Sabtu, 29 September 2018

Potensi dan Prospek Pengembangan Sidat

I. PENDAHULUAN
Ikan sidat atau biasa dikenal dengan sebutan ikan unagi bagi masyarakat Jepang merupakan ikan air tawar yang masih satu keluarga dengan ikan belut. Dengan tekstur tubuh yang hampir sama dengan belut, membuat ikan ini menjadi salah satu ikan yang paling banyak digemari oleh masyarakat Jepang, hingga banyak masyarakat Jepang yang menginginkan ikan ini untuk dikonsumsinya.
Banyaknya permintaan pasar akan ikan sidat di negara Jepang membuat negara Jepang sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan ikan sidat. Selama ini negara Jepang hanya mampu memproduksi sekitar 30 % saja dan untuk 70 % nya negara Jepang mendatangkan kebutuhan ikan sidat dari berbagai macam negara-negara yang lain, salah satunya adalah negara Indonesia. Dengan adanya kebutuhan konsumsi yang berbanding terbalik dengan jumlah yang ada, membuat negara Jepang sering mengimport ikan sidat dari negara-negara lain, termasuk dari Indonesia. Hal seperti inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang membudidaya ikan sidat

II. KLASIFIKASI IKAN SIDAT
Menurut Nelson (1994) ikan sidat diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum             : Chordata
Kelas             : Actinopterygii
Subkelas       : Neopterygii
Division         : Teleostei
Ordo              : Anguilliformes
Famili    : Anguillidae
Genus     : Anguilla
Species   : Anguilla spp

III. MORFOLOGI, HABITAT, KEBIASAAN MAKAN DAN REPRODUKSI



Tubuh sidat berbentuk bulat memanjang, sekilas mirip dengan belut yang biasa dijumpai di areal persawahan. Salah satu karakter/bagian tubuh sidat yang membedakannya dari belut adalah keberadaan sirip dada yang relatif kecil dan terletak tepat di belakang kepala sehingga mirip seperti daun telinga sehingga dinamakan pula belut bertelinga. Bentuk tubuh yang memanjang seperti ular memudahkan bagi sidat untuk berenang diantara celah-celah sempit dan lubang di dasar perairan. Panjang tubuh ikan sidat bervariasi tergantung jenisnya yaitu antara 50-125 cm. Ketiga siripnya yang meliputi sirip punggung, sirip dubur dan sirip ekor menyatu. Selain itu terdapat sisik sangat kecil yang terletak di bawah kulit pada sisi lateral. Perbedaan diantara jenis ikan sidat dapat dilihat antara lain dari perbandingan antara panjang preanal (sebelum sirip dubur) dan predorsal (sebelum sirip punggung), struktur gigi pada rahang atas, bentuk kepala dan jumlah tulang belakang.
Berdasarkan analisis isi lambung ikan sidat dewasa didapatkan jenis makanannya adalah kepiting, udang dan keong. Sedangkan pada elver dan glass eel, jenis makanannya tidak teridentifikasi. Berdasarkan penelitian Pirzan dan Wardoyo (1979) ikan sidat pada stadia elver memakan plankton, ikan kecil, udang-udangan dan insekta. Sedangkan glass eel yang baru masuk ke cabang sungai isi lambungnya kosong. Menurut Sutardjo dan Mahfudz (1971) ikan sidat yang berukuran 14,5 B 66,3 cm sebagian besar makanannya berupa udang.
Jenis-jenis makanan ikan sidat tersebut sesuai dengan keberadaan jenis-jenis organism yang tersedia di habitatnya. Oleh karena itu pertumbuhan dan kehidupan ikan sidat sangat tergantung pada kehidupan organism bentik baik insekta, moluska maupun dekapoda. Di alam ikan sidat memakan bermacam-macam insekta, cacing dan ikan kecil. Ikan sidat jantan akan matang gonad pada umur 3-4 tahun, sedangkan sidat betina 4-5 tahun. Setelah ikan dewasa akan kembali ke laut dan mencari spawning ground lalu mati setelah memijah (spawn).
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik panjang volume atau berat dalam satu waktu tertentu (Effendie, 1997). Weatherley (1972) dalamSriati (1998) mengemukakan bahwa pada stadia juvenil, ikan sidat mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, di mana panjang berat bersifat linier. Hal ini disebabkan karena pada stadia juvenil belum terjadi perkembangan gonad, sehingga kelebihan energi yang masuk seluruhnya digunakan untuk pertumbuhan.
Umumnya di daerah tropis makanan merupakan faktor yang sangat berpengaruh demi pertumbuhan ikan sidat. Pada keadaan normal, ikan akan mengkonsumsi makanan relatif lebih banyak sehingga pertumbuhannya sangat cepat. Selain itu keberhasilan dalam mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan ikan tersebut (Affandi dan Riani ; 1994). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa khusus untuk daerah tropis, pertumbuhan terjadi pada bulan April hingga September, dan pada periode tersebut ikan sidat aktif dalam mencari makan.
Beberapa penyebab pertumbuhan larva lambat adalah nafsu makan kurang, kualitas pakan tambahan rendah dan jumlah pakan yang kurang, serta padat penebaran yang terlalu tinggi. Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kelangsungan hidup benih ikan sidat, adalah persiapan bak atau wadah pemeliharaan benih yang kurang sempurna, padat penebaran yang terlalu tinggi, adanya serangan penyakit ekor putih (Sasongko dkk., 2007).
Perkembangan gonad sidat sangat unik dan jenis kelaminnya berkembang sesuai dengan kondisi lingkungannya. Pada saat anakan kondisi seksualnya berganda sehingga tidak mempunyai jaringan yang jelas antara jantan dan betinanya. Pada tahap selanjutnya sebagian gonad akan berkembang menjadi ovari (indung telur) dan sebagian lagi menjadi testis dengan perbandingan separuh dari populasinya adalah jantan dan separuh lagi betina. Dalam siklus hidupnya setelah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang panjang di perairan tawar, sidat dewasa yang lebih dikenal dengan yellow eel berkembang menjadi silver eel (matang gonad) yang akan bermigrasi ke laut untuk memijah (Rovara dkk., 2007).
Sidat termasuk hewan yang bersifat katadormus karena pada ukuran anakan sampai dewasa tinggal di perairan tawar namun ketika akan memijah beruaya ke laut dalam. Pemijahan diperkirakan berlangsung pada kedalaman 400-500 meter dengan suhu 16-17 oC dan salinitas 35 permill. Jumlah telur yang dihasilkan (fekunditas) setiap individu betina berkisar antara 7 juta-13 juta butir dengan diameter sekitar 1 mm (Matsui, 1982). Telur akan menetas dalam waktu 4-5 hari. Setelah memijah induk sidat biasanya akan mati.
Benih sidat yang baru menetas berbentuk lebar seperti daun yang dinamakan leptocephalus yang memiliki pola migrasi vertikal, yaitu cenderung naik ke permukaan pada malam hari dan siang hari turun ke perairan yang lebih dalam. Selanjutnya benih akan berkembang dalam beberapa tahapan menjadi agak silindris dengan warna agak buram yang dikenal dengan nama glass eel pada tahap glass eel biasanya sudah mulai terdapat pigmentasi pada bagian ekor dan kepala bagian atas (Tesch, 1977). Umur glass eel yang tertangkap di muara sungai diperkirakan antara 118-262 hari dengan umur rata-rata 182,8 hari (Setiawan dalam Rovara, 2007). Panjang tubuh glass eel antara 5 – 6 cm dengan berat sekitar 0,2 gram.
Keberadaan glass eel sangat tergantung pada musim. Hal ini lebih dipertegas lagi dari hasil wawancara dengan pengumpul benih sidat di Pelabuhan Ratu Sukabumi yang mengatakan bahwa ketersediaan benih sidat sangat tergantung dengan musim dan umumnya lebih banyak pada musim penghujan (Nopember–April). Jumlah glass eel yang tertangkap selama kurun waktu tersebut sangat berfluktuasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tesch (1977) bahwa glass eel akan bermigrasi masuk ke perairan tawar pada saat salinitas di muara sungai relatif rendah (1-2 ppt). Salinitas rendah seperti ini akan banyak terkondisikan pada musim hujan. Penangkapan benih sidat pada umumnya dilakukan pada malam hari ketika bulan mati/gelap dengan menggunakan sirip (hanco dengan mesh size halus) dengan penerangan lampu petromax.
IV.TEKNIK BUDIDAYA SIDAT
A. Persiapan Kolam

Pertama kali yang perlu anda lakukan untuk membudidayakan ikan sidat yaitu dengan membuat kolam terpal dengan ukuran yang ideal sekitar 2x7x0,7 meter. Anda pun juga bisa menggunakan pompa untuk membuat air mengalir. Sebaiknya anda menggunakan air sungai, sebab habitat asli dari ikan sidat adalah perairan sungai. Anda pun juga harus membuat kedalaman kolam dengan kedalaman 40 cm dan tambahkanlah oksigen dengan pompa udara yang memiliki 12 lubang.
B. Memilih Bibit
1. Bibit yang digunakan sehat dan tidak terdapat bekas luka
Luka pada bibit sidat dapat terjadi akibat disetrum, pukulan benda keras, atau perlakuan saat pengangkutan. Umumnya, bibit yang diperoleh dengan cara disetrum cirinya tidak dapat langsung terlihat, tetapi baru diketahui 10 hari kemudian. Salah satu ciri-cirinya terdapat bintik putih seperti garis di permukaan tubuh yang lama-kelamaan akan memerah dan pada bagian dubur berwarna kemerahan. Bibit yang disetrum akan mengalami kerusakan syaraf sehingga pertumbuhannya tidak maksimal.
2. Bibit terlihat lincah dan agresif
Bibit yang yang selalu mendongakan kepalanya keatas dan tubuhnya sudah membalik sebaiknya diambil saja karena sidat yang sudah seperti ini sudah tidak sehat dan lama kelamaan bisa mati. sidat yang sehat mempunyai ciri-ciri: tenang tapi lincah, belut akan mengambil oksigen keatas dengan cepat kamudian kembali kebawah lagi.
3. Penampilan sehat yang dicirikan, tubuh yang keras dan tidak lemas pada waktu dipegang
pada waktu kita memegang sidat tentunya kita akan bisa merasakan keadaannya, bila belut tersebut bila kita pegang tetap diam/lemas atau tidak meronta/tidak ada perlawanan ingin lepas, sebaiknya sidat dipisahkan, karena sidat sidat yang seperti ini kurang sehat. Dan sekaliknya jika kita pegang badannya terasa keras dan selalu meronta ingin lepas dari genggaman tangan kita, sidat yang mempunyai ciri seperti ini layak kita budidayakan.
4. Ukuran bibit seragam dan dikarantina terlebih dahulu
Bibit yang dimasukkan ke dalam wadah pembesaran ukurannya harus seragam. Hal ini dilakukan untuk menghindari sifat kanibalisme pada sidat. Bibit yang berasal dari tangkapan alam harus disortir dan dikarantina. Tujuannya untuk menghindari serangan bibit penyakit yang mungkin terbawa dari tempat hidup atau kolam pemeliharaan sidat sebelumnya dan untuk pemilihan sidat yang sehat dan tidak sehat. Caranya adalah dengan memasukkan bibit sidat ke dalam kolam atau bak yang diberi air bersih biarkan belut tenang dulu (kurang lebih 1 jam) kemudian berilah kocokan telur dicampur dengan madu 1 jam kemudian penggantian air dilakukan dan biarkan sidat sampai bener-bener tenang diamkan kurang lebih 1 hari 1 malam kemudaian masuk bibit kekolam pembesaraan.
C. Pemberian Pakan

Setelah anda sudah menyiapkan benih ikan dan kolam terpal, pasti anda pun juga menyiapkan pakan untuk ikan sidat. Pakan yang perlu anda berikan untuk ikan sidat yaitu berupa hewan yang hidup seperti halnya udang hidup, kepiting hidup, bahkan cacing tanah. Selain itu, anda juga bisa memberikan pelet dengan protein berukuran 1 ml dan berikanlah beberapa makanan penambah asupan untuk ikan sidat agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

D. Panen
Saat anda sudah melakukan beberapa tahap tersebut, pasti ikan sidat anda akan tumbuh berkembang dan mulai membesar. Kemudian anda bisa memanen ikan sidat dengan waktu sekitar 2 tahun yang akan anda ekspor ke Jepang, sedangkan ikan sidat yang akan anda jual ke dalam negeri hanya akan membutuhkan waktu panen antara 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun, maka dengan kurun waktu itu anda pun bisa memanen ikan sidat.
Sumber
https://www.aliffarm.com/cara-budidaya-ikan-sidat-di-kolam-terpal-itu-mudah-kok/
https://nurhasanaquacultur.wordpress.com/2017/11/09/klasifikasi-sdan-morfologi-ikan-sidat/

Rabu, 26 September 2018

Melirik Cara Budidaya Koi

I. PENDAHULUAN
Ikan Koi ( Cyprinus Carpio ) termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper) yang hidup di air deras sehingga membutuhkan air yang jernih dan oksigen terlarut yang tinggi. Harga Koi sangat ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi. Pemuliaan yang dilakukan bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian koi. Beberapa varietas yang tersebar ke seluruh dunia digolongkan Asosiasi Koi Jepang (en Nippon Airinkai) menjadi 13 kelompok antara lain: Bekko, Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono. Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan Kawarigoi.



II.KALSIFIKASI DAN TAKSONOMI
Ø  Philum : Chordata
Ø  Kelas : Actinopterygii
Ø  Ordo : Cyprinoformes
Ø  Famili : Cyprinidae
Ø  Genus : Cyprinus
Ø  Spesies: Carpio
III.MORFOLOGI DAN HABITAT
Tubuh ikan koi berbentuk seperti torpedo dengan alat gerak berupa sirip
Ikan ko memliki sirip yang lengkap yaitu sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor
Sirip pada koi terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip yang berfungsi sebagai alat gerak
Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak
Sirip perut memiliki jari-jari lunak sebanyak 9 buah
Sirip anus memiliki 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak
Pada sisi pertengahan batang badan sampai batang ekor mempunyai gurat sisi yang berguna sebagai penerima getaran suara Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga keluar Koi mempunyai badan yang berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Ada-pun sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah  sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuali sirip ekor. Selain sirip sebagai sarana penggerak, koi juga mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumnya ini, mereka mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang menutupi makanan tersebut. 

IV. TEKNIS BUDIDAYA

A. Syarat Tumbuh
Ø  suhu air berkisar 24-260 C,
Ø  pH 7,2-7,4 (agak basa), 
Ø  oksigen minimal 3-5 ppm, 
Ø  CO2 max 10 ppm, 
Ø  nitrit max 0,2. 
Ø  Air yang digunakan harus terdeklorinisasi/sudah disaring dan diendapkan 24 jam.
Ø  Air yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan suhu yang stabil.
Ø  Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator
Ø  sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 50 C.

B. Persiapan dan Pemilihan Wadah
Ø  Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi.
Ø  Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh.
Ø   Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton.
Ø  Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak. 
C. Pakan
Ø  Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). 
Ø  Meski demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun, atau berburu cacing di dasar sungai.
Ø  Maka inilah guna dari sungut yang ada pada mulut ikan. 
Ø  Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan. 
Ø  Pakan Buatan/Tambahan
·         Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah).
·         Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin.
·         Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.
Ø Pakan alami atau pakan
·         Pakan hidup misalnya cacing darah, cacing tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan phitoplankton dalam kolam. 
·         Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya. 
·         Menurut pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukanlah bahan – bahan aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang. Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan loi tersebut banyak menyantap ganggang yang memang  tumbuh di Lumpur. Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak zat karoten.
·         Maka kalau anda ingin menambah warna ikan lebih cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya dapat anda campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti.
D. Pembenihan Koi
1. Persiapan Kolam
    Ø  Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman.
Ø   Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.
Ø  Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.
Ø  Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m.
Ø  Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Ø  Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih.
Ø  Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Ø  Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis.
Ø  Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai
Ø  Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.

2. Induk
Ø  Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg.
Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk
3. Pemijahan Ikan
Ø  Secara alami, carp memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu air.
Ø  Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak diberi pakan selama beberapa hari. 
Ø  Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan.
Ø  Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan. 
Ø  Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan.
Ø  Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan.
Ø  Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir. 
Ø  Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan.
Ø  Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan.
Ø  Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan.
Setelah telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan
4. Pendederan
Ø  Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu.
Ø   Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air.
Ø  Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur. 
Ø  Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran.
Ø  Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet).
Ø  Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari.
Ø  Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-. 
Ø  Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram).
Ø  Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm).
Ø  Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan).
Ø   Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik. 
Ø  Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%.
Ø  Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan.
Ø  Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya.
Ø  Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).

 5. Pewarnaan
Ø  Kualitas koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan warna.
Ø  Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna menunjukkan kualitas yang baik. 
Ø  Genotip menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora.
Ø  Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan.
Ø  Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah bila ikan mengalami tekanan (stres).
Ø  Biasanya ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh.
Ø  Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen.
Ø  Koi muda yang berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu sebelum dipasarkan akan berwarna menarik.
Ø  Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam pakan. 

Panen
Ø  Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1 m.
Ø  Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya.
Ø  Dari hasil seleksi ini, Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga pasar yang baik. 
Ø  Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk.

Ø  Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi
Sumber
http://sikpas.blogspot.com/2015/10/morfologi-dan-anatomi-sejarah-ikan-koi.html

Minggu, 23 September 2018

Beternak Ikan Cupang

I. PENDAHUUAN
Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mudah dipelihara. Budidaya ikan cupang tidak memerlukan tempat luas dan modal yang besar. Bisa dilakukan sebagai usaha rumahan. Ikan cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar dari daerah tropis. Banyak ditemukan di perairan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di alam bebas ikan ini hidup berkelompok. Habitatnya ada di rawa-rawa, danau, dan sungai yang arusnya tenang. Salah satu keistimewahan ikan cupang adalah daya tahannya. Sanggup hidup dalam lingkungan air minim oksigen. Bisa dipelihara dalam toples kecil tanpa menggunakan aerator. Kemampuan ini didapat karena ikan cupang memiliki rongga labirin seperti pada paru-paru manusia. Labirin tersebut bisa membuatnya bertahan pada lingkungan miskin oksigen.


II.KALSIFIKASI 
Ikan cupang mempunyai daftar klasifikasi yang panjang. Daftar klasifikasi yang popular dengan sebutan sistematika ikan tersebut adalah sebagai berikut
Filum                   : Chordata
Subfilum              : Craniata
Superkelas          : Gnathostomata
Kelas                   : Osteichthyes
Subkelas             : Actinopterygii
Superordo          : Teleostei
Ordo                   : Percomorphoidei
Subordo             : Anabantoidei
Famili                 : Antibantidae
Genus                 : Betta
Spesies                : 
Betta splendens
III.MORFOLOGI
Ikan cupang yang diambil dari alam aslinya merupakan ikan yang mempunyai postur badan memanjang, dan bila diliat dari depan atau dari belakang mempunyai potongan badan yang pipih kesamping (compressed). Sebagai ikan liar, ternyata badannya mirip dengan bunglon, beragam tergantung alam yang membentuknya. Beberapa spesimen yang tergolong cantik mempunyai warna badan dasar coklat kemerah-merahan dengan corak kebiru-biruan. Semua sisi sangat dekoratif dan warnanya sangat beragam. Sirip punggung sangat lebar dan terentang sampai kebelakang, walaupun badannya tidak terlalu besar tapi keliatan kokoh dan menawan. Ikan cupang memiliki sirip ekor yang membulat (rounded) dengan warna yang sama dengan badannya. Sirip ekor ini juga dihiasi dengan strip berwarna sedikit kehijau-hijauan, sering kali ujungnya berwarna oranye. Sirip analnya berwarna hijau kebiru-biruan, juga memanjang, memantapan eksistensinya sebagai ikan jago berkelahi. Sirip anal ini kadang-kadang dibubuhi warna coklat dan merah. Ikan cupang memiliki sirip perut yang panjang dan berwarna merah oranye. Hanya saja, ujang siripnya sering kali dihiasi warna putih susu. Ikan cupang jantan memiliki ukuran yang lebih besar dibanding ikan cupang betina. Biasanya ukuran ikan cupang jantan bekisar antara  5 - 6 cm.
IV. HABITAT
Ikan cupang (Betta splendens) bukanlan ikan asli Indonesia, meskipun Indonesia mempunyai ikan yang masih semarga dengan ikan ini yakni Betta fasciatus, alias Stiped fightingfish, yang lebih dikenal dengan nama Tempalo. 
Ikan ini pertama kali ditemukan di perairan Thailand dan Malaysia. Sekalipun dahulu belum mengetahui kehebatanya bertarung, namun salah satu yang sering mendapatkan perhatian adalah si jantan mempunyai warna yang menarik. Selain mudah diurus, ikan cupang mudah beradaptasi dan dapat bertahan hidup di dalam wadah yang berukuran kecil.
V. CARA BUDIDAYA 
A. Persiapan Kolam
Setelah indukan jantan dan indukan betina siap untuk memijah, sediakan tempat berupa wadah dari baskom plastik atau akuarium kecil dengan ukuran 20x20x20 cm. Siapkan juga gelas plastik untuk tempat ikan cupang betina. Sediakan juga tumbuhan air seperti kayamba. 
B. Persiapan Induk
     Memikih Induk Ikan Cuoang
     Untuk memulai budidaya ikan cupang, langkah pertama yang harus disiapkan adalah mendapatkan indukan atau bibit berkualitas. Indukan yang baik sebisa mungkin berasal dari keturunan unggul, kondisinya bugar, bebas penyakit dan cacat bawaan. Simpan indukan jantan dan betina di tempat terpisah.
Tips membedakan cupang jantan dan betina!
Jantan: gerakannya lincah, sirip dan ekor lebar mengembang, warna cerah, tubuhnya lebih besar. 

  1. Berumur setidaknya 4-8 bulan
  2. Bentuk badan panjang
  3. Siripnya panjang dan warnanya terang atraktif
  4. Gerakannya agresif dan lincah
Betina: gerakannya lebih lamban, sirip dan ekor lebih pendek, warna kusam, tubuh lebih kecil. Sebelum pemijahan dilakukan, pastikan indukan jantan dan betina sudah masuk dalam fase matang gonad atau siap untuk dikawinkan. Adapun ciri-ciri indukan yang telah menunjukkan siap kawin adalah sebagai berikut.

Untuk cupang jantan : 
  1. Berumur setidaknya 3-4 bulan
  2. Bentuk badan membulat, bagian perut sedikit buncit
  3. Siripnya pendek dan warnanya kusam tidak menarik
  4. Gerakannya lambat

C. Pemijahan Ikan
Setelah indukan jantan dan indukan betina siap untuk memijah, sediakan tempat berupa wadah dari baskom plastik atau akuarium kecil dengan ukuran 20x20x20 cm. Siapkan juga gelas plastik untuk tempat ikan cupang betina. Sediakan juga tumbuhan air seperti kayambang. Dalam satu kali perkawinan, ikan cupang bisa menghasilkan hingga 1000 butir telur. Telur tersebut akan menetas dalam waktu 24 jam setelah pembuahan. Berdasarkan pengalaman para pembudidaya, tingkat kematian pembenihan ikan cupang cukup tinggi. Dalam satu kali kawin biasanya hanya dapat dipanen 30-50 ikan cupang hidup.
Indukan jantan bisa dikawinkan hingga 8 kali dengan interval waktu sekitar 2-3 minggu. Sedangkan indukan betina disarankan hanya dikawinkan satu kali saja. Bila dipaksakan, pada perkawinan berikutnya akan terjadi penurunan keragaman jenis kelamin. Dimana anakan ikan semakin didominasi kelamin betina. Adapun langkah langkah pemijahan cupang sebagai berikut :
  • Isi tempat pemijahan dengan air bersih setinggi 10-15 cm. Seabagai catatan gunakan air tanah atau air sungai yang jernih. Endapkan terelebih dahulu air yang akan dipakai setidaknya selama satu malam. Hindari penggunaan air dalam kemasan atau air PAM yang berbau kaporit.
  • Tambahkan kedalam wadah tersebut tanaman air, sebagai tempat burayak berlindung. Tapi penempatan tanaman air jangan terlalu padat. Karena tanaman air berpotensi mengambil oksigen terlarut yang ada dalam air.
  • Masukkan ikan cupang jantan yang telah siap kawin. Biarkan ikan tersebut selama satu hari dalam wadah. Ikan cupang jantan akan membuat gelembung-gelembung udara. Gunanya untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi. Untuk memancing si jantan membuat gelembung, masukkan ikan cupang betina tetapi dipisah. Caranya, ikan betina dimasukkan dalam gelas plastik bening (bekas gelas akua) dan benamkan ke dalam aquarium dimana ikan jantan berada.
  • Setelah indukan jantan membuat gelembung, masukkan indukan betina. Waktu pemijahan ikan cupang biasanya terjadi sekitar pukul 7-10 pagi atau pukul 4-6 sore. Ikan cupang cukup sensitif ketika kawin, sebaiknya tutup wadah dengan koran atau letakkan di ruang yang terhindar dari hilir mudik orang dan suara bising.
D. Penetasan Telur
Setelah terjadi pembuahan angkat segera indukan betina, karena yang bertanggung jawab membesarkan dan menjaga burayak adalah cupang jantan. Dengan mulutnya si jantan akan memunguti telur yang telah dibuahi dan meletakkannya pada gelembung-gelembung tadi. Apabila indukan betina tidak diangkat, maka telur-telur yang telah dibuahi akan dimakan si betina.
Setelah kurang lebih satu hari telur-telur tersebut akan menjadi burayak. Selama 3 hari kedepan burayak tidak perlu diberi pakan karena masih ada nutrisi yang terbawa dalam telur. Ikan cupang jantan juga akan berpuasa selama menjaga burayak.

E. Perawatan Larva
  • Setelah tiga hari terhitung sejak telur menetas, berikan kutu air (moina atau daphnia). Pemberian pakan jangan lebih banyak dari burayak karena pakan akan mengotori air dan menyebabkan kematian pada burayak.
  • Indukan jantan baru diambil setelah burayak berumur 2 minggu terhitung sejak menetas. Pindahkan burayak tersebut pada wadah yang lebih besar dan berikan kutu air yang lebih besar atau larva nyamuk..
F. Penederan/Pembesaran

Setelah 1,5 bulan, ikan sudah bisa dipilah berdasarkan jenis kelaminnya. Kemudian pisahkan ikan ikan tersebut ke wadah pembesaran. ikan cupang relatif tahan banting. Bisa dipelihara dalam akuarium tanpa menggunakan aerator. Ikan ini tahan terhadap kondisi air yang minim oksigen. Walaupun begitu, disarankan untuk tetap menjaga kualitas air dengan memberinya aerasi dan filter pembersih. Agar ikan bisa berkembang sempurna dan selalu dalam kondisi bugar. Terutama untuk perawatan ikan kontes. Tidak disarankan memelihara lebih dari satu ikan cupang jantan yang telah dewasa dalam satu akuarium. Terlebih bila ukuran akuariumnya kecil dan tidak ada tempat berlindung. Ikan-ikan tersebut bisa saling menyerang satu sama lain. Akibatnya, sirip-siripnya tidak mulus dan warnanya kurang keluar. Khusus untuk ikan cupang aduan, kita bisa emasukkannya ke dalam toples kaca kecil. Berdasarkan beberapa pengalaman, agar ikan lebih agresif simpan ditempat yang gelap. Jangan meletakkan toples ikan secara berdekatan. Karena ikan cupang aduan akan terus dalam kondisi siap menyerang dan membenturkan dirinya ke kaca. Berikan sekat tidak tembus pandang di antara toples-toples tersebut. Gantilah air yang terdapat dalam wadah secara berkala.Lihat apakah ada penumpukan kotoran dan sisa pakan pada dasar wadah. Penumpukan tersebut bisa menimbulkan penyakit bahkan kematian pada ikan karena pencemaran air.

Sumber :
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-ikan-cupang/