Kamis, 14 November 2019

BUDIDAYA LELE SECARA INTENSIF DI LAHAN SEMPIT DENGAN SYSTEM BIOFLOG

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang bernilai ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Ikan lele memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi (Suyanto 2006). Selain itu ikan lele mudah dibudidayakan karena mampu hidup dalam kondisi air yang jelek dengan kadar oksigen yang rendah dan mampu hidup dalam kepadatan yang sangat tinggi.
B. Mengapa lele Direkomendasikan ?

  • mudah dibudidayakan
  • cepat besar
  • rasa dagingnya enak
  • kandungan protein cukup tinggi
  • harga jual terjangkau masyarakat
  • prospek paar terbuka


II.. KLASIFIKASI, MORFOLOGI, HABITAT DAN KEBIASAN HIDUP LELE
A. Klasifikasi
Kingdom         :Animalia
Sub Kingdom  :Metazoa
Filum               :Chordata
Sub Filum        :Vertebrata
Kelas               :Pisces
Sub Kelas        :Teleostei
Ordo                :Ostariophysi
Sub Ordo        :Siluroidea
Famili              :Clariidae
Genus              :Clarias

Spesies            :Clarias gariepinus
B., Morfologi
Ø  Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya mengandung sedikit oksigen.
Ø  Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang memanjang pipih ke bawah (depressed), berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba.
Ø  Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6 dan jumlah sungut sebanyak empat pasang, satu pasang diantaranya lebih panjang dan besar.
Ø  Sirip dada dilengkapi dengan sepasang duri tajam atau patil yang memiliki panjang mencapai 40 mm terutama pada ikan lele dewasa, sedangkan pada ikan lele yang sudah tua sudah berkurang racunnya.

Ø  Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku dan panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran mata sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk viliform dan menempel pada rahang (Rahardjo dan muniarti,1984).
C. Habitat
Ø  Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. 
Disungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau,waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lengkungan hidup ikan lele.
Ø  Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu ikan lele ahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen.

Ø  Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh karena itu ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. 
D. Kebiasan hidup dan makan
Ø  Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi. (0-700 m dpl)
Ø  Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya 20o C, pertumbuhannya agak lambat.
Ø  Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik. 
Ø  Lele tidak pernah ditemukan hidup di air payau atau asin (Suyanto2004).
Ø  Ikan lele dapat hidup normal di lingkungan yang memiliki kandungan oksigen terlarut 4 ppm dan
Ø  air yang ideal mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm, namun pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata air, saluran irigasi ataupun air sumur (Suyanto, 2006).
Ø  Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah :
·         suhu yang berkisar antara 20o-30o C, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27o C,
·         kandunganoksigen terlarut > 3 ppm,
·         pH 6,5-8 dan
·          NH3 sebesar 0,05 ppm.

·    Ikan lele digolongkan ke dalam kelompok omnivora (pemakan segala) dan mempunyai sifat scavanger yaitu ikan pemakan bangkai. Selain pakan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pelet. Jumlah paakan yang diberikan sebanyak 3% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam dengan frekuensi 2-3 kali sehari (Khairuman dan Amri,2002) .
III. JENIS JENIS BUDIDAYA
A. Cara Tradisional
Cara tradisional bayak dilakukan oleh pelaku dizaman dahulu kala, dimana lingkngan mash cukup luas dan subur, sehingga ikan hanya dipeihara tanpa diberi pakan ckup tersedia pakan alami di kolam.. Kolam umumnya kolam tanah dengan ukuran ckup luas, sdan ada upaa penumbuhan paka alami seelum kolam dipergunakan.
B. Semi Intensif
Cara iini mulai dikembangkan eea tahun delapan puluhan karena adanya program intensifikasi kolam. Sellain ada upaya penumbuhan pakan alami, pada cara ini juga mulai diberikan pakan tambahan kurang lebih 6075% dari kebutuhan pakan.
C. Intensif
Cra terakhir ini adalah mulai dikembangkan di era duaribuan sekian, dimana tuntutan akan produksi ikan semakin meningkat dengan penerapan teknologi maju mualai pengelolaan kualitas air, pemberian pakan, sampai penambahan probiotik baik pada aplikasi akan ataupun pengelolaan kualitas air.
IV. CARA PENERAPAN BDIDAYA LELE SYSTEM INTENSIF DENGAN BIOFLOG
Ø  Pertama-tama kolam diisi air sedalam 80-100 cm kemudian disterilisasi
Ø  Sterilisasi dilakukan dengan cara pemberian kaporit 20-30 gram/m3 air lalu diaerasi selama 3 hari sampai bau kaporit hilang
Ø  Tambahkan garam 1-3 kg/m3 air lalu diaerasi kembali
Ø  Esok harinya diberikan kapur dolomite 100 gram/m3 air
Ø  Keesokan harinya berikan molasi/tetes tebu 100 ml/m3 dan probiotik sera tambahkan pupuk kandang
Ø  Diamkan selama 4 hari sampai plankton tumbuh
Ø  Pada hari ke-5 tebar benih yang baik/unggul yang memiliki daya tahan yang tinggi dengan kepadatan tinggi 250-500/m2
Ø  Pembetian pakan 100% pellet yang diberikan 2 kali sehari

Ø  Pakan sebelum diberikan harus difermentasi terlebih dahulu yaitu dengan menambahkan probiotik yang dicampurkan pada pakan 5 ml/kg pakan
.

Minggu, 30 Juni 2019

HAMA DAN PENYAKIT LELE


I.PENDAHULUAN
Dalam beternak lele, hama merupakan gangguan yang bersumber dari organisme besar baik yang sifatnya predator, penggangu dan pesaing. Hama ikan lele yang bersifat predator adalah musang, linsang, dan ular. Di daerah perkotaan kucing pun kadangkala menjadi hama yang perlu di waspadai. Selain itu, ada juga katak yang merupakan predator bagi benih lele yang masih kecil.
Hama yang dikategorikan pengganggu adalah belut, terutama untuk yang beternak lele di kolam tanah. Binatang ini seringkali membuat lubang di pematang sehingga kolam bocor. Hama yang dikategorikan pesaing adalah Ikan gabus atau mujair, karena ikan ini bisa berkembang biak dalam kolam melalui saluran masuk atau keluar air.
Penanggulangan dari serangan hama bisa dilakukan dengan berbagai hal seperti memagari pinggiran kolam, menyaring jalan masuk dan keluar air, sampai menutup kolam dengan paranet. Apabila kita beternak lele secara intensif, biasanya gangguan hama jarang terjadi karena kolam relatif terawasi terus menerus
Penyakit ikan lele hampir sama dengan penyakit yang ditemui pada ikan tawar lainnya. Penyakit yang biasa menyerang terdiri dari penyakit infeksi yang disebabkan jamur, protozoa, bakteri dan virus. Berikut beberapa penyakit ikan lele yang disebabkan oleh infeksi


II. JENIS JENIS HAMA
Hama ikan adalah semua makhluk hidup (hewan) baik yang berukuran tubuh lebih kecil, sama ataupun lebih besar dari tubuh ikan yang keberadaannya tidak diinginkan karena mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Dengan kata lain hama ikan adalah semua makhluk hidup yang dapat memangsa, mengganggu ataupun menjadi pesaing hidup dalam suatu habitat ikan. Secara umum, berdasarkan sifat hidupnya hama pada ikan dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu predator, kompetitor dan pengganggu.
.A.Predator
Predator adalah hama ikan yang bersifat memangsa atau sebagai pemangsa ikan. Umumnya predator adalah binatang karnivora (pemakan daging) yang memburu dan menyantap ikan sebagai targetnya. Predator tidak selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya, ada juga predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa. Biasanya predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa memiliki senjata khusus yang mematikan, misalnya bisa atau racun. Predator dengan ukuran tubuh lebih besar dari mangsa biasanya memangsa ikan dalam jumlah banyak dan dilakukan berkali-kali. Predator ini biasanya menetap di kolam ikan dan lingkungan sekitar kolam, dan ada juga yang sengaja datang dari jauh untuk mencari makan.
Jenis-jenis predator ikan bermacam-macam, yaitu dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat, serangga atau insekta air. Contoh jenis ikan yang dapat menjadi predator adalah ikan tagih (Mystus nemurus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcalifer), ikan bulan-bulan (Megalops cyprinides), belut dan ikan gabus. Predator ikan lainnya adalah linsang, ular, kura-kura, labi-labi, biawak, burung bangau, burung kuntul, burung blekok, burung ibis, burung raja udang, anjing dan katak.
Sedangkan predator dari golongan serangga/insekta air umumnya ditemukan di kolam pembenihan ikan. Predator jenis ini menyerang dan memangsa larva dan benih ikan. Karakteristik predator benih ikan bermacam-macam, ada yang langsung memangsa, membunuh kemudian memangsa bangkai ikan setelah beberapa waktu dan ada juga predator yang hanya menghisap cairan tubuh benih ikan.
B..Kompetitor
Kompetitor adalah hewan atau organisme yang sama-sama berada dalam satu habitat ikan dimana keberadaannya tidak diinginkan karena menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak ikan. Kompetitor dapat berupa ikan maupun jenis hewan lain yang berada dalam suatu areal habitat ikan. Contoh kompetitor yang sering menimbulkan persaingan memperoleh makanan adalah ikan mujair. Keberadaan ikan ini dalam suatu habitat ikan budidaya cukup berbahaya, ikan mujair dikenal sangat rakus dan mudah berkembang biak sehingga populasinya cepat meningkat. Oleh karena itu keberadaan ikan mujair dapat menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak. Jenis hama kompetitor lainnya yaitu yuyu (Saesarma spp.), kepiting (Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong dan sebagainya. Keberadaan hewan kompetitor tersebut menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu, seprti lambatnya pertumbuhan dan bahkan menimbulkan kematian.
III. JENIS JENIS PENYAKIT LELE
penyakit ikan adalah suatu gejala fisiologis ikan yang disebabkan oleh suatu parasit atau faktor lingkungan yang tidak sesuai. Munculnya penyakit pada ikan selain dipengaruhi kondisi ikan yang lemah juga cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut. Beberapa faktor ynag menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan antara lain sebagai berikut :
a. Adanya serangan organisme parasit
b. Lingkungan yang tercemar (ammonia, sulfide atau bahan-bahan kimia beracun)
c. Lingkungan dengan fluktuasi suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
d. Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
e. Kondisi tubuh ikan yang lemah karena faktor genetic (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).
Penyakit ikan terjadi jika ikan (inang), hidup dalam lingkungan perairan yang kurang sesuai untuk kehidupan ikan, tetapi mendukung patogen untuk memperbanyak diri atau berkembang biak. Ini akan menyebabkan perubahan secara patofisiologi pada organ-organ tubuh ikan. Timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit.
Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Jika pertahanan tubuh inang lemah dan patogen yang terdapat dalam tubuh inang banyak, tetapi lingkungan tetap sesuai dan mendukung untuk meningkatkan ketahanan tubuh inang maka penyakit tidak akan muncul karena patogen tidak dapat berkembang biak
Hubungan antara parasit, ikan (inang) dan faktor lingkungan terhadap terjadinya penyakit pelu diketahui agar dapat melakukan upaya pengendalian.
1.    Ikan
Ikan merupakan sasaran atau inang dari penyakit. Ikan sehat memiliki kemampuan mempertahankan diri dari serangan berbagai penyakit dengan adanya mekanisme pertahanan diri. Kemampuan ikan mempertahankan diri dari serangan penyakit tergantung pada kesehatan ikan dan lingkungan. Jika kesehatan ikan menurun atau kondisi lingkungan kurang menunjang, maka ikan akan mengalami stres, sehingga menurunkan kemampuannya mempertahankan diri dari serangan penyakit
2. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini air, merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Stressor (faktor lingkungan) dalam sistem budidaya ikan meliputi stressor 1) fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan air) 2) kimiawi (pH, NH3, NO2, CO2, buangan metabolik, logam berat), 3) biologis (padat tebar, keberadaan hama) dan 4) prosedural budidaya (penebaran, sampling, pergantian air, pergantian wadah, pemanenan). Ikan yang mengalami stres akan mengalami rangkaian perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang disebut general adaptive syndrome (GAS). Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
3.    Parasit
Penyakit ikan yang disebabkan oleh organisme parasit umumnya menimbulkan kerugian cukup besar. Karakteristik khusus yang terdapat pada penyakit ikan yang menyebabkan infeksi adalah kemampuan untuk menularkan penyakit (transmisi) dari satu ikan ke ikan yang lain secara langsung dimana organisme parasit sering menyebabkan infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka karena gesekan dengan benda keras atau berhasil meloloskan diri dari serangan hama. Tetapi jika terlambat mengobatinya, tubuh ikan yang luka akan mengalami infeksi sekunder yang disebabkan oleh serangan organisme parasit.
B. Pengelompokan Jenis-jenis Penyakit pada Ikan
Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak lansung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit.
Secara garis besar, jenis-jenis penyakit pada ikan dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai berikut ;
1.    Penyakit Parasiter/Infektif (Infectious disease)
Adalah penyakit yang disebabkan oleh aktivitas organisme parasit. Organisme yang sering menyerang ikan peliharaan antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik. Bakteri dan virus akan menyebabkan infeksi pada ikan budidaya, sementara yang disebabkan oleh parasit akan mengakibatkan investasi pada ikan budidaya.
1) Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron.
Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air.
Pengendalian: memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air.
Pengobatan: melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/ hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
2) Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum).
Gejala: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
3) Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.
Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.
4) Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.
Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
5) Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.
Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.
Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.
6) Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga
menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
2.    Penyakit Non Parasiter/Non Infektif (Non Infectious disease)
Adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan faktor penyebabnya yaitu sebagai berikut ;
a).    Faktor lingkungan
Penyakit non parasiter yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan, antara lain pH air terlalu tinggi/rendah, kandungan oksigen terlarut terlalu tinggi/rendah, perubahan temperatur air secara tiba-tiba, adanya gas beracun hasil penguraian bahan organik (gas metan, ammonia atau asam belerang), adanya polusi dari pestisida (insektisida atau herbisida), limbah industri atau limbah rumah tangga.
b).    Faktor pakan/nutrisi
Salah satu penyakit non parasiter akibat pakan adalah kelaparan. Kelaparan merupakan kekurangan nutrisi yang bersifat absolut. Kelaparan pada ikan menunjukkan gejala seperti anemia dan hambatan pertumbuhan. Contoh lainnya adalah penyakit yang disebabkan karena kualitas pakan yang diberikan kurang baik (malnutrition) antara lain karena kekurangan vitamin, gizinya rendah, bahan pakan yang digunakan telah busuk atau mengandung racun.
c).    Faktor genetik/turunan
Penyakit yang disebabkan oleh turunan, misalnya bentuk fisik dan kelainan- kelainan tubuh yang sudah ada sejak lahir, seperti tubuh bengkok, larva ikan yang cacat, sisik tidak lengkap atau sirip melengkung. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan, dimana faktor keturunan sangat berpengaruh langsung terhadap penampilan fisik ikan. Untuk mencegahnya harus dilakukan seleksi induk yang ketat pada saat melakukan breeding. Variasi genetika ini juga dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme, tutup insang yang tidak dapat menutup sempurna, ikan menjadi kerdil dan cacat.

IV. CARA MENANGGUANGI HAMA DAN PENYAKIT LELE

A.   UPAYA PENCEGAHAN
         Tindakan pencegahan terutama ditujukan untuk mencegah masuknya wabah penyakit kedalam tempat budidaya ikan,  atau mencegah meluasnya wilayah yang terkena serangan penyakit dalam upaya mengurangi kerugian produksi akibat timbulnya wabah penyakit.
Beberapa tindakan upaya pencegahan antara lain melalui sanitasi kolam, alat-alat, ikan yang akan dipelihara serta lingkungan tempat budidaya.

a.  Sanitasi kolam
     Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan, pemjemuran dan pengapuran dengan kapur tohor atau kapur pertanian sebanyak 50-100 gram/m yang ditebar secara merata dipermukaan tanah dasar kolam dan sekeliling pematang kolam. Setelah dikapur biarkan dalam keadaan kering selama 3-5 hari, baru kemudian kolam dipupuk dan diairi. Bahan lain yang bisa digunakan untuk sanitasi kolam diantaranya kalium permanganat (PK) yang ditebarkan pada kolam yang telah diairi sebanyak 10-20 gram/mair dan dibiarkan selama 2 jam, baru kemudian dimasukan air baru dan ditebari ikan setelah kondisi air normal kembali.

b.  Sanitasi perlengkapan dan peralatan.
Perlengkapan dan peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaaan suci hama, dengan cara merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selam 30-60 menit. Pengunjung dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan memegang dan atau mencelupkan bagian tubuh kedalam media air pemeliharaan sebelum disuci hamakan.

c.  Sanitasi Ikan tebaran
Lele dumbo yang akan ditebarkan sebaiknya selalu diperiksa dahulu. Bila menunjukan gejala kelainan atau sakit maka lele tersebut harus dikarantinakan terlebih dahulu untuk diobati. Namun lele dumbo yang akan ditebar dan dianggap sehat pun, sebelum ditebar sebaiknya direndam dahulu dalam larutan PK dengan dosisi 20 gr/m3 air, atau dalam larutan methylin blue 20 ppm, atau dengan formalin 1cc/10 liter air, masing – masing selama 10 -15 menit. Bila sanitasi ikan tebaran akan menggunakan obat-obatan alami dapat dilakukan dengan cara merendam lele dumbo yang akan di tebar dalam ektrak cair sambiloto dengan dosis 25 ppm, atau dalam ektrak cair rimpang kunyit dengan dosis 15 ppm atau dapat juga menggunkan ektrak cair daun dewa dengan dosis 25 ppm, perendaman masing masing selama 30 -60 menit. 

d. Menjaga lingkungan tempat budidaya
     Upaya perlindungan gangguan dari penyakit lele dumbo adalah dengan menjaga kondisi lingkungan atau kondisi ekologis perairan dengan cara setiap kolam /bak pemeliharaan lele dumbo diusahakan mendapat air yang baru dan masih segar, telah melalui sistem filtrasi dan diusahakan agar bahan- bahan organik seperti sampah yag memungkinkan masuk kedalam kolam sedapat mungkin dihindari

B.   PENGOBATAN/PENGENDALIAN PENYAKIT


NO
JENIS PBENYAKIT
PENGOBATAN/PEMBERANTASN
ALAMI
KIMIA
1
Tricodina/
cyclochaeta
1. Perendaman dalam  20 gr serbuk sambiloto dalam 100 liter air bersih selama 12 jam. Sebanyak 3 kali berturut – turut selama 3 hari. 
1. Dimandikan dalam larutan garam dapur (NaCl) 2.5 % atau 2.5 gr Na CL dalam 100 ml Air bersih sebanyak 3 kali berturut – turut selama 3 hari
2. Perendaman dalam ramuan, buah mahkota dewa 20 gram, Rempang kunyit 30 gram dan daun miana 25 gram. Semua bahan direbus dalam 1 liter air sampai tersisa 500 cc. Air rebusan dicampur 100 liter air bersih untuk peren daman selama 24 jam. Pengobatan dilakkan 3 kali berturut-turut.
2. Perendaman dengan formalin konsentrasi 25 mg/l atau 2,5 gr formalin dalam 100 liter air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit ditempat yang teduh. Pengobatan diulangi 2 -3 kali dalam jangka waktu 2-3 hari.
2
Bintik Putih  (white spot)
1Perendaman dengan serbuk kunyit 50 gram dalam air 100 liter, dengan suhu air 28-30oC selama 24 jam. Pengobatan dilakukan 3 kali berturut-turut. 
1.Perendaman dalam larutan metil biru 0.1 gr dalam 100 ml air bersih Masukan ikan yang sakit dan biarkan selama 24 jam
2. Perendaman dalam ramuan segar daun dewa 30 gram, daun sambiloto 25 gram, buah mahkota dewa 30 gram dan daun jarak ulung 25 gram. Semua bahan direjang kecil-kecil, direbus dalam air 1 liter sampai tersisa 500 cc. Air rebusan dicampur 100 liter air bersih dengan suhu 28-30oC. Untuk perendaman selama 24 jam. Pengobtan dilaku kan 3 kali berturut-turut.
2. Perendaman dalam larutan chinine tripaflavin dan vinanol, dosis nya 10 ppm ( 10 mg/l air ) selama tiga hari berturut turut. menit.

3
Aeromonas (Bercak merah)
1. Perendaman dalam ekstrak cair lengkuas 25 ppm selama 24 jam. Perendaman dilakukan berulang-ulang sampai ikan sembuh.
1. Perendaman dalam nitrofuran 5-10 ppm selama 12-24 jam.
2. Perendaman dalam irisan buah mahkota dewa segar sebanyak 40 gram dalam air 100 liter selama 24. jam. Pengobatan dilakukan berulang-ulang.
2.Perendaman dalam PK 10 – 20 ppm selama 30-60 menit atau 3-5 ppm selama 12-24 jam
3. Ramuan serbuk daun dewa 15 gram, serbuk daun sambiloto 20 gr dan serbuk daun jalak ulung  15 gram dicampur dalam setiap  kilogram makanan. Diberikan selama 1-2 minggu sebanyak 3% biomas/hari.
3.Perendaman dengan oxytetra cyclin 5 ppm selama 24 jam, imequyl 5 ppm selama 24 jam, bytril 5-8 ml/m3 selama waktu tak terbatas.
4
Phyto-parasites/ jamur
Telur yang akan ditetaskan direndam terlebih dahulu dalam ekstrak cair sambiloto sebanyak 25 gram, atau ekstrak cair daun miana sebanyak 25 gram dalam air 100 liter selama 60 menit.
Telur yang akan ditetaskan sebaiknya direndam dahulu dlm larutan malachite green 0.15 ppm selama 30 -60 menit. Larutan tersebut dapat dibuat dari 150 mg malachyte green dicampur kedalam 1000 l air bersih
2. Untuk lele berukuran besar dapat diobati dengan olesan obat oles/krim daun dewa, atau krim sambiloto. Sebelum dioles, terlebih dahulu jamur dicabut atau dipotong dari tubuh ikan.
3.Olesan bisa dilakukan pada ikan berukuran besar dengan obat merah 2 % yang diencerkan 10 kali ( 1 bagian obat dicampur dengan 9 bagian air )

DAFTAR PUSTAKA
Prihartono Eko, Juansyah R, dan Usni Arie, Mengatasi Permasalahan   Budidaya Lele dumbo. Penebar swadaya, cet 3, Jakarta   2001.
Susanto, H. Ikan Lele. Kanisius Yogyakarta
Sudewo, Bambang. Tanaman Obat Populer, Agro Media Pustaka, Jakarta. 2004.

Syambas M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lele Dumbo Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.