Sabtu, 05 Mei 2018

Biosecurity Pada Budidaya Ikan


Apa Biosecurity ?

Biosekuriti adalah manajemen kesehatan lingkungan yang baik agar risiko munculnya penyakit tidak terjadi. Biosekuriti merupakan praktek manajemen dengan mengurangi potensi transmisi perkembangan organisme seperti virus AI dalam menyerang hewan dan manusia.  Biosekuriti terdiri dari dua elemen penting yaitu bioexclusion dan biocontainment.  Bioexclusion adalah pencegahan terhadap datangnya virus infektif dan biocontainment adalah menjaga supaya virus yang ada tidak keluar atau menyebar (WHO 2008).
Dargatz (2002) menjelaskan bahwa bioexclusion merupakan pencegahan masuknya agen patogen ke dalam populasi hewan dan biocontainmentmerupakan pencegahan agen patogen menyebar di antara hewan, antar area, dan keluar ke area lain.  Baker (2012) menambahkan bahwa terdapat tiga komponen biosekuriti antara lain bioexclusionbiocontainment, dan biomanagementBioexclusion adalah praktik pencegahan masuknya agen penyakit, biocontainment adalah praktik pencegahan menyebarnya agen penyakit antar populasi dan antar area, dan biomanagement adalah praktik keseluruhan untuk mencegah dan mengontrol agen penyakit yang sudah ada.
Menurut Jeffrey (2006), biosekuriti merupakan suatu usaha pencegahan penularan penyakit pada suatu daerah dengan cara menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme. Tujuan biosekuriti adalah untuk mengeluarkan penyakit yang potensial dari suatu kawasan sehingga membantu memelihara kesehatan, kesejahteraan, dan produksi.
Biosekuriti merupakan suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya wabah penyakit melalui pengawasan masuknya agen patogen. Biosekuriti yang dilakukan harus praktis, dapat dilakukan dengan harga yang efektif (Morris  2005). Menurut DEPTAN (2006), biosekuriti diartikan sebagai pengawasan penyakit yang termurah dan paling efektif, sementara Cardona (2005) menambahkan biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit.
Biosekuriti didefinisikan sebagai penerapan kontrol kesehatan dan usaha-usaha untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksius baru ke dalam suatu kawanan ternak (Pinto dan Urcelay 2003). Penerapan biosekuriti penting untuk perlindungan hewan terhadap penyakit serta memenuhi perlindungan nasional terhadap masuknya penyakit eksotik (Boklund et al. 2004).
Terdapat perbedaan antara biosekuriti dan biosafety.  Menurut Blaha (2011), biosafety pada peternakan merupakan pencegahan masuknya agen penyakit atau menularnya penyakit ke hewan ternak atau manusia di peternakan pada mata rantai produksi sementara biosekuriti digunakan dalam skala nasional untuk manajemen kontrol pergerakan hewan dan manusia, monitoring dan pelaporan, dan deteksi dini serta survailans penyakit dan digunakan dalam skala peternakan untuk pencegahan masuknya agen penyakit ke lingkungan peternakan.
Secara umum, ada tiga komponen utama biosekuriti yaitu isolasi hewan, pengontrolan lalu lintas hewan dan sanitasi.  Biosekuriti adalah sistem manajemen yang baik yang melindungi hewan dan manusia terinfeksi organisme dan mikroba dan juga upaya mengisolasi agar penyakit yang sudah ada tidak terinfeksi hewan dan manusia yang belum terinfeksi (Jeffrey 1997).

Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan yang layak bagi kehidupan ayam, mengamankan keadaan produk yang dihasilkan, mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan ayam. Aspek-aspek ini bagi industri peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang dikandangkan, dan dipelihara dalam jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan terhadap ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang lebih sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati, kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.
Isolasi adalah pemisahan hewan dalam satu tempat atau lingkungan terkendali atau dapat diartikan dengan penyediaan pagar pemisah kandang untuk menjaga hewan tidak lepas atau bercampur dengan hewan yang lain, serta mencegah masuknya hewan lain ke dalam lingkungan tersebut.  Pengendalian dan pengawasan diterapkan terhadap lalu lintas ke dan dari pasar, serta di dalam pasar itu sendiri.  Pengendalian lalu lintas juga diterapkan pada burung, hewan lain, manusia, bahan, dan peralatan.  Aspek sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi secara teratur terhadap bahan-bahan dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan dan di dalam peternakan.  Menurut Siahaan (2007), jika penyakit sudah masuk ke suatu kawasan, namun bila biosekuriti dilakukan, maka penyebaran penyakit ke kawasan lain dapat dicegah.
Tujuan




Penerapan Biosecurity

Pada Pra Produksi, berbagai tindakan untuk mencegah masuknya organisme yang Merugikan ke suatu wilayah tertentu meliputi :

Ø  Kegiatan penelitian organisme yang tidak diinginkan dan penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah,
Ø  Penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah
Ø  Dampak yang terjadi
Ø  sarana atau fasilitas apa yang tersedia untuk mengurangi kemungkinan masuknya organisme tersebut kesuatu wilayah
Pengembangan dan pelaksanaan program
Pada Proses Produksi,
Ø  Mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Pada Pasca produksi:
Ø  Berbagai tindakan untuk mendeteksi adanya organisme yang tidak diinginkan pada pasca produksi dan upaya pengendaliannya untuk mengurangi dampak yang merugikan.
Ø  Biosecurity Post-border dilakukan melalui Surveilans untuk memeriksa apakah organisme yang tidak     diinginkan tersebut telah masuk (Deteksi penyakit), meskipun           biosecurity pre-border dan biosecurity border telah       dilaksanakan.
Ø  Reaksi/tindakan terhadap kejadian kasus untuk kemudian memberantas organisme yang tidak diinginkan tersebut apabila dimungkinkan.

Penerapan Biosecurity
Pada Pra Produksi, berbagai tindakan untuk mencegah masuknya organisme yang Merugikan ke suatu wilayah tertentu meliputi :
Ø  Kegiatan penelitian organisme yang tidak diinginkan dan penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah,
Ø  Penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah
Ø  Dampak yang terjadi
Ø  sarana atau fasilitas apa yang tersedia untuk mengurangi kemungkinan masuknya organisme tersebut kesuatu wilayah
Pengembangan dan pelaksanaan program
Pada Proses Produksi,
Ø  Mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Pada Pasca produksi:
Ø  Berbagai tindakan untuk mendeteksi adanya organisme yang tidak diinginkan pada pasca produksi dan upaya pengendaliannya untuk mengurangi dampak yang merugikan.
Ø  Biosecurity Post-border dilakukan melalui Surveilans untuk memeriksa apakah organisme yang tidak     diinginkan tersebut telah masuk (Deteksi penyakit), meskipun           biosecurity pre-border dan biosecurity border telah       dilaksanakan.
Ø  Reaksi/tindakan terhadap kejadian kasus untuk kemudian memberantas organisme yang tidak diinginkan tersebut apabila dimungkinkan.
Prinsip Pennerapan Biosecurity :
Ø  Pembatasan Akses orang, mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Ø  Pembatasan akses/personil ke ruang kerja.
Ø  Desinfeksi roda kendaraan yang masuk.
Ø  Penggantian alas kaki tamu.
Ø  Fasilitas karantina dan isolasi.
Ø  Sterilisasi wadah, alat dan lingkungan kerja.
Ø  Sterilisasi air/media budidaya.
Ø  Skrining calon induk ikan / udang.
Ø  Skrining larva dan benih/benur siap jual.
Ø  Monitoring patogen secara teratur dan berkala.

http://penyuluhanbiosecurityc11.blogspot.co.id/p/blog-page_15.html

BUDIDAYA IKAN NILA “ LARASATI “

I. Pendahuluan
Ikan nila jenis Nila Larasati ini merupakan ikan nila hasil persilangan antara ikan nila dan hitam ikan nila merah. Ikan nila ini mempunyai keunggulan yang cukup bagus dan bermanfaat, yaitu dapat berkembang dengan cepat dan memiliki daging yang lebih banyak bila dibandingkan engan ikan nila lainnya.LARASATI ” (Nila Merah strain Janti) Oleh : Mahmud Efendi, A.Md (Penyuluh Perikanan Parakan) Apabila kita masuk kerumah makan atau pun restoran yang menyediakan masakan ikan kita mendengar ada menu “Kepala Kakap Merah”, ”Kakap Merapi” dan ”Sop Kepala Kakap”. Tidak sedikit kita jumpai di daftar menunya menuliskan gulai kepala ikan kakap merah. Ketika mengkonsumsinya mungkin di benak kita menganggap sedang menyantap “Kepala Kakap Merah” yang berasal dari hasil tangkapan laut. Padahal sebenarnya yang kita makan adalah kepala ikan nila merah. Tapi jangan merasa tertipu, toh harganya pun juga mengikuti harga ikan nila merah, bukan seperti harga ikan kakap.
II. Morfologi Ikan
Sepintas bentuk dan warna Nila Merah (Oreochromis sp.) memang mirip dengan Kakap Merah (Lutjanus sp.), namun sebenarnya kedua jenis ikan tersebut jauh berbeda. Dari segi harga pun nila merah lebih murah dibanding ikan kakap. Memang apabila kita membandingkan harga jual nila merah dengan nila lainnya seperti nila gift dan nila hitam relatif lebih mahal.Warnanya pun cenderung lebih disukai konsumen sehingga membuat banyak orang mensejajarkan Nila Merah dengan Kakap Merah. Dan bisa jadi juga hal tersebut menjadi strategi pemasaran bagi para pedagang untuk lebih mendongkrak harga jual Nila Merah di pasaran. Adapun morfologi ikan nila secara umum adalah :
  • Memiliki bentuk tubuh bulat pipih, pungung agak tinggi
  • Sirip punggung memiliki 16-17 jari-jari tajam dan 11-15 jari-jari lunak
  • sirip dubur memiliki dengan 3 jari-jari keras dan 8-11 jari-jari lunak
  • Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa
  • Sirip ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah
  • Pada sirip ekor ditemukan garis lurus atau Vertikal
  • Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang
  • Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor
  • Sirip ekor berbentuk bulat
  • Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang
III. Klasifikasi Ikan Nila
Kingdom
Sub-Class
: Animalia
: Acanthoptherigii
Ordo
: Percomorphi
Sub-Ordo
: Percoidea
Famili
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus
 IV. Prospek Pasar
Apapun alasannya memang belakangan Nila Merah menjadi semakin populer dalam sepuluh tahun terkhir. Ikan nila merah adalah salah satu ikan komoditas unggulan di sektor perikanan. Keunggulannya hampir sama dengan ikan nila hitam, yaitu mudah dibudidayakan, mudah diproduksi secara masal, mempunyai daging yang tebal, pertumbuhannya cepat, mempunyai respon yang baik terhadap pakan dan relatif lebih tahan terhadap penyakit. Nila merah cenderung lebih menarik dibanding ikan nila lain karena warnanya yang mencolok dan mirip dengan ikan kakap yang merupakan idola dari laut.
IV. Asal usul Nila LARASATI
Sejarah “LARASATI” Keberadaan Nila Merah jenis baru ini sebenarnya bukanlah hal baru didunia perikanan. Nila Merah strain Janti (LARASATI) ini direlease pada tanggal 23 Nopember 2009, di Jawa Tengah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Secara seremonial Larasati direlease oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Bp. Fadel Muhammad melalui SK No. KEP.79/MEN/2009. Nama Larasati diambil dari nama seorang dewi dalam tokoh pewayangan yang merupakan isteri dari Arjuna yang sangat terkenal. Dikatakan strain Janti karena kegiatan pemuliaannya dilakukan di Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti (Satker PBIAT Janti), terletak di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
Satker PBIAT Janti merupakan salah satu dari tiga satuan kerja di bawah Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Muntilan (BPBIAT Muntilan). ( http://satkerpbiatjantiklaten.wordpress.com) lIKAN NILA LARASATI Kegiatan pemuliaan ikan Nila di Satker PBIAT Janti dimulai sejak tahun 2004 setelah Satker PBIAT Janti ditunjuk menjadi Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Regional (PPIINR) melalui SK Dirjen Budidaya No. 6378/DPB-1/PB.110.D1/12/03.
Pada tahap awal dimulai dengan mendatangkan ikan Nila berbagai strain seperti Gift, Nifi, Singapura, Citralada dan Nila Putih. Kemudian pada tahun 2005 dilakukan perkawinan secara inbreeding dan cross breeding untuk mendapatkan gambaran performa benih yang dihasilkan. Pada tahun 2006 diketahui persilangan (cross breeding) antara induk strain Gift (GG) dan pejantan strain Singapura (SS) menghasilkan benih hibrid (GS) terbaik. Pemuliaan induk dilakukan menggunakan metode seleksi individu. Generasi pertama (F1) dihasilkan tahun 2006, generasi kedua (F2) tahun 2007 dan generasi ketiga (F3) tahun 2008. Berbagai uji terhadap benih hibrid (GS) generasi ketiga seperti uji pertumbuhan, multi lokasi, salinitas, dan hama penyakit dilakukan tahun 2008. Benih hibrid (GS) generasi ketiga inilah yang direlease pada tanggal 23 Nopember 2009 dengan nama Larasati.
 Induk Larasati INDUK IKAN NILA JANTAN PANDU Pada tanggal 27 Desember 2012 yang lalu dilakukan pelepasan Induk Ikan Nila Jantan PANDU dan Induk Ikan Nila Betina KUNTI yang merupakan indukan dari LARASATI. Pelepasan Induk Nila PANDU dan KUNTI melalui Kepmen Pelepasan Induk Ikan Nila Jantan PANDU dan Induk Ikan Nila Betina KUNTI (KEPMEN KP No. KEP. 48/MEN/2012). Keputusan Menteri tersebut dikeluarkan dan ditandatangani oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Secara yuridis, induk Pandu dan Kunti telah resmi menjadi milik seluruh masyarakat perikanan Indonesia. Semua ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produksi nila nasional untuk mendukung Industrialisasi Perikanan Budidaya.
Keberadaan Induk Pandu dan Kunti ini sudah bisa digunakan untuk memproduksi benih hibrida Nila Merah Larasati dan telah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia. INDUK BETINA KUNTI Secara Fisik, Induk Ikan Nila Jantan Pandu berwarna bule/kemerahan dan Induk Nila betinanya “Kunti” berwarna kehitaman. Hasil perkawinan kedua jenis Induk Nila tersebut lah yang menghasilkan Nila Merah Strain Janti (LARASATI). Jadi hal ini juga menunjukkan “Fenomena Unik” dimana dari Induk yang bule/kemerahan serta kehitaman bisa menghasilkan Benih Hibrida Nila Merah “Larasati”.
Cara Budidaya Ikan Nila Larasati
1. memilih Benih yang Baik
Ikan nila merah dipilih adalah ikan nila merah, karena cara budidya ikan nila merah adalah jenis ikan nila ini memiliki rasa yang lebih gurih dan tidak memiliki duri halus, sehingga memudahkan konsumen untuk mengkonsumsinya. Sementara secara fisiologi, keunggulan nila merah dibandingkan nila hitam ialah lebih tahan terhadap serangan penyakit, sedangkan jika dilihat dari masa pertumbuhannya tergolong sama.
2. Syarat Tumbuh Yang Baik.
Budidaya ikan nila target 2 bulan panen, Bagaimana Cara Budidaya Ikan Nila – Teknik dan Cara Budidaya 2 Bulan Panen? tidaklah sulit. ikan nila merah mudah berkembang biak dan mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik. Di alam bebas, ikan nila merah banyak ditemukan di perairan air tawar seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Suhu optimal bagi pertumbuhan ikan nila berkisar 25-30oC dengan pH air 7-8.
Semakin hangat cuaca, semakin bagus pertumbuhan nila, terlebih jika dibudidayakan di daerah pesisir pantai karena nila juga mampu hidup di air payau. Yang penting, usahakan suhu air tidak di bawah 24 °C karena pertumbuhan ikan dapat terganggu oleh oksigen terlarut di dalam air yang sedikit.Jadi untuk poin no tiga agar ikan nila optimal pertumbuhannya adalah menjaga suhu optimal antara 25 – 30oC, Berdasarkan pengalaman pribadi dijaga di suhu 26oc. Ikan nila merah termasuk hewan pemakan segala atau omnivora. Makanan alaminya berupa plankton, tumbuhan air dan berbagai hewan air lainnya. Pakan buatan untuk budidaya ikan nila sebaiknya berkadar protein sekitar 35% – 50%. Kelebihan lainnya biaya pakan untuk budidaya ikan nila relatif lebih murah.Teknik Dan Cara Budidaya Ikan Nila, sejak awal kolam ikan nila perlu dilakukan pemupukan kolam untuk merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus. Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Untuk pakan tambahan bisa juga di tambahkan pakan buatan yang berupa pelet dengan ukuran kecil yang bisa di makan oleh bibit ikan tersebut. Jangan lupa di campurkan dengan tepung maggot BSF ke dalam pelet tersebut. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla)
3. Pengendalian Penyakit
ikan nila merupakan ikan yang tahan banting. Pada situasi normal, penyakit ikan nila tidak banyak mengkhawatirkan. Namun bila budidaya ikan nila sudah dilakukan secara intensif dan massal, resiko serangan penyakit harus diwaspadai.Penyebaran penyakit ikan sangat cepat, khususnya untuk jenis penyakit infeksi yang menular. Media penularan biasanya melewati air. Jadi bisa menjangkau satu atau lebih kawasan kolam
4.Pemberian Pakan
  1. Pakan budidaya ikan nila berprotein tinggi dengan biaya murah, Pemberian Pakan Budidaya Ikan Nila, Pengelolaan pakan sangat penting dalam cara budidaya ikan nila. Biaya pakan merupakan komponen biaya paling besar dalam budidaya ikan nila. Berikan pakan berupa pelet dengan kadar protein 30% – 50%. Ikan nila membutuhkan pakan sebanyak 3% dari bobot tubuhnya setiap hari. Pemberian pakan bisa dilakukan pada pagi dan sore hari. Setiap dua minggu sekali, ambil sampel ikan nila secara acak kemudian timbang bobotnya. Lalu sesuaikan jumlah pakan yang harus diberikan.Perhitungan dosis pakan budidaya ikan nila:Dalam satu kolam terdapat 1500 ekor ikan nila berukuran 10-20 gram/ekor.Rata-rata bobot ikan → (10+20)/2 = 15 gram/ekor.Perhitungan pakannya → 15 x 1500 x 3% = 675 gram = 6,75 kg per hari
.5. Panen
Pemanenan ikan nila, Waktu yang diperlukan untuk budidaya ikan nila mulai dari penebaran benih hingga panen mengacu pada kebutuhan pasar. Ukuran ikan nila untuk pasar domestik berkisar 300-500 gram/ekor. Untuk memelihara ikan nila dari ukuran 10-20 gram hingga menjadi 300-500 gram dibutuhkan waktu sekitar 2 bulan.