Selasa, 21 Mei 2019

Teknis Budidaya Cacing Sutera

I. PENDAHULUAN
Kebutuhan cacing sutra semakin tinggi dengan jumlah produksi cacing dalam negeri masih sangat rendah. Para pebisnis ikan hias dan usaha pembenihan, mereka semua sangat tergantung pada ketersedian cacing sutra. Meskipun sudah ada pakan pengganti cacing sutra dan sudah tersedia di pasaran, namun sebagian besar para pebisnis ikan menganggap peran cacing sutra belum tergantikan sampai sekarang
II. KLASIFIKASI, MORFOLOGI DAN HABITAT
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia 
Filum : Annelida 
Kelas : Oligochaeta 
Ordo : Haplotaxida 
Famili : Tubificidae 
Genus : Tubifex 
Spesies : Tubifex



B.Morfologi cacing Sutera
Cacing sutra memiliki warna tubuh kemerahan dengan panjang 4 cm dan memiliki diameter rata-rata 0,5 mm. Warna merah pada tubuh cacing sutra dikarenakan adanya Erytrocruorin yang larut dalam darah (Pennak, 1978). 8 Cacing sutra disebut sebagai cacing sutra karena memiliki tubuh yang sangat lembut seperti benang sutra. Cacing sutra hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik. Kebiasaan cacing sutra yang berkoloni antara satu individu dan individu lain sehingga sulit untuk dipisahkan (Khairuman dan Sihombing, 2008). Famili Tubificid membuat tabung pada lumpur untuk memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya. Oksigen tersebut diperoleh dengan cara tubuh bagian posterior menonjol keluar dari tabung dan bergerak secara aktif mengikuti aliran air. Gerakan aktif bagian posterior Tubificid dapat membantu fungsi pernafasan (Rogaar, 1980 dalam Febrianti, 2004)
C. Habitat
Cacing sutra dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang mengandung bahan organik tinggi. Hidup di dasar perairan sungai atau parit selokan yang airnya selalu mengalir (Kotpal 1980 dalam Suharyadi 2012). Tubificid dapat hidup pada perairan tercemar, pada kondisi ini Tubificid mampu bertahan hidup karena kemampuannya untuk melakukan respirasi pada tekanan oksigen yang rendah (Palmer, 1968). Cacing sutra menempati daerah permukaan hingga kedalaman 4 cm. Cacing muda yang berbobot 0,1-5 mg dapat ditemui pada kedalaman 0-4 cm, sedangkan cacing dewasa yang berbobot > 5 mg dapat ditemui pada kedalaman 2-4 cm (Marian, 1984). Pada kedalamanan tersebut terdapat perbedaan ukuran partikel sumber 9 nutrisi cacing sutra, partikel-partikel yang dimakan cacing sutra berukuran < 63 µm (Rodriguez et al, 2001). Cacing sutra mampu bertahan hidup pada kisaran suhu 20-29 ºC (Putra, 2010) tetapi suhu optimal yang diperlukan bagi cacing sutra berkisar antara 20-30 ºC. Selain suhu, pH air juga berpengaruh terhadap pertumbuhan cacing sutra. Nilai pH yang rendah akan mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi. Kisaran pH optimal untuk Tubificid yaitu 6-8 (Whitley, 1968). Kebutuhan kadar oksigen bagi pertumbuhan embrio cacing sutra secara normal berkisar antara 2,5-7,0 ppm (Marian, 1984). Sistem flow through perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi cacing sutra walaupun cacing sutra dapat bertahan hidup pada kondisi oksigen rendah. Namun pergantian air perlu dilakukan untuk membuang kandungan amoniak yang bersifat racun bagi cacing sutra. Nilai amoniak pada media harus berkisar antara 0,01-1,76 ppm dan jika kandungan amoniak > 3 ppm merupakan kondisi letal bagi cacing sutra (Suprapto 1986 dalam Suharyadi 2012). Fiastri (1987) menyatakan bahwa debit air optimal bagi pertumbuhan cacing sutra adalah 750 ml/menit atau sekitar 3 l/ menit untuk setiap m 2 wadah yang dipakai. Menurut Sulmartiwi (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan populasi cacing sutra tertinggi adalah dengan debit air 525 ml/menit. Sedangkan Shafrudin et al (2005) memberikan debit air 300 ml/menit atau 1,87 l/menit untuk setiap m2 wadah yang dipakai.
III. TEKNIS BUDIDAYA CACING SUTERA
A. Syarat Hidup
1.   Memiliki pH sekitar 5.5 – 8.0
2.   Pastikan suhu udaranya jangan terlalu tinggi, berkisar antara 25 – 280 C
3.   Kandungan oksigen pada air sekitar 2,5 – 7,0 ppm
4. Kebutuhan akan jumlah debit air tidak terlalu besar, mengingat ukaran cacing sutra sangat kecil
B. Persiapan Pembibitan
Anda bisa menemukan bibit cacing sutra di toko ikan hias, atau bisa juga langsung mendapatkannya di alam bebas dengan cacatan harus dikarantina terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindari bakteri patogen. Langkah-langkah karantina yaitu cacing dialiri air bersih selama 2-3 hari dengan debit air yang kecil dengan kandungan oksigen cukup. Langkah ini dilakukan untuk menghindari resiko bakteri patogen dan menjaga kesehatan cacing sebelum siap untuk dibudidayakan.
C. Persiapan Media Tumbuh
Budidaya cacing sutra dengan media nampan sebetulnya sudah bukan hal baru,mengingat cara ini sudah dilakukan semenjak awal tahun 2013, namun baru populer di masa sekarang. Budidaya ini menggunakan sistem SCRS (Semi Closed Resirculating System). Sistem ini meruapakan metode pengolahan dan penggunaan kembali air yang dipakai pada proses budidaya cacing sutra. Pengisian air baru dilakukan ketika air dalam nampan mengalami penyusutan akibat penguapan atau evaporasi. Budidaya cacing sutra menggunakan nampan memiliki beberapa keuntungan, di antaranya:
1. Lebih hemat dalam pemakaian air
Air yang telah melalui susunan media pada media nampan ditampung pada wadah yang ada di bagian bawah rak dan selanjutnya dialirkan kembali ke media nampan yang paling atas dengan memakai pompa air atau dab.
2. Menghemat dalam Pemakaian Probiotik dan jenis Obat-obatan yang lain.
Probiotik dan obat-obatan yang telah dicampurkan pada media tumbuh atau substrat budidaya cacing sutra yang ikut kebawa arus air tidak langsung terbuang dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung di suatu wadah bagian bawah wadah rak bersama air dapat dipakai kembali dengan cara mengalirkan ke media yang terletak di paling atas dengan bantuan pompa air atau dab.
3. Tidak membutuhkan lahan yang luas, karena hanya menggunakan nampan yang tersusun secara vertikal. Anda pun dapat melakukannya sendiri di rumah, cukup simpel dan praktis dibanding jenis budidaya yang lain.
Agar kapasitas produksi cacing sutra menggunakan nampan bisa maksimal, sebaiknya Anda memperhatikan beberapa hal sebagai berikut,
1. Pilihlah nampan yang awet dan tahan pecah, sehingga bibit yang sudah ada di media tidak harus mengulang sedari awal budidaya yang pada umumnya membutuhkan waktu sekitar 50 – 57 hari mulai dari proses awal hingga sampai panen.
2. Gunakan material rangka penyangga nampan yang kuat, yang tahan terhadap cuaca untuk mencegah rapuh atau roboh.
3. Aturlah jumlah nampan sebanyak mungkin, dengan tetap mempertimbangkan kekuatan rangka
4. Semakin banyak rak susunan nampan, tentunya semakin tinggi jumlah produksi cacing sutra.
Media tumbuh bisa dilakukan dengan membuat kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Setiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm. Atau wadah budidaya dapat dibuat dari bahan terpal.
Budidaya Cacing Sutra Media Nampan – sipendik
D. Pemupukan
(Mulai dari proses pemupukan hingga panen, kami menjelaskan budidaya cacing sutra menggunakan media terpal. bagi Anda yang ingin berbudidaya menggunakan media nampan bisa menyesuaikan berdasarkan jumlah dan ukuran nampan)
Sama seperti pada budidaya lainnya agar pertumbuhan cacing ini baik dan normal perlu dilakukan pemupukan. caranya yaitu Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ m2 untuk sumber makanan cacing. Cacing sutra sangat menyukai bahan organik sebagai bahan makanannya.
Cara pembuatan pupuk :
1.   Cara yang dilakukan dalam pembuatannya yaitu kita Siapkan kotoran ayam, lalu kotoran tersebut dijemur sekitar 6 jam tujuannya yaitu agar kotoran tersebut itu kering sehingga gas beracun yang ada dalam kotoran yang mungkin berbahaya itu dapat lenyap dan hilang karena menguap.
2.   Sebaiknya Siapkan bakteri EM4 atau fermentor lainnya untuk fermentasi kotoran ayam tersebut. Fermentor ini dapat anda beli dan banyak terdapat di toko Saprodi pertanian, perikanan, dan peternakan.
3.   Lalu Aktifkan bakterinya yaitu dengan cara menambahkan ¼ sendok makan gula pasir + 4ml EM4 + dalam 300 ml air setelah itu didiamkan sejenak sekitar kurang lebih 2 jam.
4.   Campur cairan itu ke 10 kg kotoran ayam yang sudah di jemur tadi, aduk hingga rata.
5.   Selanjutnya masukkan ke wadah yang tertutup rapat selama 5 hari maksudnya agar kotoran ayam dapat terfermentasi secara baik dan hasilnya sempurna.
E. Lakukan Fermentasi
Fermentasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menaikkan kandungan unsur N-organik dan C-organik hingga 2 kali lipat. Caranya adalah lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.
F. Proses Penebaran Bibit
Supaya hasilnya bagus bibit cacing sutera ini ditebarkan secara merata. Diusahakan selama proses budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter/detik (arus lamban)
G. Cara Pemeliharaan cacing sutera yang baik
Budidaya ini bisa saja dilakukan oleh siapa saja namun dengan menggunakan sistim budidaya agar usaha budidaya cacing ini menghasilkan produk yang bermutu dan bagus sehingga jauh dari hama maupun penyakit, dan bebas bakteri patogen maka untuk Lahan perlu ada lahan uji coba.
1.   Lahan uji coba berupa kolam tanah/terpal berukuran 8 x 1,5m dengan kedalaman 30 cm.
2.   Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur (gunakan lumpur bebas limbah kimia).
3.   Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolam dibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.
4.   Pipa Air Keluar (Pipa Pengeluaran/Outlet)dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik.Pipa Pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjangsekitar 15 cm.
5.   Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan danbenda-benda keras lainnya. Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.
6.   Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.
7.   Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dantidak terdapat lumpur yang keras.
8.   Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semua bagian.
9.   Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudiansebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.
10.   Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuaipanjang pipa pembuangan.
11.   Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.
12.   Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.
13.   Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalambaskom agar gumpalannya buyar.
14.   Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruhpermukaan kolam secara merata.
15.   Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.
H. Pakan Cacing Sutra
Karena cacing sutra termasuk makhluk hidup, tentunya cacing sutra tersebut juga membutuhkan makan. Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan. Cara makan cacing sutra adalah dengan cara menelan makanan bersama sedimennya dan karena cacing sutra mempunyai mekanisme yang dapat memisahkan sedimen dan makanan yang mereka butuhkan. Jadi kita juga harus menyediakan makanannya tersebut.
sil Panen Cacing Sutra Media Nampan -sipendik
I. Cara Panen Yang Baik Pada Cacing Sutra

Waktu diperlukan untuk melakukan panen cacing sutera dalam usaha ini dilakukan setelah budidaya berlangsung beberapa minggu dan berturut-turut bahkan panen bisa dilakukan setiap dua minggu sekali. Cara pemanenan cacing sutera dapat dilakunan dengan menggunakan serok tapi yang bahannya halus/lembut. Cacing sutera yang didapat dan masih bercampur dengan media budidaya dimasukkan kedalam ember atau bak yang diisi air, kira –kira 1 cm diatas media budidaya agar cacing sutera atau cacing rambut naik ke permukaan media budidaya. caranya yatitu Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam. Setelah enam jam, cacing rambut yang menggerombol diatas media diambil dengan tangan. Dengan cara ini didapat cacing sutera sebanyak 30 – 50 gram/m2 per dua minggu. Kemudian jika anda ingin melakukan sistim panen ini dapatberkesinambungan sebaiknya perlu dirancang sedemikian rupa sehingga panjang parit perlu diatur agar bisa memenuhi keperluan yang diharapkan untuk setiap harinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar