3.Kembali mengenai telur yang berada dikolam pemijahan. Kolam yang berisi telur lele tersebut sebaiknya mulai diberi kucuran air untuk memberi pasokan oksigen ke air ( karena proses penetasan membutuhkan oksigen, hal itu pula yang mendasari air untuk pemijahan hanya 30 cm sehingga difusi oksigen dari udara bisa membantu proses penetasan.
4. Setelah 1 - 3 hari biasanya telur lele akan mulai menetas menjadi larva lele yang berwarna transparant . proses penetasan akan berlangsung bertahap memakan waktu 2 - 3 hari
5. Setelah proses penetasan selesai anda dapat mengambil kakaban yang berada di kolam dengan cara pengambilan sedikit digoyang"kan sehingga tidak ada larva lele yang menempel/ terbawa dikakaban (pengambilan kakaban diperlukan agar tidak timbul jamur yang menempel di kakaban dan menyebabkan larva terserang jamur)
6. Larva lele yang telah menetas tidak perlu diberi makan hingga umur 4 hari karena rentang pada rentang waktu tersebut ketersediaan makan untuk larva masih dipenihi oleh yolk (kuning telur) dari larva itu sendiri.
E. Perawatan Larva
Larva yang telah menetas biasanya berwarna hijau dan berkumpul didasar bak penetasan. Untuk menjaga kualitas air, maka sebaiknya selama pemeliharaan dilakukan pergantian air setiap 2 hari sekali sebanyak 50-70 %. Pergantian air ini dimaksudkan untuk membuang kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur yang tidak menetas dan mati. Kotoran-kotoran tersebut apabila tidak dibuang akan mengendap dan membusuk di dasar perairan yang menyebabkan timbulnya penyakit dan menyerang larva. Pembuangan kotoran tersebut dilakukan secara hati-hati agar larva tidak stress atau tidak ikut terbuang bersama kotoran.
Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan panjang tubuh 0,75-1 cm, serta belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva tersebut masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir minyak. Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh larva. Oleh karena itu, larva ikan lele baru akan diberi pakan setelah umur 4 hari (saat cadangan makanan didalam tubuhnya habis). Pakan yang diberikan berupa pakan yang memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar larva ikan lebih mudah dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan, pakan ikan juga bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi. Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing sutra) atau Artemia sp. Pakan tersebut diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pakan yang tersisa
F. Pendederan Benih
·         Kolam untuk pendederan sebaiknya tidak terlalu luas agar memudahkan pengontrolan. Kurang lebih menggunakan ukuran 2×3 atau 3×4 m dengan kedalaman kolam 0,75-1 m. Kolam pendederan sebaiknya memungkinkan dipasangi peneduh seperti paranet, untuk menghindari kematian benih karena terik matahari di musim kemarau apalagi di lahan perkotaan. Menggunakan jaring yang halus agar benih tidak bisa melintas saluran air dan tidak ada hama dari luar yang terbawa masuk ke dalam kolam. Pengeringan kolam sebelum digunakan dengan cara kolam dijemur untuk menghilangkan bibit penyakit yang mungkin tersisa dari aktivitas sebelumnya. Apabila menggunakan kolam tanah, lakukanlah pengolahan tanah dan pemupukan dasar kolam. Pengisian air kolam untuk pembenihan ikan lele, dapat dilakukan secara bertahap.  Pada tahap awal isi kolam dengan kedalaman 20-30 cm.  Hal ini mengingat benih ikan masih sangat kecil, apabila kolam terlampau dalam, maka benih tersebut akan kesulitan  untuk berenang ke atas dan mengambil oksigen dari udara. Setelah benih membesar tambahkan kedalaman kolam secara bertahap, sesuaikan dengan ukuran benih ikan. Setelah berumur 3 minggu menetas di kolam pemijahan dan kepadatan tebar benih lele berkisar 300-600 ekor per-m2, benih ikan lele sudah bisa dipindahkan ke kolam pendederan. Memindahkan benih ikan ke kolam pendederan haruslah berhati-hati bisa menggunakan ember plastik, kemudian isi dengan air dari kolam asal hingga penuh. Ambil benih ikan gunakan jaring yang halus, lalu masukkan ke dalam wadah tadi.  Setelah wadah terisi penuh, angkat dan pindahkan wadah tersebut ke kolam pendederan. Langkah selanjutnya memiringkan agar air di dalam wadah menyatu dengan air kolam pendederan. Diamkan sejenak dan biarkan benih ikan berenang keluar dengan sendirinya dari dalam wadah.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar