Rabu, 29 Mei 2019

Patin, Prospek Dan Cara Budidayanya

I. PENDAHULUAN
kan patin juga digolongkan sebagai catfish karena perilaku yang dimilikinya. Ikan lain yang memiliki golongan yang sama (catfish) adalah ikan lele yang sering kita jumpai di pasaran. Kedua ikan tersebut merupakan ikan yang nocturnal atau aktif di malam hari.
II.KLASIFIKASI, BOLOGI, MORFILOGI DAN HABITAT
A. Ciri Morfologi
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang sudah didomestikasikan sejak lama, ikan patin ini sangat banyak yang menyukainya dan juga sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Ikan patin ini sangat banyak di budidayakan dan di ternakan para petani. Selain itu, ikan patin ini juga memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi sehingga pengembangan semakin luas diberbagai daerah dan juga wilayah

Ikan patin ini memiliki bentuk memanjang, berwarna putih perak dengan punggung bewarna kebiruan, ikan patin ini tidak memiliki sisik, dan memiliki kepala relatif jauh lebih kecil dibanding dengan bentuk tubuhnya. Selain itu, ikan patin ini juga dimanfaatkan dan digunakan untuk menambah asupan nutrisi tubuh dengan mak
·         Memiliki kepala kecil dibandingkan dengan bentuk badannya
·         Bagian mulut kerucut melebar dan juga memiliki kumis halus.
·         Memiliki mata bulat berwarna kehitaman dan juga sirip dada dibagian samping.
·         Insang terletak pada bagian samping dekat dengan sirip dada.
·         Sirip punggung memanjang kebelakang dan memiliki penjang 1-2 cm
·         Sirip anak ini berbentuk sisir dibagian pangkal ujung runcing berwarna kekuningan dan perak
·         Sirip ekor berbentuk segitiga dibagian ujung pangkal bawah dan atas runcing

B. Klasifikasi
Kingdom : Animalia ( hewan )
Filum : Chordata ( bertulang belakang )
Kelas : Pisces
Famili : Pangisidae
Genus : pangisius
Spesies : Pangisius Hypopthalamus, Pangisius jambal, Pangisius humeralis Pangisius lithostoma, Pangisius nasutus, Pangisius polyuranodon dan Pangisius niewenhuisii.
III. PROSPEK PENGEMBANGAN PATIN
Berdasarkan penelitian, ikan patin memiliki kandungan gizi yang tinggi. Manfaat ikan patin karenanya sangat banyak. Ikan yang dagingnya sangat lembut ini kaya akan dua asam lemak esensial DHA dan EPA.
Asam lemak esensial ini dikenal dengan Omega-3, yang sangat baik untuk kesehatan tubuh dan otak. Omega-3 dipercaya mendukung kecerdasan anak dan memperkuat system kekebalan tubuh. Kadar DHa di dalam ikan patin mencapai 5,45 % sedang kadar EPA mencapai 0,78 %.
Sementara itu, ikan patin kaya akan lemak tak jenuh yang berada diatas 50 %. Dari jumlah tersebut, asam oleat banyak terdapat di dalam daging patin mencapai 7,43 %. Lemak tak jenuh ini sangat baik sebagai cara pencegahan penyakit kardiovaskular.
Tidak hanya itu, asam lemak sangat bermanfaat menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga bisa mencegah resiko penyakit jantung koroner. Disisi lain, manfaat ikan patin juga bisa dilihat dari kadar kolesterol pada ikan ini yang sangat rendah.
Kandungan protein pada ikan patin juga cukup besar, yaitu sekitar 159 gr. Protein sangat penting bagi pertumbuhan sel-sel dalam tubuh dan menjaga tubuh tetap sehat.
Jika anda mengkonsumsi ikan patin berikut dengan tulangnya, misalnya jika dimasak presto, anda juga akan mendapatkan kalsium dan fosfor yang baik untuk tulang. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan bisa menghambat pertumbuhan tulang dan gigi.
Dengan kebaikan dan kandungan gizi tinggi yang terdapat pada ikan patin, maka ikan patin menjadi pilihan sumber protein dan gizi yang sangat bermanfaat untuk anak-anak, ibu hamil, dan siapa saja termasuk anda.

Mengkonsumsi ikan patin tidak hanya memberikan pengalaman kuliner yang lezat dan mantap, juga akan memberikan anda dan keluarga anda kesehatan dan kebaikan. Manfaat ikan patin akan semakin sempurna dengan cara pengolahan yang tepat dan sehat.
Keuntungan ikan patin
·         Memiliki nilai ekonomis relatif tinggi
·         Mudah dibudidaya dan diternakan
·         Manajemen pemeliharan tergolong mudah
·         Mudah beradaptasi dengan lingkungan
·         Memiliki nilai nutrisi dan kandungan vitamin tinggi
IV. CARA BUDIDAYA 
A. Kolam Terpal
Budidaya ikan menggunakan kolam terpal sudah popular diterapkan terutama pada jenis ikan lele. Lele kolam terpal bahkan menjadi andalan program di beberapa wilayah.
Namun, tahukah anda jika kolam terpal juga bisa diterapkan untuk budidaya ikan patin? Secara prinsip, penggunaan kolam terpal untuk patin maupun ikan lele sama saja. Artinya, anda pun kini bisa mencoba budidaya kolam terpal yang mudah, hemat biaya dan sederhana tersebut.
Cara budidaya ikan patin menggunakan kolam terpal memiliki beberapa keunggulan, yaitu;
1.    Hemat Biaya
Biaya yang dibutuhkan untuk membangun kolam, baik kolam tanah, kolam semi permanen maupun permanen tidak sedikit.
Jika anda menggunakan terpal, maka tentu biayanya bisa ditekan lebih banyak. Anda cukup membeli terpal secukupnya sesuai ukuran kolam yang akan anda buat, beberapa batang bamboo untuk pagar, tali dan selang air.
2.    Mudah Pembuatannya
Kolam terpal lebih mudah pembuatannya. Anda bisa menyesuaikan dengan pekarangan yang anda miliki.
Cukup menyiapkan bambu sebagai pagar keliling kolam, lalu letakkan terpal hingga membentuk kolam. Ikat keempat sisinya agar kolam tidak tumpah atau terlipat saat diisi air. Terpal yang digunakan pilih dari terpal yang cukup kuat dan tebal.
3.    Praktis
Kolam terpal memang tidak tahan lama, namun cukup tahan untuk beberapa kali musim panen. Asalkan perawatannya baik dan menghindari resiko kebocoran dengan tidak menggunakan peralatan yang tajam disekitar kolam.
Kolam terpal mudah diganti, mudah dibersihkan dan gampang perawatannya. Selain itu juga fleksibel. Anda bisa menambah kolam kapan pun anda mau sejauh masih terdapat ruang.
Nah, keunggulan diatas menarik bukan? Kini anda bisa mewujudkan hobi dan bisnis anda dalam budidaya ikan patin rumahan yang murah dan gampang. Anda tidak perlu lagi membeli ikan kegemaran anda di pasar, cukup memelihara di rumah dalam kolam terpal yang sederhana.
Tetapi, ketika anda menggunakan kolam terpal, ada beberapa hal yang harus anda perhatikan agar ikan tetap sehat dan kolam anda awet tak gampang rusak, yaitu;
1.    Setelah kolam terpal jadi dan diisi dengan air jangan buru-buru memasukan ikan patin anda ke dalamnya. Tunggulah setidaknya selama 1-2 minggu sampai PH airnya tidak asam. Air sumur atau air PAM mungkin mengandung keasaman yang kurang baik untuk ikan. Hal ini juga untuk menghindari racun yang mungkin masih menempel pada terpal.
2.    Selain itu, isilah air secara bertahap, jangan langsung penuh. Anda bisa memulainya dari setinggi 20 cm sampai kira-kira setengah terpal. Hal ini juga penting untuk mengecek apabila anda kebocoran atau desain yang kurang pas posisinya.
3.    Setelah diisi dengan benih ikan, pastikan untuk menjaga kolam tetap bersih tidak berlumpur. Patin tidak seperti lele yang menyukai kolam berlumpur atau keruh. Jadi sebaiknya anda rutin mengganti air agar ikan patin anda sehat.
4.    Berikan pakan secukupnya sesuai kebutuhannya dan dengan cara yang tepat. Pemberian pakan yang berlebihan akan membuat kolam cepat kotor. Kadar protein dari pellet yang tidak termakan habis juga mengurangi kualitas air.
5.    Sering-seringlah mengecek kondisi terpal apabila air membludak saat hujan, atau kemungkinan bocor dan rusak. Jika anda tidak rutin mengawasi kolam terpal anda, hal-hal yang buruk seperti kolam rusak dan sebagainya akan sulit dihindari.
6.    Pastikan saluran pengairan yang mudah dan baik. Terutama jika anda membuat kolam di lingkungan perkampungan. Anda harus membuat system pembuangan air yang memadai agar tidak mengganggu tetangga.
Anda bisa membuat beberapa kolam untuk pembibitan, pembesaran, pemijahan dan sebagainya dengan kolam terpal. Bedanya hanya ukuran sesuai tingkat kebutuhan anda.

Namun jika anda baru pemula, ada baiknya anda mencoba dulu budidaya ikan patin dengan system pembesaran. Anda bisa membeli bibit patin untuk dibesarkan. Sambil melihat peluang dan kondisi lingkungan sekitar apakah cocok atau sesuai untuk budidaya patin.
B. Kolam Tembok

Budidaya ikan dengan menggunakan kolam tembok beton yang permanen dan tahan lama. Biaya investasi kolam dengan cara ini tergolong cukup tinggi. Karena itu, sebaiknya dilakukan untuk anda yang telah mencoba kolam terpal dan berhasil. Meskipun memiliki biaya yang lebih besar di awal, namun kolam tembok akan lebih tahan lama hingga bisa dikatakan cukup baik untuk investasi bisnis jangka panjang.
Ada dua tipe kolam tembok beton yang dapat anda gunakan sebagai referensi membuat kolam. 
1) Tipe yang pertama adalah tipe kolam gali seperti kolam ikan pada umumnya.
Kolam tipe tanam atau gali biasanya dibangun menyesuaikan sumber air yang digunakan. Tipe ini dibangun apabila menggunakan sumber air dari sungai yang letaknya lebih rendah dari permukaan lahan.
Karena itu, penggalian diusahakan pada musim kemarau saat air sungai surut. Hal ini dilakukan agar batas air minimal untuk budidaya dapat terpenuhi. Selain itu, saat musim kemarau anda tidak perlu menyedot air dengan menggunakan pompa air mekanik.
2) Tipe yang kedua adalah tipe kolam permukaan yang dibuat diatas tanah tanpa melakukan penggalian kolam. Kedua tipe ini memiliki keunggulan masing-masing sesuai dengan lokasi dibangunnya kolam.
2.    Kolam Tembok Beton Tipe Permukaan
Tipe ini biasanya dibangun pada areal lahan cadas berbatu atau lahan pekarangan yang telah dikeraskan. Hal itu terjadi karena akan lebih memakan biaya tinggi bila harus menggali lahan. Sumber air yang dapat digunakan adalah air sumur baik sumur bor maupun sumur gali.
Tidak disarankan menggunakan air PAM, terutama didaerah perkotaan karena kandungan bahan kimia yang tinggi. Namun bila terpaksa digunakan anda bisa menetralisir air agar terbebas dari bahan kimia pembersih air.
Keuntungan menggunakan kolam tembok beton adalah system pengairan yang mudah diatur antara air masuk dan air keluar. Hal tersebut akan memudahkan anda menguras air dan membuang air kolam pada saat panen.
Endapan lumpur yang tidak disukai oleh ikan patin pun dapat anda deteksi dan buang dengan mudah. Dan karena konstruksi yang kuat, maka kemungkinan gagal panen karena kolam jebol dapat dinetralisir dengan maksimal.
Karena sifatnya yang permanen, kolam tembok beton harus menggunakan desain dan perhitungan yang mantap dan sesuai kebutuhan. Hal itu dilakukan agar terdapat kesesuaian antara investasi dan hasil yang akan diperoleh. Untuk membangun konstruksi kolam tembok beton, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Berikut ini beberapa ulasan mengenai konstruksi ideal yang bisa anda jadikan acuan membangun kolam ikan patin.
1.    C. Kedalaman Kolam
Ke dalam ideal untuk kolam ikan patin dengan masa panen 5 bulan adalah 1 hingga 1,5m. Karena itu usahakan membangun dengan kedalaman lebih dari 1m.
Kolam yang kurang dalam akan cenderung membuat ikan cepat stres sehingga mengganggu pertumbuhan ikan patin. Terutama untuk kolam yang dibangun dengan tipe permukaan. Untuk menghindari ikan melompat dan air kotor karena dahan masuk ke kolam, anda bisa menggunakan jaring atau paranet.
2.    D. Luas Kolam
Salah satu cara agar ikan patin dapat berkembang dengan baik adalah populasi yang ideal. Populasi yang pas untuk ikan patin agar bisa tumbuh dengan baik adalah 25 ekor per 1 meter kubik.
Apabila anda memiliki kolam dengan ukuran 10 x 10x1 atau 100 m3,maka anda dapat memelihara ikan patin sebanyak 25x100 atau 2.500 ekor bibit ikan. Menambah bibit dengan kapasitas berlebih tidak akan meningkatkan hasil panen ikan yang anda lakukan.
3.    E. Saluran Air
Sirkulasi air salam budidaya ikan patin sangat penting karena ikan patin cocok hidup di air yang cukup jernih dan tanpa endapan. Karena itu, pembuatan saluran buangan harus dilakukan dengan baik.
Anda bisa membuat dua saluran pembuangan air dalam satu kolam tembok beton. Yang pertama digunakan untuk menguras air dan membuang endapan. Yang kedua digunakan untuk membuang kelebihan air apabila terjadi hujan lebat.
Untuk pengairan pada kolam tembok beton sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan ikan patin. Pada awal memasukan bibit ikan yang masih kecil, kolam cukup digenangi setinggi 30-40 cm.

Kemudian anda bisa menaikkan level air 10 cm per dua minggu hingga mencapai batas optimal antara 100 cm hingga 150 cm. Hal ini dilakukan agar ikan tidak terlalu banyak menghabiskan tenaga untuk mengambil oksigen di permukaan air.
F. Pembveria Pakan
Makanan ikan patin adalah salah satu hal yang harus anda perhatikan pada budidaya ikan patin. Pemberian pakan yang tepat dan benar berpengaruh terhadap pertumbuhan berat, kualitas dan kesehatan ikan patin.
Pemberian pakan juga berpengaruh terhadap biaya operasional yang akan anda keluarkan dalam budidaya ikan patin. Karena itu, manajemen pakan ikan patin harus direncanakan secara seksama.
Untuk meningkatkan berat dan mempercepat pertumbuhan pada budidaya ikan patin, pemberian pellet setidaknya harus diberikan sekitar 4 kali dalam sehari. Pemberian pellet ini, sesuai dengan ukurannya, diberikan mulai benih ditebar hingga patin telah siap dipanen. Dosis pakan per 12500 ekor tebaran adalah 50 kg/bulan.
Pada bulan kedua pakan yang disediakan adalah 150 kg, sementara pada bulan ketiga 300 kg. Setelah itu anda bisa mengurangi pellet dan menambahkan pakan alternative untuk menekan biaya.
Makanan ikan patin sebagai alternative pellet pabrikan ada dua jenis. Pertama adalah pakan yang bisa dikonsumsi langsung seperti sisa makanan, limbah roti atau biscuit, ikan rucah dan sebagainya. Pemberian pakan jenis ini diberikan pada bulan keempat.
Namun walaupun bisa diberikan secara langsung, ada hal syarat yang harus anda perhatikan yaitu pada ikan rucah singkirkan duri atau tulangnya terlebih dahulu. Pada makanan sisa, pastikan tidak pedas atau asam.
Jenis pakan yang kedua adalah pakan yang anda buat sendiri, menjadi seperti pellet pabrikan. Bahan-bahan untuk pellet homemade ini mudah dan murah. Misalnya, ikan asin, bekatul, dedak halus, ampas singkong, ampas tahu dan daun papaya.
Anda bisa menggunakan mesin pencacah atau menumbuk secara manual. Anda juga bisa memanfaatkan gilingan daging jika punya. Sebelum diberikan pada patin, adonan dari bahan diatas harus dijemur terlebih dahulu untuk menghilangkan kadar air.
Makanan ikan patin diatas bisa anda buat sekaligus dalam jumlah banyak sebagai cadangan makanan selama beberapa bulan. Asalkan tingkat kekeringannya sempurna dan penyimpanannya baik pellet tidak akan cepat rusak.
Jangan ragu tentang kandungan gizinya, karena bahan-bahan seperti ampas tahu, ampas singkong, bekatul maupun ikan asin sangat baik dan kaya akan gizi. Pelet bikinan sendiri juga tentunya akan disukai oleh ikan patin yang anda budidayakan.
Jenis pakan tambahan alternative mana yang akan anda pilih tentu disesuaikan dengan kemampuan dan lokasi anda. Apabila anda tinggal di wilayah yang mudah untuk mendapatkan bahan-bahan makanan sisa tentu harus dimanfaatkan.
Demikian juga jika anda dekat dengan lokasi limbah ampas tahu dan sebagainya. Jika anda bisa membuat makanan ikan patin sendiri tentu akan sangat menghemat biaya budidaya ikan patin.
V. PENUTUP

Selasa, 21 Mei 2019

Teknis Budidaya Cacing Sutera

I. PENDAHULUAN
Kebutuhan cacing sutra semakin tinggi dengan jumlah produksi cacing dalam negeri masih sangat rendah. Para pebisnis ikan hias dan usaha pembenihan, mereka semua sangat tergantung pada ketersedian cacing sutra. Meskipun sudah ada pakan pengganti cacing sutra dan sudah tersedia di pasaran, namun sebagian besar para pebisnis ikan menganggap peran cacing sutra belum tergantikan sampai sekarang
II. KLASIFIKASI, MORFOLOGI DAN HABITAT
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia 
Filum : Annelida 
Kelas : Oligochaeta 
Ordo : Haplotaxida 
Famili : Tubificidae 
Genus : Tubifex 
Spesies : Tubifex



B.Morfologi cacing Sutera
Cacing sutra memiliki warna tubuh kemerahan dengan panjang 4 cm dan memiliki diameter rata-rata 0,5 mm. Warna merah pada tubuh cacing sutra dikarenakan adanya Erytrocruorin yang larut dalam darah (Pennak, 1978). 8 Cacing sutra disebut sebagai cacing sutra karena memiliki tubuh yang sangat lembut seperti benang sutra. Cacing sutra hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik. Kebiasaan cacing sutra yang berkoloni antara satu individu dan individu lain sehingga sulit untuk dipisahkan (Khairuman dan Sihombing, 2008). Famili Tubificid membuat tabung pada lumpur untuk memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya. Oksigen tersebut diperoleh dengan cara tubuh bagian posterior menonjol keluar dari tabung dan bergerak secara aktif mengikuti aliran air. Gerakan aktif bagian posterior Tubificid dapat membantu fungsi pernafasan (Rogaar, 1980 dalam Febrianti, 2004)
C. Habitat
Cacing sutra dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang mengandung bahan organik tinggi. Hidup di dasar perairan sungai atau parit selokan yang airnya selalu mengalir (Kotpal 1980 dalam Suharyadi 2012). Tubificid dapat hidup pada perairan tercemar, pada kondisi ini Tubificid mampu bertahan hidup karena kemampuannya untuk melakukan respirasi pada tekanan oksigen yang rendah (Palmer, 1968). Cacing sutra menempati daerah permukaan hingga kedalaman 4 cm. Cacing muda yang berbobot 0,1-5 mg dapat ditemui pada kedalaman 0-4 cm, sedangkan cacing dewasa yang berbobot > 5 mg dapat ditemui pada kedalaman 2-4 cm (Marian, 1984). Pada kedalamanan tersebut terdapat perbedaan ukuran partikel sumber 9 nutrisi cacing sutra, partikel-partikel yang dimakan cacing sutra berukuran < 63 µm (Rodriguez et al, 2001). Cacing sutra mampu bertahan hidup pada kisaran suhu 20-29 ºC (Putra, 2010) tetapi suhu optimal yang diperlukan bagi cacing sutra berkisar antara 20-30 ºC. Selain suhu, pH air juga berpengaruh terhadap pertumbuhan cacing sutra. Nilai pH yang rendah akan mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi. Kisaran pH optimal untuk Tubificid yaitu 6-8 (Whitley, 1968). Kebutuhan kadar oksigen bagi pertumbuhan embrio cacing sutra secara normal berkisar antara 2,5-7,0 ppm (Marian, 1984). Sistem flow through perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi cacing sutra walaupun cacing sutra dapat bertahan hidup pada kondisi oksigen rendah. Namun pergantian air perlu dilakukan untuk membuang kandungan amoniak yang bersifat racun bagi cacing sutra. Nilai amoniak pada media harus berkisar antara 0,01-1,76 ppm dan jika kandungan amoniak > 3 ppm merupakan kondisi letal bagi cacing sutra (Suprapto 1986 dalam Suharyadi 2012). Fiastri (1987) menyatakan bahwa debit air optimal bagi pertumbuhan cacing sutra adalah 750 ml/menit atau sekitar 3 l/ menit untuk setiap m 2 wadah yang dipakai. Menurut Sulmartiwi (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan populasi cacing sutra tertinggi adalah dengan debit air 525 ml/menit. Sedangkan Shafrudin et al (2005) memberikan debit air 300 ml/menit atau 1,87 l/menit untuk setiap m2 wadah yang dipakai.
III. TEKNIS BUDIDAYA CACING SUTERA
A. Syarat Hidup
1.   Memiliki pH sekitar 5.5 – 8.0
2.   Pastikan suhu udaranya jangan terlalu tinggi, berkisar antara 25 – 280 C
3.   Kandungan oksigen pada air sekitar 2,5 – 7,0 ppm
4. Kebutuhan akan jumlah debit air tidak terlalu besar, mengingat ukaran cacing sutra sangat kecil
B. Persiapan Pembibitan
Anda bisa menemukan bibit cacing sutra di toko ikan hias, atau bisa juga langsung mendapatkannya di alam bebas dengan cacatan harus dikarantina terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindari bakteri patogen. Langkah-langkah karantina yaitu cacing dialiri air bersih selama 2-3 hari dengan debit air yang kecil dengan kandungan oksigen cukup. Langkah ini dilakukan untuk menghindari resiko bakteri patogen dan menjaga kesehatan cacing sebelum siap untuk dibudidayakan.
C. Persiapan Media Tumbuh
Budidaya cacing sutra dengan media nampan sebetulnya sudah bukan hal baru,mengingat cara ini sudah dilakukan semenjak awal tahun 2013, namun baru populer di masa sekarang. Budidaya ini menggunakan sistem SCRS (Semi Closed Resirculating System). Sistem ini meruapakan metode pengolahan dan penggunaan kembali air yang dipakai pada proses budidaya cacing sutra. Pengisian air baru dilakukan ketika air dalam nampan mengalami penyusutan akibat penguapan atau evaporasi. Budidaya cacing sutra menggunakan nampan memiliki beberapa keuntungan, di antaranya:
1. Lebih hemat dalam pemakaian air
Air yang telah melalui susunan media pada media nampan ditampung pada wadah yang ada di bagian bawah rak dan selanjutnya dialirkan kembali ke media nampan yang paling atas dengan memakai pompa air atau dab.
2. Menghemat dalam Pemakaian Probiotik dan jenis Obat-obatan yang lain.
Probiotik dan obat-obatan yang telah dicampurkan pada media tumbuh atau substrat budidaya cacing sutra yang ikut kebawa arus air tidak langsung terbuang dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung di suatu wadah bagian bawah wadah rak bersama air dapat dipakai kembali dengan cara mengalirkan ke media yang terletak di paling atas dengan bantuan pompa air atau dab.
3. Tidak membutuhkan lahan yang luas, karena hanya menggunakan nampan yang tersusun secara vertikal. Anda pun dapat melakukannya sendiri di rumah, cukup simpel dan praktis dibanding jenis budidaya yang lain.
Agar kapasitas produksi cacing sutra menggunakan nampan bisa maksimal, sebaiknya Anda memperhatikan beberapa hal sebagai berikut,
1. Pilihlah nampan yang awet dan tahan pecah, sehingga bibit yang sudah ada di media tidak harus mengulang sedari awal budidaya yang pada umumnya membutuhkan waktu sekitar 50 – 57 hari mulai dari proses awal hingga sampai panen.
2. Gunakan material rangka penyangga nampan yang kuat, yang tahan terhadap cuaca untuk mencegah rapuh atau roboh.
3. Aturlah jumlah nampan sebanyak mungkin, dengan tetap mempertimbangkan kekuatan rangka
4. Semakin banyak rak susunan nampan, tentunya semakin tinggi jumlah produksi cacing sutra.
Media tumbuh bisa dilakukan dengan membuat kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Setiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm. Atau wadah budidaya dapat dibuat dari bahan terpal.
Budidaya Cacing Sutra Media Nampan – sipendik
D. Pemupukan
(Mulai dari proses pemupukan hingga panen, kami menjelaskan budidaya cacing sutra menggunakan media terpal. bagi Anda yang ingin berbudidaya menggunakan media nampan bisa menyesuaikan berdasarkan jumlah dan ukuran nampan)
Sama seperti pada budidaya lainnya agar pertumbuhan cacing ini baik dan normal perlu dilakukan pemupukan. caranya yaitu Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ m2 untuk sumber makanan cacing. Cacing sutra sangat menyukai bahan organik sebagai bahan makanannya.
Cara pembuatan pupuk :
1.   Cara yang dilakukan dalam pembuatannya yaitu kita Siapkan kotoran ayam, lalu kotoran tersebut dijemur sekitar 6 jam tujuannya yaitu agar kotoran tersebut itu kering sehingga gas beracun yang ada dalam kotoran yang mungkin berbahaya itu dapat lenyap dan hilang karena menguap.
2.   Sebaiknya Siapkan bakteri EM4 atau fermentor lainnya untuk fermentasi kotoran ayam tersebut. Fermentor ini dapat anda beli dan banyak terdapat di toko Saprodi pertanian, perikanan, dan peternakan.
3.   Lalu Aktifkan bakterinya yaitu dengan cara menambahkan ¼ sendok makan gula pasir + 4ml EM4 + dalam 300 ml air setelah itu didiamkan sejenak sekitar kurang lebih 2 jam.
4.   Campur cairan itu ke 10 kg kotoran ayam yang sudah di jemur tadi, aduk hingga rata.
5.   Selanjutnya masukkan ke wadah yang tertutup rapat selama 5 hari maksudnya agar kotoran ayam dapat terfermentasi secara baik dan hasilnya sempurna.
E. Lakukan Fermentasi
Fermentasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menaikkan kandungan unsur N-organik dan C-organik hingga 2 kali lipat. Caranya adalah lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.
F. Proses Penebaran Bibit
Supaya hasilnya bagus bibit cacing sutera ini ditebarkan secara merata. Diusahakan selama proses budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter/detik (arus lamban)
G. Cara Pemeliharaan cacing sutera yang baik
Budidaya ini bisa saja dilakukan oleh siapa saja namun dengan menggunakan sistim budidaya agar usaha budidaya cacing ini menghasilkan produk yang bermutu dan bagus sehingga jauh dari hama maupun penyakit, dan bebas bakteri patogen maka untuk Lahan perlu ada lahan uji coba.
1.   Lahan uji coba berupa kolam tanah/terpal berukuran 8 x 1,5m dengan kedalaman 30 cm.
2.   Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur (gunakan lumpur bebas limbah kimia).
3.   Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolam dibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.
4.   Pipa Air Keluar (Pipa Pengeluaran/Outlet)dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik.Pipa Pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjangsekitar 15 cm.
5.   Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan danbenda-benda keras lainnya. Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.
6.   Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.
7.   Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dantidak terdapat lumpur yang keras.
8.   Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semua bagian.
9.   Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudiansebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.
10.   Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuaipanjang pipa pembuangan.
11.   Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.
12.   Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.
13.   Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalambaskom agar gumpalannya buyar.
14.   Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruhpermukaan kolam secara merata.
15.   Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.
H. Pakan Cacing Sutra
Karena cacing sutra termasuk makhluk hidup, tentunya cacing sutra tersebut juga membutuhkan makan. Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan. Cara makan cacing sutra adalah dengan cara menelan makanan bersama sedimennya dan karena cacing sutra mempunyai mekanisme yang dapat memisahkan sedimen dan makanan yang mereka butuhkan. Jadi kita juga harus menyediakan makanannya tersebut.
sil Panen Cacing Sutra Media Nampan -sipendik
I. Cara Panen Yang Baik Pada Cacing Sutra

Waktu diperlukan untuk melakukan panen cacing sutera dalam usaha ini dilakukan setelah budidaya berlangsung beberapa minggu dan berturut-turut bahkan panen bisa dilakukan setiap dua minggu sekali. Cara pemanenan cacing sutera dapat dilakunan dengan menggunakan serok tapi yang bahannya halus/lembut. Cacing sutera yang didapat dan masih bercampur dengan media budidaya dimasukkan kedalam ember atau bak yang diisi air, kira –kira 1 cm diatas media budidaya agar cacing sutera atau cacing rambut naik ke permukaan media budidaya. caranya yatitu Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam. Setelah enam jam, cacing rambut yang menggerombol diatas media diambil dengan tangan. Dengan cara ini didapat cacing sutera sebanyak 30 – 50 gram/m2 per dua minggu. Kemudian jika anda ingin melakukan sistim panen ini dapatberkesinambungan sebaiknya perlu dirancang sedemikian rupa sehingga panjang parit perlu diatur agar bisa memenuhi keperluan yang diharapkan untuk setiap harinya.