Ikan sidat atau biasa dikenal dengan
sebutan ikan unagi bagi masyarakat Jepang merupakan ikan air tawar yang masih
satu keluarga dengan ikan belut. Dengan tekstur tubuh yang hampir sama
dengan belut, membuat ikan ini menjadi salah satu ikan yang paling banyak
digemari oleh masyarakat Jepang, hingga banyak masyarakat Jepang yang
menginginkan ikan ini untuk dikonsumsinya.
Banyaknya permintaan pasar akan ikan sidat di negara Jepang membuat negara
Jepang sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan ikan sidat. Selama ini negara
Jepang hanya mampu memproduksi sekitar 30 % saja dan untuk 70 % nya negara
Jepang mendatangkan kebutuhan ikan sidat dari berbagai macam negara-negara yang
lain, salah satunya adalah negara Indonesia. Dengan adanya kebutuhan
konsumsi yang berbanding terbalik dengan jumlah yang ada, membuat negara Jepang
sering mengimport ikan sidat dari negara-negara lain, termasuk dari Indonesia.
Hal seperti inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang
membudidaya ikan sidat
II. KLASIFIKASI IKAN SIDAT
Menurut Nelson (1994) ikan sidat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Filum :
Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Division : Teleostei
Genus : Anguilla
Species : Anguilla spp
III. MORFOLOGI, HABITAT, KEBIASAAN MAKAN DAN REPRODUKSI
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Division : Teleostei
Ordo : Anguilliformes
Famili :
AnguillidaeGenus : Anguilla
Species : Anguilla spp
III. MORFOLOGI, HABITAT, KEBIASAAN MAKAN DAN REPRODUKSI
Tubuh sidat berbentuk bulat memanjang, sekilas mirip
dengan belut yang biasa dijumpai di areal persawahan. Salah satu
karakter/bagian tubuh sidat yang membedakannya dari belut adalah keberadaan
sirip dada yang relatif kecil dan terletak tepat di belakang kepala sehingga
mirip seperti daun telinga sehingga dinamakan pula belut bertelinga. Bentuk
tubuh yang memanjang seperti ular memudahkan bagi sidat untuk berenang diantara
celah-celah sempit dan lubang di dasar perairan. Panjang tubuh ikan sidat
bervariasi tergantung jenisnya yaitu antara 50-125 cm. Ketiga siripnya yang
meliputi sirip punggung, sirip dubur dan sirip ekor menyatu. Selain itu
terdapat sisik sangat kecil yang terletak di bawah kulit pada sisi lateral.
Perbedaan diantara jenis ikan sidat dapat dilihat antara lain dari perbandingan
antara panjang preanal (sebelum sirip dubur) dan predorsal (sebelum sirip
punggung), struktur gigi pada rahang atas, bentuk kepala dan jumlah tulang
belakang.
Berdasarkan analisis isi lambung ikan sidat dewasa
didapatkan jenis makanannya adalah kepiting, udang dan keong. Sedangkan pada
elver dan glass eel, jenis makanannya tidak teridentifikasi. Berdasarkan
penelitian Pirzan dan Wardoyo (1979) ikan sidat pada stadia elver memakan
plankton, ikan kecil, udang-udangan dan insekta. Sedangkan glass eel yang baru
masuk ke cabang sungai isi lambungnya kosong. Menurut Sutardjo dan Mahfudz
(1971) ikan sidat yang berukuran 14,5 B 66,3 cm sebagian besar makanannya
berupa udang.
Jenis-jenis makanan ikan sidat tersebut sesuai dengan
keberadaan jenis-jenis organism yang tersedia di habitatnya. Oleh karena itu
pertumbuhan dan kehidupan ikan sidat sangat tergantung pada kehidupan organism
bentik baik insekta, moluska maupun dekapoda. Di alam ikan sidat memakan
bermacam-macam insekta, cacing dan ikan kecil. Ikan sidat jantan akan matang
gonad pada umur 3-4 tahun, sedangkan sidat betina 4-5 tahun. Setelah ikan
dewasa akan kembali ke laut dan mencari spawning ground lalu mati setelah
memijah (spawn).
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran
baik panjang volume atau berat dalam satu waktu tertentu (Effendie, 1997).
Weatherley (1972) dalamSriati (1998) mengemukakan
bahwa pada stadia juvenil, ikan sidat mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, di
mana panjang berat bersifat linier. Hal ini disebabkan karena pada stadia
juvenil belum terjadi perkembangan gonad, sehingga kelebihan energi yang masuk
seluruhnya digunakan untuk pertumbuhan.
Umumnya di daerah tropis makanan merupakan faktor yang
sangat berpengaruh demi pertumbuhan ikan sidat. Pada keadaan normal, ikan akan
mengkonsumsi makanan relatif lebih banyak sehingga pertumbuhannya sangat cepat.
Selain itu keberhasilan dalam mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan
ikan tersebut (Affandi dan Riani ; 1994). Hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa khusus untuk daerah tropis, pertumbuhan terjadi pada bulan April hingga
September, dan pada periode tersebut ikan sidat aktif dalam mencari makan.
Beberapa penyebab pertumbuhan larva lambat adalah
nafsu makan kurang, kualitas pakan tambahan rendah dan jumlah pakan yang
kurang, serta padat penebaran yang terlalu tinggi. Selain itu faktor yang dapat
mempengaruhi rendahnya kelangsungan hidup benih ikan sidat, adalah persiapan
bak atau wadah pemeliharaan benih yang kurang sempurna, padat penebaran yang
terlalu tinggi, adanya serangan penyakit ekor putih (Sasongko dkk., 2007).
Perkembangan gonad sidat sangat unik dan jenis
kelaminnya berkembang sesuai dengan kondisi lingkungannya. Pada saat anakan
kondisi seksualnya berganda sehingga tidak mempunyai jaringan yang jelas antara
jantan dan betinanya. Pada tahap selanjutnya sebagian gonad akan berkembang
menjadi ovari (indung telur) dan sebagian lagi menjadi testis dengan
perbandingan separuh dari populasinya adalah jantan dan separuh lagi betina.
Dalam siklus hidupnya setelah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang panjang di
perairan tawar, sidat dewasa yang lebih dikenal dengan yellow eel berkembang
menjadi silver eel (matang gonad) yang akan bermigrasi ke laut untuk memijah
(Rovara dkk., 2007).
Sidat termasuk hewan yang bersifat katadormus karena
pada ukuran anakan sampai dewasa tinggal di perairan tawar namun ketika akan
memijah beruaya ke laut dalam. Pemijahan diperkirakan berlangsung pada
kedalaman 400-500 meter dengan suhu 16-17 oC dan salinitas 35 permill. Jumlah
telur yang dihasilkan (fekunditas) setiap individu betina berkisar antara 7
juta-13 juta butir dengan diameter sekitar 1 mm (Matsui, 1982). Telur akan
menetas dalam waktu 4-5 hari. Setelah memijah induk sidat biasanya akan mati.
Benih sidat yang baru menetas berbentuk lebar seperti
daun yang dinamakan leptocephalus yang memiliki pola migrasi vertikal, yaitu
cenderung naik ke permukaan pada malam hari dan siang hari turun ke perairan
yang lebih dalam. Selanjutnya benih akan berkembang dalam beberapa tahapan
menjadi agak silindris dengan warna agak buram yang dikenal dengan nama glass
eel pada tahap glass eel biasanya sudah mulai terdapat pigmentasi pada bagian
ekor dan kepala bagian atas (Tesch, 1977). Umur glass eel yang tertangkap di
muara sungai diperkirakan antara 118-262 hari dengan umur rata-rata 182,8 hari
(Setiawan dalam Rovara, 2007). Panjang tubuh glass eel antara 5 – 6 cm dengan
berat sekitar 0,2 gram.
Keberadaan glass eel sangat tergantung pada musim. Hal
ini lebih dipertegas lagi dari hasil wawancara dengan pengumpul benih sidat di
Pelabuhan Ratu Sukabumi yang mengatakan bahwa ketersediaan benih sidat sangat
tergantung dengan musim dan umumnya lebih banyak pada musim penghujan (Nopember–April).
Jumlah glass eel yang tertangkap selama kurun waktu tersebut sangat
berfluktuasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tesch (1977) bahwa glass eel akan
bermigrasi masuk ke perairan tawar pada saat salinitas di muara sungai relatif
rendah (1-2 ppt). Salinitas rendah seperti ini akan banyak terkondisikan pada
musim hujan. Penangkapan benih sidat pada umumnya dilakukan pada malam hari
ketika bulan mati/gelap dengan menggunakan sirip (hanco dengan mesh size halus)
dengan penerangan lampu petromax.
IV.TEKNIK BUDIDAYA SIDATA. Persiapan Kolam
Pertama kali yang perlu anda lakukan untuk membudidayakan ikan sidat yaitu
dengan membuat kolam terpal dengan ukuran yang ideal sekitar 2x7x0,7 meter.
Anda pun juga bisa menggunakan pompa untuk membuat air mengalir. Sebaiknya anda
menggunakan air sungai, sebab habitat asli dari ikan sidat adalah perairan
sungai. Anda pun juga harus membuat kedalaman kolam dengan kedalaman 40 cm dan
tambahkanlah oksigen dengan pompa udara yang memiliki 12 lubang.
B. Memilih Bibit
1. Bibit yang digunakan sehat dan tidak terdapat bekas luka
Luka pada bibit sidat dapat terjadi akibat disetrum, pukulan benda keras, atau perlakuan saat pengangkutan. Umumnya, bibit yang diperoleh dengan cara disetrum cirinya tidak dapat langsung terlihat, tetapi baru diketahui 10 hari kemudian. Salah satu ciri-cirinya terdapat bintik putih seperti garis di permukaan tubuh yang lama-kelamaan akan memerah dan pada bagian dubur berwarna kemerahan. Bibit yang disetrum akan mengalami kerusakan syaraf sehingga pertumbuhannya tidak maksimal.
2. Bibit terlihat lincah dan agresif
Bibit yang yang selalu mendongakan kepalanya keatas dan tubuhnya sudah membalik sebaiknya diambil saja karena sidat yang sudah seperti ini sudah tidak sehat dan lama kelamaan bisa mati. sidat yang sehat mempunyai ciri-ciri: tenang tapi lincah, belut akan mengambil oksigen keatas dengan cepat kamudian kembali kebawah lagi.
3. Penampilan sehat yang dicirikan, tubuh yang keras dan tidak lemas pada waktu dipegang
pada waktu kita memegang sidat tentunya kita akan bisa merasakan keadaannya, bila belut tersebut bila kita pegang tetap diam/lemas atau tidak meronta/tidak ada perlawanan ingin lepas, sebaiknya sidat dipisahkan, karena sidat sidat yang seperti ini kurang sehat. Dan sekaliknya jika kita pegang badannya terasa keras dan selalu meronta ingin lepas dari genggaman tangan kita, sidat yang mempunyai ciri seperti ini layak kita budidayakan.
4. Ukuran bibit seragam dan dikarantina terlebih dahulu
Bibit yang dimasukkan ke dalam wadah pembesaran ukurannya harus seragam. Hal ini dilakukan untuk menghindari sifat kanibalisme pada sidat. Bibit yang berasal dari tangkapan alam harus disortir dan dikarantina. Tujuannya untuk menghindari serangan bibit penyakit yang mungkin terbawa dari tempat hidup atau kolam pemeliharaan sidat sebelumnya dan untuk pemilihan sidat yang sehat dan tidak sehat. Caranya adalah dengan memasukkan bibit sidat ke dalam kolam atau bak yang diberi air bersih biarkan belut tenang dulu (kurang lebih 1 jam) kemudian berilah kocokan telur dicampur dengan madu 1 jam kemudian penggantian air dilakukan dan biarkan sidat sampai bener-bener tenang diamkan kurang lebih 1 hari 1 malam kemudaian masuk bibit kekolam pembesaraan.
C. Pemberian PakanSetelah anda sudah menyiapkan benih ikan dan kolam terpal, pasti anda pun juga menyiapkan pakan untuk ikan sidat. Pakan yang perlu anda berikan untuk ikan sidat yaitu berupa hewan yang hidup seperti halnya udang hidup, kepiting hidup, bahkan cacing tanah. Selain itu, anda juga bisa memberikan pelet dengan protein berukuran 1 ml dan berikanlah beberapa makanan penambah asupan untuk ikan sidat agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
D. Panen
Saat anda sudah melakukan beberapa tahap tersebut, pasti ikan sidat anda
akan tumbuh berkembang dan mulai membesar. Kemudian anda bisa memanen ikan
sidat dengan waktu sekitar 2 tahun yang akan anda ekspor ke Jepang, sedangkan
ikan sidat yang akan anda jual ke dalam negeri hanya akan membutuhkan waktu
panen antara 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun, maka dengan kurun waktu itu anda
pun bisa memanen ikan sidat.
Sumberhttps://www.aliffarm.com/cara-budidaya-ikan-sidat-di-kolam-terpal-itu-mudah-kok/
https://nurhasanaquacultur.wordpress.com/2017/11/09/klasifikasi-sdan-morfologi-ikan-sidat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar