I. Pendahuluan
Belut
merupakan binatang air yang digolongkan dalam kelompok ikan. Berbeda dengan
kebanyakan jenis ikan lainnya, belut bisa hidup dalam lumpur dengan sedikit
air. Binatang ini mempunyai dua sistem pernapasan yang bisa membuatnya bertahan
dalam kondisi tersebut. Jenis belut
yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah belut sawah (Monopterus albus).
Di beberapa tempat dikenal juga belut rawa (Synbranchus bengalensis).
Perbedaan belut sawah dan belut rawa yang paling mencolok adalah postur
tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan gemuk, sedangkan belut rawa lebih
panjang dan ramping.
Belut adalah jenis ikan yang rasanya nikmat, dengan rasa khasnya dan banyaknya gizi yang di kandungnya. Belut merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat digemari banyak orang saat ini, dahulu di tahun 60-an masyarakat hanya mengenal belut sawah atau belut liar, sehingga sangat sulit untuk dapat mengkonsumsi belut setiap hari. Saat ini sudah sangat banyak orang yang membudidayakan belut ini sehingga belut dengan mudah dapat dijumpai di pasar. Budidaya belut ternyata tidak sulit, dan tidak membutuhkan lahan yang luas, dengan media tong saja belut sudah dapat dibudidayakan dalam jumlah yang besar.
II. Biologi, Morfologi dan Habitat Belut
Habitat Belut
Di alam bebas belut sering dijumpai dalam perairan berlumpur. Lumpur merupakan tempat perlindungan bagi belut, karena dalam kolam budidaya pun, belut membutuhkan media tumbuh berupa lumpur. Material yang bisa dijadikan bahan membuat lumpur/media tumbuh antara lain, lumpur sawah, kompos, humus, pupuk kandang, sekam padi, jerami padi, pelepah pisang, dedak, tanaman air, dan mikroba dekomposer. Komposisi material organik dalam media tumbuh budidaya belut tidak ada patokannya. Sangat tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman. Pembudidaya bisa meramu sendiri media tumbuh dari bahan-bahan yang mudah didapatkan.
Syarat Tumbuh
Belut dapat
dipelihara di semua jenis daerah, baik dataran tinggi maupun rendah, baik
daerah dengan curah hujan tinggii maupun curah hujan rendah. Hal ini wajar saja
karena padi bisa tumbuh di semua daerah, setiap ada sawah yang bisa ditumbuhi
oleh padi maka daerah itu kemungkina besar dapat dijadikan sebagai lokasi
budidaya belut. Begitu juga dengan kondisi air, syarat budidaya belut hanyalah
terdapat air bersih dalam artian bersih dari pencemaran limbah pabrik,
pestisida dan detergen. Suhu 25-31°C adalah suhu terbaik untuk membudidayakan
belut. Kondisi air yang bersih ini terutama untku anak belut atau sering
disebut dengan bibit, ukuran bibit yang baik antara 1 – 2 cm. ketika belut
sudah tumbuh dewasa maka kondisi air tidak lagi menjadi masalah karena umumnya
belut dewasa dapat hidup di air yang keruh (akibat lumpur).
III. Teknis Budidaya Belut
a. Persiapan Kolam
Budidaya belut bisa dilakukan dalam kolam permanen maupun
semi permanen. Kolam permanen yang sering dipakai antara lain kolam tanah,
sawah, dan kolam tembok. Sedangkan kolam semi permanen antara lain kolam
terpal, drum, tong, kontainer plastik dan jaring. Kolam belut yang akan dibahas untuk budidya belut adalah kolam tembok.
Kolam tembok relatif lebih kuat, umur ekonomisnya bisa bertahan hingga 5 tahun. Bentuk dan luas kolam tembok bisa dibuat berbagai macam,
disesuaikan dengan keadaan ruang dan kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar
1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibuat dengan pipa yang agak besar untuk
memudahkan penggantian media tumbuh. Untuk kolam tembok yang masih baru, sebaiknya dikeringkan
terlebih dahulu selama beberapa minggu. Kemudian direndam dengan air dan
tambahkan daun pisang, sabut kelapa, atau pelepah pisang. Lakukan pencucian
minimal tiga kali atau sampai bau semennya hilang.
b. Pemilihan Bibit
Bibit untuk budidaya belut bisa didapatkan dari hasil
tangkapan atau hasil budidaya. Keduanya memiliki kekurangan dan keunggulan
masing-masing. Bibit hasil tangkapan memiliki beberapa kekurangan, seperti
ukuran yang tidak seragam dan adanya kemungkinan trauma karena metode
penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan adalah rasanya lebih gurih
sehingga harga jualnya lebih baik. Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya biasanya lebih
rendah dari belut tangkapan. Sedangkan kelebihannya ukuran bibit lebih seragam,
bisa tersedia dalam jumlah banyak, dan kontinuitasnya terjamin. Selain itu,
bibit hasil budidaya memiliki daya tumbuh yang relatif sama karena biasanya
berasal dari induk yang seragam. Bibit belut hasil budidaya diperoleh dengan cara memijahkan
belut jantan dengan betina secara alami. Sejauh ini di Indonesia belum ada
pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut. Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai pembibitan, silahkan baca kiat sukses pembibitan belut.
Kriteria bibit belut yang baik sebagai berikut:
- Ukurannya
seragam. Ukuran bibit yang seragam dimaksudkan untuk memudahkan
pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme atau saling memangsa.
- Gerakannya
aktif dan lincah, tidak loyo.
- Tidak
cacat atau luka secara fisik.
- Bebas
dari penyakit.
c. Penebaran Bibit
Belut merupakan hewan yang bisa dibudidayakan dengan
kepadatan tinggi. Kepadatan tebar untuk bibit belut berukuran panjang 10-12 cm
berkisar 50-100 ekor/m2. Lakukan penebaran bibit pada pagi atau sore hari, agar belut
tidak stres. Bibit yang berasal dari tangkapan alam sebaiknya dikarantina
terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses karantina dilakukan dengan meletakkan
bibit dalam air bersih yang mengalir. Berikan pakan berupa kocokan telur selama
dalam proses karantina. Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras
(air seperti genangan sawah) yang penting terjadi sirkulasi air. Atur juga
kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut. Air yang terlalu
dalam akan membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari
permukaan, sehingga belut akan lebih kurus.
d. Pemeliharaan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong
relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi
demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:
1. Pemberian Pakan
Belut merupakan hewan yang rakus. Keterlambatan dalam memberikan pakan bisa berakibat fatal. Terutama pada belut yang baru ditebar. Takaran pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut. Secara umum belut membutuhkan jumlah pakan sebanyak 5-20% dari bobot tubuhnya setiap hari.
Berikut kebutuhan pakan harian untuk bobot populasi belut 10 kg:
- Umur 0-1 bulan: 0,5 kg
- Umur 1-2 bulan: 1 kg
- Umur 2-3 bulan: 1,5 kg
- Umur 3-4 bulan: 2 kg
Pakan budidaya belut bisa berupa pakan hidup atau pakan mati. Pakan hidup bagi belut yang masih kecil (larva) antara lain zooplankton, cacing, kutu air (daphnia/moina), cacing, kecebong, larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yang telah dewasa bisa diberi makanan berupa ikan, katak, serangga, kepiting yuyu, bekicot, belatung, dan keong. Frekuensi pemberian pakan hidup dapat dilakukan 3 hari sekali. Untuk pakan mati bisa diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan kepiting yuyu, atau pelet. Pakan mati untuk budidaya belut sebaiknya diberikan setelah direbus terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan mati bisa 1-2 kali setiap hari.
Karena belut binatang nokturnal, pemberian pakan akan lebih efektif pada sore atau malam hari. Kecuali pada tempat budidaya yang ternaungi, pemberian pakan bisa dilakukan sepanjang hari.
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.
Sebenarnya
tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan
diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan
sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas
atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar
didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti
kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.
2. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.
c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.
d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.
e. Perawatan Disekitar Lokasi
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.
2. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.
c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.
d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.
e. Perawatan Disekitar Lokasi
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.
e. Panen dan Penanganan Hasil
Pemanenan belut sudah dapat dilakukan
setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan
keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih
mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.
Tidak ada patokan seberapa besar ukuran belut dikatakan siap
konsumsi. Tapi secara umum pasar domestik biasanya menghendaki belut berukuran
lebih kecil, sedangkan pasar ekspor menghendaki ukuran yang lebih besar. Untuk
pasar domestik, lama pemeliharaan pembesaran berkisar 3-4 bulan, sedangkan
untuk pasar ekspor 3-6 bulan, bahkan bisa lebih, terhitung sejak bibit ditebar.
Terdapat dua cara memanen budidaya belut, panen sebagian dan
panen total. Panen sebagian dilakukan dengan cara memanen semua populasi belut,
kemudian belut yang masih kecil dipisahkan untuk dipelihara kembali.
Sedangkan pemanenan total biasanya dilakukan pada budidaya
belut intensif, dimana pemberian pakan dan metode budidaya dilakukan secara
cermat. Sehingga belut yang dihasilkan memiliki ukuran yang lebih seragam
Sumber :
https://www.google.com/sorry/index continue=https://www.google.co.id/search%3Fq%3Dcara%2 Bbudidaya%2Bbelut%26oq%3Dcara%2Bbudidaya%2Bbelut%26aqs%3Dchrome..69i57j0l5.7255j0j7%26sourceid%3Dchrome%26ie%3DUTF 8&q=EgRnbluaGLWE79sFIhkA8aeDS87ENSxvoh lMsPfah7oxvu SEEKtGMgFy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar