I. Pendahuluan
Lele Mutiara ini merupakan hasil peneilitian yang dilakukan di Sukamandi Subang, Jawa Barat. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan jenis ikan lele baru yang memiliki keunggulan untuk budidaya nantinya. Lele Mutiara merupakan hasil perkawinan silang dari ikan lele mesir, paiton, Dumbo, dan juga Sangkuriang yang diseleksi selama 3 generasi pada karakter pertumbuhan. Lele
Mutiara adalah persilangan
antara Lele Mesir ,Lele Paiton, Lele Sangkuriang, dan Lele Dumbo. Pemeliharaan
larva 1 bulan menghasilkan benih ukuran 2-3 cm dan 3-4 cm . Pendederan 1 bulan
menghasilkan benih ukuran 5-7 cm dan 7-9 cm. Pembesaran 1,5 - 2 bulan tanpa
sortir menghasilkan 70-80% ukuran
konsumsi Varietas ini dilepaskan berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan.No.KEP.09/MEN/2012.
II. Ciri-Ciri Lele uiara
Lele
mutiara, merupakan komoditi baru daru ikan lele yang merupakan hasil penelitian
selama 5 tahun lamanya. Pemberian nama lele mutiara ini bukan tanpa arti, namun
pemberian nama tersebut mencerminkan kualitas dan juga mutu dari ikan lele
tersebut, yakni MU-tu TI-nggi tiada ta-RA.
Lele Mutiara ini memiliki daya tahan terhadap
penyakit yang lebih baik dengan masa pemeliharaan yang lebih singkat. Ikan Lele
Mutiara ini bisa dipanen saat usianya 40-50 hari setelah tebar benih, dan laju
pertumbuhan ikan Lele Mutiara ini lebih cepat dibandingkan varietas lele pada
umumnya
III. Keunggulan Lele Mutiara
- Laju pertumbuhan sangat tinggi : mencapai 10-40% lebih tinggi dibanding ikan lele lain
- masa panen singkat: benih ikan lele mutiara berukuran 5-7 cm atau 7-9 cm dengan padat tebar 100 ekor/m2 berkisar 40-50 hari, sementara pada padat tebar 200-300 ekor/m2 berkisar 60-80 hari
- Keseragaman ukuran relatif tinggi: untuk tahap produksi benih akan diperoleh 80-90% benih siap jual dan pemanenan pertama pada tahap pembesaran tanpa sortir akan diperoleh ikan lele ukuran konsumsi sebanyak 70-80%
- Rasio konversi pakan (FCR = Feed Conversion Ratio) relatif rendah : 0,6-0,8 pada pendederan dan 0,8-1,0 pada pembesaran.
- Daya tahan ikan lele terhadap penyakit relatif tinggi: sintasan (SR = Survival Rate) pendederan benih berkisar 60-70% pada infeksi bakteri Aeromonas hydrophila (tanpa antibiotik).
- Toleransi lingkungannya pun juga relatif tinggi: suhu 15-35 oC, pH 5-10, amoniak < 3 mg/L, nitrit < 0,3 mg/L, salinitas 0-10 ‰.
- Untuk urusan produktivitas relatif tinggi: produktivitas pada tahap pembesaran 20-70% lebih tinggi jika dibandingkan benih-benih ikan lele lain
- Dalam budidaya Lele Mutiara menggunakan benih berukuran 5-7 cm sebanyak 100 ribu ekor ditebar di 10 kolam pembesaran, jadi perkolam di isi oleh 10 ribu ekor ikan Lele Mutiara, jika biasanya untuk sekali panen dari hasil ikan lele biasa 10 ribu ekor mendapatkan 300-600 Kg, maka dengan menggunakan benih Lele Mutiara bisa mencapai 700-900 kg dalam kurun waktu panen 2-3 bulan saja.
IV. Teknis Budidaya
A. Persiapan Kolam
· Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan
untuk tempat budidaya ikan lele. Setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya. Untuk
memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi lingkungan,
ketersediaan tenaga kerja dan sumber dana ada.Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele
adalah kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun
dalam artikel ini kita akan membahas kolam tanah, mengingat jenis kolam
ini paling banyak digunakan oleh para peternak ikan. Sebagai pengetahuan
tambahan, silahkan baca cara membuat kolam ikan.
Tahapan yang harus dilakukan dalam menyiapkan kolam tanah adalah
sebagai berikut :a. 1) Pengeringan dan pengolahan
tanah
Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan
telebih dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya
sinar matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak,
kolam bisa dianggap sudah cukup kering. Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus keberadaan
mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa
bekembang dari periode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan
penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati. Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik
dengan cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah
dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah.Bersamaan dengan proses pembajakan, angkat lapisan
lumpur hitam yang terdapat di dasar kolam. Lumpur tersebut biasanya berbau
busuk karena menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida.
Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak dimakan ikan.
2) Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan
membantu memberantas mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah
dolomit atau kapur tohor. Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di
permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik tanah agar kapur meresap
ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk pengapuran adalah 250-750 gram per
meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah
semakin banyak kapur yang dibutuhkan. Langkah selanjutnya adalah pemupukan.
Gunakan paduan pupuk organik ditambah
urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk
kandang atau pupuk kompos. Dosisnya
sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan pupuk kimianya adalah
urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per meter persegi. Pemupukan
dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota air seperti
fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.
3) Pengaturan air kolam
Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah
100-120 cm. Pengisian kolam dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk,
isi dengan air sampai batas 30-40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama
satu minggu. Dengan kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa
tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti
fitoplankton tumbuh dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton
berwarna kehijauan.setelah satu minggu, benih
ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai
dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal
B. Pemilihan Benih
Tingkat kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh
kualitas benih yang ditebar. Ada beberapa jenis ikan lele yang biasa
dibudidayakan di Indonesia. Silahkan baca lebih lanjut mengenai jenis-jenis ikan lele budidaya. Kami merekomendasikan jenis ikan lele
Sangkuriang yang dikembangkan BBPBAT Sukabumi. Ikan
lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan dari lele dumbo. BBPBAT
mengembangkan ikan lele sangkuriang karena kualitas lele dumbo yang saat
ini beredar di masyarakat semakin menurun dari waktu ke waktu. Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau
melakukan pembenihan ikan lele sendiri. Untuk membuat pembenihan sendiri
silahkan baca cara
pembenihan ikan lele dan teknik pemijahan
ikan lele.
1. Syarat benih unggul
Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat.
Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka
dipermukaan tubuhnya, bebas dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal.
Untuk menguji gerakannya, tempatkan ikan pada arus air. Jika ikan tersebut
menantang arah arus air dan bisa bertahan berarti gerakan renangnya baik. Ukuran benih untuk budidaya ikan lele biasanya memiliki
panjang sekitar 5-7 cm. Usahakan ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan
berkembang serempak. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan
2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per
kilogram.
2. Cara menebar benih
Sebelum benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terlebih
dahulu. Caranya, masukan benih dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam.
Biarkan selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu
kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih keluar
dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan
200-400 ekor per meter persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi
jumlah benih yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm
saat benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan
air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya disesuaikan
dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang ideal.
C. Pemberian Pakan
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan
lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang
baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR)
lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan
daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal,
terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan
pabrik terasa mahal, silahkan coba membuat
sendiri pakan lele alternatif.
1. Pemberian pakan utama
Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak
mengandung protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan
lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin
dan mineral. Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah
dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai
memilih mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan
kadaluarsa. Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum
setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya,
ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot
tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan
sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen,
persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh. Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu
makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan
yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang,
sore dan malam hari. Ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari.
Pertimbangkan pemberian pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Si pemberi
pakan harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif
menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk
menyantapnya.
2. Pemberian pakan tambahan
Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi
pakan tambahan. Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya
pengeluaran pakan yang menguras kantong. Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa
dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar. Ikan rucah adalah hasil ikan
tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau
cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran
ampas tahu. Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan
terlebih dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian
pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk limbah ayam
bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele. Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan
lele, jangan sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat
kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan
yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.
D. Pengelolaan Kualitas Air
Hal penting lain dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan
air kolam. Untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus
tetap terjaga. Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis
di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen
sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk. Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian
bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat
tergantung pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila dalam
pemberian pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering
dilakukan.
E. Pengendalian Hama/Penyakit
Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain
hama predator seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan
hama yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu
dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di
sekeliling kolam. Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa,
bakteri dan virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang
mematikan. Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di
kepala dan ekor. Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan
menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan
mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit
infeksi, ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning,
kekurangan vitamin dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih jauh tentang
pengendalian penyakit silahkan baca pengendalian
hama dan penyakit ikan lele.
F. Pasca Panen dan Penaganan Hasil
Ikan lele bisa dipanen setelah mencapai ukuran 9-12 ekor
per kg. Ukuran sebesar itu bisa dicapai dalam tempo 2,5-3,5 bulan dari benih
berukuran 5-7 cm. Berbeda dengan konsumsi domestik, ikan lele untuk tujuan
ekspor biasanya mencapai ukuran 500 gram per ekor. Satu hari (24 jam) sebelum panen, sebaiknya ikan lele tidak
diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele
dipanen lakukan sortasi untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya.
Pemisahan ukuran berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi
berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.
Sumber :
https://alamtani.com/budidaya-ikan-lele/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar