Kebutuhan cacing sutra semakin
tinggi dengan jumlah produksi cacing dalam negeri masih sangat rendah. Para pebisnis ikan hias dan usaha pembenihan, mereka semua sangat
tergantung pada ketersedian cacing sutra. Meskipun sudah ada pakan pengganti cacing
sutra dan sudah tersedia di pasaran, namun sebagian besar para pebisnis ikan menganggap
peran cacing sutra belum tergantikan sampai sekarang
II. KLASIFIKASI, MORFOLOGI DAN HABITATA. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex
B.Morfologi cacing Sutera
Cacing sutra memiliki warna tubuh kemerahan dengan panjang 4 cm dan memiliki
diameter rata-rata 0,5 mm. Warna merah pada tubuh cacing sutra dikarenakan
adanya Erytrocruorin yang larut dalam darah (Pennak, 1978).
8
Cacing sutra disebut sebagai cacing sutra karena memiliki tubuh yang sangat
lembut seperti benang sutra. Cacing sutra hidup dengan membentuk koloni di
perairan jernih yang kaya bahan organik. Kebiasaan cacing sutra yang berkoloni
antara satu individu dan individu lain sehingga sulit untuk dipisahkan (Khairuman
dan Sihombing, 2008).
Famili Tubificid membuat tabung pada lumpur untuk memperoleh oksigen
melalui permukaan tubuhnya. Oksigen tersebut diperoleh dengan cara tubuh
bagian posterior menonjol keluar dari tabung dan bergerak secara aktif mengikuti
aliran air. Gerakan aktif bagian posterior Tubificid dapat membantu fungsi
pernafasan (Rogaar, 1980 dalam Febrianti, 2004)
C. Habitat
Cacing sutra dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang
mengandung bahan organik tinggi. Hidup di dasar perairan sungai atau parit
selokan yang airnya selalu mengalir (Kotpal 1980 dalam Suharyadi 2012).
Tubificid dapat hidup pada perairan tercemar, pada kondisi ini Tubificid mampu
bertahan hidup karena kemampuannya untuk melakukan respirasi pada tekanan
oksigen yang rendah (Palmer, 1968).
Cacing sutra menempati daerah permukaan hingga kedalaman 4 cm. Cacing muda
yang berbobot 0,1-5 mg dapat ditemui pada kedalaman 0-4 cm, sedangkan cacing
dewasa yang berbobot > 5 mg dapat ditemui pada kedalaman 2-4 cm (Marian,
1984). Pada kedalamanan tersebut terdapat perbedaan ukuran partikel sumber
9
nutrisi cacing sutra, partikel-partikel yang dimakan cacing sutra berukuran < 63
µm (Rodriguez et al, 2001).
Cacing sutra mampu bertahan hidup pada kisaran suhu 20-29 ºC (Putra, 2010)
tetapi suhu optimal yang diperlukan bagi cacing sutra berkisar antara 20-30 ºC.
Selain suhu, pH air juga berpengaruh terhadap pertumbuhan cacing sutra. Nilai
pH yang rendah akan mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses
nitrifikasi. Kisaran pH optimal untuk Tubificid yaitu 6-8 (Whitley, 1968).
Kebutuhan kadar oksigen bagi pertumbuhan embrio cacing sutra secara normal
berkisar antara 2,5-7,0 ppm (Marian, 1984).
Sistem flow through perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi
cacing sutra walaupun cacing sutra dapat bertahan hidup pada kondisi oksigen
rendah. Namun pergantian air perlu dilakukan untuk membuang kandungan
amoniak yang bersifat racun bagi cacing sutra. Nilai amoniak pada media harus
berkisar antara 0,01-1,76 ppm dan jika kandungan amoniak > 3 ppm merupakan
kondisi letal bagi cacing sutra (Suprapto 1986 dalam Suharyadi 2012).
Fiastri (1987) menyatakan bahwa debit air optimal bagi pertumbuhan cacing sutra
adalah 750 ml/menit atau sekitar 3 l/ menit untuk setiap m
2 wadah yang dipakai.
Menurut Sulmartiwi (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan populasi cacing
sutra tertinggi adalah dengan debit air 525 ml/menit. Sedangkan Shafrudin et al
(2005) memberikan debit air 300 ml/menit atau 1,87 l/menit untuk setiap m2
wadah yang dipakai.
III. TEKNIS BUDIDAYA CACING SUTERAA. Syarat Hidup
1. Memiliki pH
sekitar 5.5 – 8.0
2. Pastikan suhu
udaranya jangan terlalu tinggi, berkisar antara 25 – 280 C
3. Kandungan oksigen
pada air sekitar 2,5 – 7,0 ppm
4. Kebutuhan akan jumlah debit air tidak terlalu
besar, mengingat ukaran cacing sutra sangat kecil
B. Persiapan Pembibitan
Anda bisa menemukan bibit
cacing sutra di toko ikan hias, atau bisa juga langsung mendapatkannya di alam
bebas dengan cacatan harus dikarantina terlebih dahulu. Hal ini untuk
menghindari bakteri patogen. Langkah-langkah karantina yaitu cacing dialiri air
bersih selama 2-3 hari dengan debit air yang kecil dengan kandungan oksigen
cukup. Langkah ini dilakukan untuk menghindari resiko bakteri patogen dan
menjaga kesehatan cacing sebelum siap untuk dibudidayakan.
C. Persiapan Media Tumbuh
Budidaya cacing sutra dengan
media nampan sebetulnya sudah bukan hal baru,mengingat cara ini sudah dilakukan
semenjak awal tahun 2013, namun baru populer di masa sekarang. Budidaya ini
menggunakan sistem SCRS (Semi Closed Resirculating System). Sistem
ini meruapakan metode pengolahan dan penggunaan kembali air yang dipakai pada
proses budidaya cacing sutra. Pengisian air baru dilakukan ketika air dalam
nampan mengalami penyusutan akibat penguapan atau evaporasi. Budidaya cacing sutra
menggunakan nampan memiliki beberapa keuntungan, di antaranya:
1. Lebih hemat dalam pemakaian
air
Air yang telah melalui susunan
media pada media nampan ditampung pada wadah yang ada di bagian bawah rak dan
selanjutnya dialirkan kembali ke media nampan yang paling atas dengan memakai
pompa air atau dab.
2. Menghemat dalam Pemakaian
Probiotik dan jenis Obat-obatan yang lain.
Probiotik dan obat-obatan yang telah dicampurkan pada media tumbuh atau substrat budidaya cacing sutra yang ikut kebawa arus air tidak langsung terbuang dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung di suatu wadah bagian bawah wadah rak bersama air dapat dipakai kembali dengan cara mengalirkan ke media yang terletak di paling atas dengan bantuan pompa air atau dab.
Probiotik dan obat-obatan yang telah dicampurkan pada media tumbuh atau substrat budidaya cacing sutra yang ikut kebawa arus air tidak langsung terbuang dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung di suatu wadah bagian bawah wadah rak bersama air dapat dipakai kembali dengan cara mengalirkan ke media yang terletak di paling atas dengan bantuan pompa air atau dab.
3. Tidak membutuhkan lahan
yang luas, karena hanya menggunakan nampan yang tersusun secara vertikal. Anda
pun dapat melakukannya sendiri di rumah, cukup simpel dan praktis dibanding
jenis budidaya yang lain.
Agar kapasitas produksi cacing
sutra menggunakan nampan bisa maksimal, sebaiknya Anda memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut,
1. Pilihlah nampan yang awet dan tahan pecah, sehingga bibit yang sudah ada di media tidak harus mengulang sedari awal budidaya yang pada umumnya membutuhkan waktu sekitar 50 – 57 hari mulai dari proses awal hingga sampai panen.
1. Pilihlah nampan yang awet dan tahan pecah, sehingga bibit yang sudah ada di media tidak harus mengulang sedari awal budidaya yang pada umumnya membutuhkan waktu sekitar 50 – 57 hari mulai dari proses awal hingga sampai panen.
2. Gunakan material rangka
penyangga nampan yang kuat, yang tahan terhadap cuaca untuk mencegah rapuh atau
roboh.
3. Aturlah jumlah nampan
sebanyak mungkin, dengan tetap mempertimbangkan kekuatan rangka
4. Semakin banyak rak susunan
nampan, tentunya semakin tinggi jumlah produksi cacing sutra.
Media tumbuh bisa dilakukan
dengan membuat kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi
saluran pemasukan dan pengeluaran air. Setiap kubangan dibuat petakan petakan
kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar
bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm. Atau wadah budidaya dapat dibuat
dari bahan terpal.
Budidaya Cacing Sutra Media
Nampan – sipendik
D. Pemupukan
(Mulai dari proses pemupukan
hingga panen, kami menjelaskan budidaya cacing sutra menggunakan media terpal.
bagi Anda yang ingin berbudidaya menggunakan media nampan bisa menyesuaikan
berdasarkan jumlah dan ukuran nampan)
Sama seperti pada budidaya
lainnya agar pertumbuhan cacing ini baik dan normal perlu dilakukan pemupukan.
caranya yaitu Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 –
250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ m2 untuk sumber makanan
cacing. Cacing sutra sangat menyukai bahan organik sebagai bahan makanannya.
Cara pembuatan pupuk :
Cara pembuatan pupuk :
1. Cara yang
dilakukan dalam pembuatannya yaitu kita Siapkan kotoran ayam, lalu kotoran
tersebut dijemur sekitar 6 jam tujuannya yaitu agar kotoran tersebut itu kering
sehingga gas beracun yang ada dalam kotoran yang mungkin berbahaya itu dapat
lenyap dan hilang karena menguap.
2. Sebaiknya Siapkan
bakteri EM4 atau fermentor lainnya untuk fermentasi kotoran ayam tersebut.
Fermentor ini dapat anda beli dan banyak terdapat di toko Saprodi pertanian,
perikanan, dan peternakan.
3. Lalu Aktifkan
bakterinya yaitu dengan cara menambahkan ¼ sendok makan gula pasir + 4ml EM4 +
dalam 300 ml air setelah itu didiamkan sejenak sekitar kurang lebih 2 jam.
4. Campur cairan itu
ke 10 kg kotoran ayam yang sudah di jemur tadi, aduk hingga rata.
5. Selanjutnya
masukkan ke wadah yang tertutup rapat selama 5 hari maksudnya agar kotoran ayam
dapat terfermentasi secara baik dan hasilnya sempurna.
E. Lakukan Fermentasi
Fermentasi ini dilakukan
dengan tujuan untuk menaikkan kandungan unsur N-organik dan C-organik hingga 2
kali lipat. Caranya adalah lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4
hari.
F. Proses Penebaran Bibit
Supaya hasilnya bagus bibit cacing sutera ini ditebarkan secara merata. Diusahakan selama proses budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter/detik (arus lamban)
Supaya hasilnya bagus bibit cacing sutera ini ditebarkan secara merata. Diusahakan selama proses budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter/detik (arus lamban)
G. Cara Pemeliharaan cacing
sutera yang baik
Budidaya ini bisa saja dilakukan oleh siapa saja namun dengan menggunakan sistim budidaya agar usaha budidaya cacing ini menghasilkan produk yang bermutu dan bagus sehingga jauh dari hama maupun penyakit, dan bebas bakteri patogen maka untuk Lahan perlu ada lahan uji coba.
Budidaya ini bisa saja dilakukan oleh siapa saja namun dengan menggunakan sistim budidaya agar usaha budidaya cacing ini menghasilkan produk yang bermutu dan bagus sehingga jauh dari hama maupun penyakit, dan bebas bakteri patogen maka untuk Lahan perlu ada lahan uji coba.
1. Lahan uji coba
berupa kolam tanah/terpal berukuran 8 x 1,5m dengan kedalaman 30 cm.
2. Dasar kolam uji
coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur (gunakan lumpur bebas limbah kimia).
3. Apabila matahari
cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolam
dibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi
cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.
4. Pipa Air Keluar
(Pipa Pengeluaran/Outlet)dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan
baik.Pipa Pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2
inci dengan panjangsekitar 15 cm.
5. Usai pengeringan
dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan danbenda-benda
keras lainnya. Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak
bergelombang.
6. Dasar kolam diisi
dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak
mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.
7. Tanah dasar yang
sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dantidak
terdapat lumpur yang keras.
8. Untuk
memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur
tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat
sama di semua bagian.
9. Masukkan kotoran
ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudiansebar
secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.
10. Setelah dianggap
datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuaipanjang
pipa pembuangan.
11. Pasang atap
peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.
12. Kolam yang sudah
tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan
dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.
13. Tebarkan 0,5 liter
gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalambaskom
agar gumpalannya buyar.
14. Cacing sutra yang
sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruhpermukaan
kolam secara merata.
15. Seterusnya atur
aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.
H. Pakan Cacing Sutra
Karena cacing sutra termasuk
makhluk hidup, tentunya cacing sutra tersebut juga membutuhkan makan.
Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di
dasar perairan. Cara makan cacing sutra adalah dengan cara menelan makanan
bersama sedimennya dan karena cacing sutra mempunyai mekanisme yang dapat
memisahkan sedimen dan makanan yang mereka butuhkan. Jadi kita juga harus
menyediakan makanannya tersebut.
sil Panen Cacing Sutra Media
Nampan -sipendik
I. Cara Panen Yang Baik Pada
Cacing Sutra
Waktu diperlukan untuk
melakukan panen cacing sutera dalam usaha ini dilakukan setelah budidaya
berlangsung beberapa minggu dan berturut-turut bahkan panen bisa dilakukan
setiap dua minggu sekali. Cara pemanenan cacing sutera dapat dilakunan dengan
menggunakan serok tapi yang bahannya halus/lembut. Cacing sutera yang didapat
dan masih bercampur dengan media budidaya dimasukkan kedalam ember atau bak
yang diisi air, kira –kira 1 cm diatas media budidaya agar cacing sutera atau
cacing rambut naik ke permukaan media budidaya. caranya yatitu Ember ditutup
hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam. Setelah enam
jam, cacing rambut yang menggerombol diatas media diambil dengan tangan. Dengan
cara ini didapat cacing sutera sebanyak 30 – 50 gram/m2 per dua minggu.
Kemudian jika anda ingin melakukan sistim panen ini dapatberkesinambungan
sebaiknya perlu dirancang sedemikian rupa sehingga panjang parit perlu diatur
agar bisa memenuhi keperluan yang diharapkan untuk setiap harinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar