I.PENDAHULUAN
Lele
mutiara, merupakan komoditi baru daru ikan lele yang merupakan hasil penelitian
selama 5 tahun lamanya. Pemberian nama lele mutiara ini bukan tanpa arti, namun
pemberian nama tersebut mencerminkan kualitas dan juga mutu dari ikan lele
tersebut, yakni MU-tu TI-nggi tiada ta-RA.
Ikan Lele
Mutiara ini memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih baik dengan masa
pemeliharaan yang lebih singkat. Ikan Lele Mutiara ini bisa dipanen saat
usianya 40-50 hari setelah tebar benih, dan laju pertumbuhan ikan Lele Mutiara
ini lebih cepat dibandingkan varietas lele pada umumnya.
Asal usul Lele Mutiara
Ikan Lele
Mutiara ini merupakan hasil peneilitian yang dilakukan di Sukamandi Subang,
Jawa Barat. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan jenis
ikan lele baru yang memiliki keunggulan untuk budidaya nantinya. Lele Mutiara
merupakan hasil perkawinan silang dari ikan lele mesir, paiton, Dumbo, dan juga
Sangkuriang yang diseleksi selama 3 generasi pada karakter pertumbuhan.
Keunggulan Lele Mutiara
- Laju pertumbuhan sangat tinggi
: mencapai 10-40% lebih tinggi dibanding ikan lele lain
- masa panen singkat: benih ikan
lele mutiara berukuran 5-7 cm atau 7-9 cm dengan padat tebar 100 ekor/m2
berkisar 40-50 hari, sementara pada padat tebar 200-300 ekor/m2 berkisar
60-80 hari
- Keseragaman ukuran relatif
tinggi: untuk tahap produksi benih akan diperoleh 80-90% benih siap jual
dan pemanenan pertama pada tahap pembesaran tanpa sortir akan diperoleh
ikan lele ukuran konsumsi sebanyak 70-80%
- Rasio konversi pakan (FCR =
Feed Conversion Ratio) relatif rendah : 0,6-0,8 pada pendederan dan
0,8-1,0 pada pembesaran.
- Daya tahan ikan lele terhadap
penyakit relatif tinggi: sintasan (SR = Survival Rate) pendederan benih
berkisar 60-70% pada infeksi bakteri Aeromonas hydrophila (tanpa
antibiotik).
- Toleransi lingkungannya pun
juga relatif tinggi: suhu 15-35 oC, pH 5-10, amoniak < 3 mg/L,
nitrit < 0,3 mg/L, salinitas 0-10 ‰.
- Untuk urusan produktivitas
relatif tinggi: produktivitas pada tahap pembesaran 20-70% lebih tinggi
jika dibandingkan benih-benih ikan lele lain.
II..KALSIFIKASI, DISKRIPSI, MORFOLOGI, DAN HABITATNYA
A. Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Pisces
Ordo :
Ostariophysi
Famili :
Claridae
Genus :
Clarias
Spesies : Clarias
gariepinus Burchell
B. Diskripsi dan Ciri Morfologi
- Lele mutuara memiliki bentuk tubuh memanjang, tida bersisik, serta licin
- Matanya kecil dengan mukut di ujung moncong berukuran cukup lebar, dimana pada daerah sekitar mukut terdapat empat pasang baebel (sungut peraba) yang berfungsi sebagai sensor untuk peka terhadap lingkungan mauoun mangsa
- lele mutuara mempunyai alat pernafasan tambahan berupa arborescent berasal dari busur insang yang telah dimodifikasi sehingga memungkunkan lele ini dapat bertahan lebih lama di lingkungan tanpa air maupun di lumour
C. Habitat
Habitat lele mutuara adalah air tawar, dimana lele ini suka pada air sungai, air tanah, air irigasi namn pada dasarnya lele ini relatif tahan pada kuaitas buruk serta tahan padat tebar tinggi.Kualitas air yang optimum untuk budidaya lele mutuara adalah sebagai berikut :
- suhu berkisar 15-35 derajad celcius
- kandungan oksigen terlarut > 0 mg/lt
- pH 5-10
- nitrit < 0,3 mg/lt
- NH3 < 3 mg/lt
III. CARA BETERNAK LELE MUTIARA
A. Persiapan Kolam
Sebelum mulai proses mengawinkan indukan
ikan lele, ada baiknya dipersiapkan terlebih dahulu kolam khusus untuk tempat
pemijahan. Kolam untuk percobaan tidak perlu terlalu besar agar memudahkan
perawatan bibit lele jika nantinya dapat menetas dengan baik. Selain kolam
pemijahan, calon induk lele jantan dan betina baiknya dioptimasi terlebih
dahulu agar benar-benar dalam kondisi siap untuk memijah secara alami.
Kolam pemijahan
Pilih lokasi kolam di tempat dengan suasana tenang. Sebagian peternak lele
menggunakan area khusus dengan atap plastik di atas kolam. Sebagian lagi lebih
suka langsung di ruang terbuka tanpa atap langsung terpapar matahari atau
hujan. Alasannya sederhana. Bibit lele yang tumbuh dan dapat bertahan hidup
dalam panas dan hujan lebih tangguh dan kuat dibandingkan yang pertama.
Kolam untuk percobaan pemijahan ikan lele ini
dibuat dari terpal ukuran 2 m x 3 m. Dengan ketinggian dinding kolam dibuat 40
cm, praktis ukuran kolam pemijahan tinggal kisaran 1,2 m x 2,2 m saja. Pada
bagian bawah alas terpal dibuat lubang pembuangan dengan posisi pojok pinggir
agar tidak banyak mengganggu pergerakan indukan lele. Saluran pembuangan ini
nantinya sekaligus untuk kontrol ketinggian air jika nanti menggunakan model
pancuran air mengalir untuk merangsang perkawinan ikan.
B. Persiapan Induk
Salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi kualitas usaha pembenihan lele adalah pemilihan induk
lele. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam memilih induk lele yang
baik untuk digunakan dalam pembenihan lele.
Induk lele yang baik
Induk lele
yang baik setidaknya haru sudah berumur 7 bulan untuk jantan dan berumur satu
tahun untuk betina, dengan berat badan antar 1000 sampai 2000 gram, memiliki
bentuk badan simetris, tidak cacat, dan lincah Sebaiknya induk lele diambil dan
dibesarkan di kolam sejak kecil, agar lebih mudah beradaptasi apabila dipindah
dari kolam yang satu ke kolam yang lain, untuk dilakukan pemijahan.
Induk lele betina
Induk lele
betina bisanya memiliki warna lebih terang dan kepala lebih besar dibanding
dengan induk jantan. Tulang kepala agak pendek dan cembung, perut lebih gembung
dan lunak, biasanya gerakannya agak lambat. Alat kelamin (urogenital papilla)
berwarna kemerahan berbentuk oval berlobang agak lebar dan jelas terlihat di
belakang anus. Apabila di bagian perut di stripping secara manual (diurut) ke
arah ekor, akan mengeluarkan ovum/telur berupa cairan kekuning-kuningan.
Induk lele jantan
Induk lele
jantan berwarna lebih gelap dan lebih halus, memiliki kepala yang lebih kecil,
perut lebih langsing, dan gerakan lebih lincah. Alat kelamin (urogenital
papilla) berwarna kemerahan berbentuk bebentuk memanjang ke belakang dan jelas
terlihat di belakang anus.
Apabila di
bagian perut di stripping secara manual (diurut) ke arah ekor, akan
mengeluarkan spermatozoa berupa cairan putih dan kental.
Perawatan induk lele
Ada 3 hal
penting yang perlu dilakukan untuk perawatan induk ikan lele, yaitu:
- Sebaiknya diberikan makanan
yang berprotein tinggi semisal belatung, rayap, bekicot dan pelet atau
pakan ikan buatan. Hindari pemberian cacing sutra untuk induk lele karena
kandungan lemak pada cacing sutra terlalu tinggi.
- Untuk menghidari penularan
penyakit, pisahkan induk yang lemah dan sakit, segera obati di kolam yang
terpisah.
- Atur sirkulasi air bersih yang masuk.
MERAWAT
INDUK LELE YANG BAIK
Salah satu
syarat agar telur lele dapat menetas sempurna adalah pada pemilihan indukan
lele betina yang sudah matang gonad dan pejantan yang sudah benar-benar siap
pijah. Banyak para pembenih lele yang mengeluh karena hasil pemijahan kurang
maksimal karena telur lele menjadi putih/bonor bahkan separo lebih telur yang
tidak menetas. Tentu saja ini adalah masalah bagi petani lele. Bagaimana cara
mengatasi masalah tersebut? Berikut adalah tips perawatan induk lele agar cepat
matang gonad, dari pakan sampai mengatur kualitas air.
Pakan induk
lele
Agar induk lele cepat matang gonad salah satu yang harus diperhatikan adalah
pakan. Untuk pakan harian biasanya kita beri pelet dengan kandungan protein
30%-33%. Untuk mempercepat proses telur agar matang gonad kita berikan nutrisi
yang berupa pakan alternatif untuk induk lele. Dapat kita lakukan dengan cara:
- Pakan Alami yang dapat berupa
keong mas, cacing tanah, ikan rucah dan daun pepaya.
- Pelet induk yang dibibis dengan
susu ibu hamil.
Jika cara
tersebut kurang praktis anda bisa memberi pakan induk lele dengan pelet yang
berprotein tinggi, dapat menggunakan pakan kakap ataupun pakan khusus induk
pf128 atau pakan bibit pf100/f999.
Mengatur kualitas air induk lele
Banyak petani lele yang percaya pada bulan-bulan tertentu induk lele kosong telurnya karena sudah melepaskan telur. Sebenarnya ini hanya pengaruh cuaca yang berubah dari musim hujan ke musim kemarau sedangkan perkawinan induk lele pada habitat aslinya adalah saat musim hujan. Untuk masalah ini dapat diatasi dengan mengaliri air tersebut 2 minggu sekali dengan membuang air bagian bawah sebanyak 20% agar ikan terbiasa dengan lingkungan yang dibuat seperti musim hujan.
Banyak petani lele yang percaya pada bulan-bulan tertentu induk lele kosong telurnya karena sudah melepaskan telur. Sebenarnya ini hanya pengaruh cuaca yang berubah dari musim hujan ke musim kemarau sedangkan perkawinan induk lele pada habitat aslinya adalah saat musim hujan. Untuk masalah ini dapat diatasi dengan mengaliri air tersebut 2 minggu sekali dengan membuang air bagian bawah sebanyak 20% agar ikan terbiasa dengan lingkungan yang dibuat seperti musim hujan.
Pematangan Telur
Salah satu penyebab kegagalan pemijahan yang
dilakukan dengan teknik model alami adalah telur induk betina yang belum
matang. Juga dari induk lele jantan yang ternyata belum siap untuk membuahi
telur. Untuk itu sebelum proses pemijahan indukan lele perlu diberi pakan
khusus yang banyak mengandung protein. Bekicot, keong mas, dan udang bisa
menjadi menu untuk mempersiapkan indukan lele agar cepat matang. Ada pula
pembibit yang suka memberikan katak atau kodok sebagai makanan untuk
mempercepat proses kesiapan indukan ikan lele.
Indukan yang digunakan baiknya tidak berasal dari
satu kolam, karena kemungkinan besar berasal dari satu pasangan induk yang
sama. Ini dapat menurunkan kualitas bibit lele yang dihasilkan nanti, seperti
lambatnya pertumbuhan, mudah sakit atau kekurangan fisik semacam
bengkok-bengkok dan bungkuk pada tulang belakang ikan.
C. Pelaksanaan pemijahan
Bahan lain yang diperlukan dalam proses pemijahan adalah ijuk
untuk induk lele meletakkan telur. Agar ijuk tidak berantakan dan tercerai
berai, bisa dijepit dengan pasangan kayu atau bambu. Jika tidak ada bisa
diganti dengan lapisan paranet yang dipasang di dasar kolam dengan tindihan
batu-bata.
1. Setelah tahap
pemilihan selesai masukkan indukan ikan lele pada kolam yang telah diberi
kakaban (bisa ijuk, daun kelapa atau pun genteng tanah) dan diisi air sekitar
30 cm. Lakukan proses pemilihan dan penempatan di kolam pada sore hari antara
jam 3 sampai dengan jam 5 sore ( hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan
indukan untuk beradaptasi terhadapa lingkungan barunya sebelum melakukan
pemijahan dimalam harinya.
2. Proses pemijahan akan
terjadi pada rentang waktu antara tengah malam hingga dini hari. Yang perlu
diingat selama induk lele berada di kolam pemijahan jangan memberikan pakan
karena dapat memcu stres.
3. Biarkan induk lele
selama semalam di kolam pemijahan dan anda dapat memeriksa kolam saat pagi hari
sekitar pukul 5 sampai dengan pukul enam. bila proses pemijahan berhasil akan
tampak butiran-butiran kecil berwarna putih kekuningan yang menempel pada ijuk.
Biasanya setiap indukan lele yang sehat dan baik akan mengelurkan telur antara
20.000 - 30.000 butir per Kg berat induk betina.
D. Penetasan telur
1. Langkah selanjutnya
adalah pengambilan indukan dari kolam pemijahan. Pengambilan indukan bisa
menggunakan seser dengan syarat lakukan setenang mungkin sehingga indukan
tidak melakukan banyak gerakan yang dapat merusak telur di sekitarnya ( ada
beberapa metode yang membiarkan indukan jantan tetap dikolam sampai umur
tertentu, tetapi metode yg saya praktekkan adalah pengambilan semua indukan)
2. Induk lele yang
telah diambil tersebut letakkan pada kolam terpisah (jangan dicapur dengan
indukan lele yang lain). Hal tersebut dikarenakan proses pemijahan membutuhkan
energi yang cukup besar sehingga induk lele dalam kondisi lemah dan riskan
diserang oleh indukan lele lainnya.
3.Kembali mengenai telur
yang berada dikolam pemijahan. Kolam yang berisi telur lele tersebut sebaiknya
mulai diberi kucuran air untuk memberi pasokan oksigen ke air ( karena proses
penetasan membutuhkan oksigen, hal itu pula yang mendasari air untuk pemijahan
hanya 30 cm sehingga difusi oksigen dari udara bisa membantu proses penetasan.
4. Setelah 1 - 3 hari
biasanya telur lele akan mulai menetas menjadi larva lele yang berwarna
transparant . proses penetasan akan berlangsung bertahap memakan waktu 2 - 3
hari
5. Setelah proses
penetasan selesai anda dapat mengambil kakaban yang berada di kolam dengan cara
pengambilan sedikit digoyang"kan sehingga tidak ada larva lele yang
menempel/ terbawa dikakaban (pengambilan kakaban diperlukan agar tidak timbul
jamur yang menempel di kakaban dan menyebabkan larva terserang jamur)
6. Larva lele yang telah
menetas tidak perlu diberi makan hingga umur 4 hari karena rentang pada rentang
waktu tersebut ketersediaan makan untuk larva masih dipenihi oleh yolk (kuning
telur) dari larva itu sendiri.
E. Perawatan Larva
Larva yang telah menetas biasanya berwarna hijau dan berkumpul didasar bak
penetasan. Untuk menjaga kualitas air, maka sebaiknya selama pemeliharaan
dilakukan pergantian air setiap 2 hari sekali sebanyak 50-70 %. Pergantian air
ini dimaksudkan untuk membuang kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur
yang tidak menetas dan mati. Kotoran-kotoran tersebut apabila tidak dibuang
akan mengendap dan membusuk di dasar perairan yang menyebabkan timbulnya
penyakit dan menyerang larva. Pembuangan kotoran tersebut dilakukan secara
hati-hati agar larva tidak stress atau tidak ikut terbuang bersama kotoran.
Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan
panjang tubuh 0,75-1 cm, serta belum memiliki bentuk morfologi yang definitif
(seperti induknya). Larva tersebut masih membawa cadangan makanan dalam bentuk
kuning telur dan butir minyak. Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk
proses perkembangan organ tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan
(feeding), seperti sirip, mulut, mata dan saluran pencernaan. Kuning telur
tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan proses
perkembangan organ tubuh larva. Oleh karena itu, larva ikan lele baru akan
diberi pakan setelah umur 4 hari (saat cadangan makanan didalam tubuhnya
habis). Pakan yang diberikan berupa pakan yang memiliki ukuran yang sesuai
dengan bukaan mulut larva agar larva ikan lebih mudah dalam mengkonsumsi pakan
yang diberikan, pakan ikan juga bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa
oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi. Salah satu contoh
pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele tersebut berumur 4 hari adalah
emulsi kuning telur. Pada saat lele berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan
berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing sutra) atau Artemia sp. Pakan
tersebut diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari dan
agar tidak mengotori air pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pakan yang
tersisa
F. Pendederan Benih
·
Kolam untuk
pendederan sebaiknya tidak terlalu luas agar memudahkan pengontrolan. Kurang
lebih menggunakan ukuran 2×3 atau 3×4 m dengan kedalaman kolam 0,75-1 m. Kolam
pendederan sebaiknya memungkinkan dipasangi peneduh seperti paranet, untuk
menghindari kematian benih karena terik matahari di musim kemarau apalagi di
lahan perkotaan. Menggunakan
jaring yang halus agar benih tidak bisa melintas saluran air dan tidak ada hama
dari luar yang terbawa masuk ke dalam kolam. Pengeringan
kolam sebelum digunakan dengan cara kolam dijemur untuk menghilangkan bibit
penyakit yang mungkin tersisa dari aktivitas sebelumnya. Apabila
menggunakan kolam tanah, lakukanlah pengolahan tanah dan pemupukan dasar kolam.
Pengisian air kolam untuk pembenihan ikan lele, dapat dilakukan secara
bertahap. Pada tahap awal isi kolam dengan kedalaman 20-30 cm. Hal
ini mengingat benih ikan masih sangat kecil, apabila kolam terlampau dalam,
maka benih tersebut akan kesulitan untuk berenang ke atas dan mengambil
oksigen dari udara. Setelah
benih membesar tambahkan kedalaman kolam secara bertahap, sesuaikan dengan
ukuran benih ikan. Setelah
berumur 3 minggu menetas di kolam pemijahan dan kepadatan tebar benih lele
berkisar 300-600 ekor per-m2, benih ikan lele sudah bisa dipindahkan ke kolam
pendederan. Memindahkan
benih ikan ke kolam pendederan haruslah berhati-hati bisa menggunakan ember
plastik, kemudian isi dengan air dari kolam asal hingga penuh. Ambil benih ikan
gunakan jaring yang halus, lalu masukkan ke dalam wadah tadi. Setelah
wadah terisi penuh, angkat dan pindahkan wadah tersebut ke kolam pendederan. Langkah
selanjutnya memiringkan agar air di dalam wadah menyatu dengan air kolam
pendederan. Diamkan sejenak dan biarkan benih ikan berenang keluar dengan
sendirinya dari dalam wadah.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar