Selasa, 24 April 2018

Biosecurity Pada Budidaya Ikan


Pendahuluan
Apa Biosecurity? Biosecurty berasal dari kata biosekuritas yang terdiri dari dua kata asing yaitu biosecurity yaitu bio artinya hidup dan security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosecurityadalah sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti yang sederhana kalau untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau agen penyakit jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman.
Biosekuriti adalah manajemen kesehatan lingkungan yang baik agar risiko munculnya penyakit tidak terjadi. Biosekuriti merupakan praktek manajemen dengan mengurangi potensi transmisi perkembangan organisme seperti virus AI dalam menyerang hewan dan manusia.  Biosekuriti terdiri dari dua elemen penting yaitu bioexclusion dan biocontainment.  Bioexclusion adalah pencegahan terhadap datangnya virus infektif dan biocontainment adalah menjaga supaya virus yang ada tidak keluar atau menyebar (WHO 2008).
Dargatz (2002) menjelaskan bahwa bioexclusion merupakan pencegahan masuknya agen patogen ke dalam populasi hewan dan biocontainmentmerupakan pencegahan agen patogen menyebar di antara hewan, antar area, dan keluar ke area lain.  Baker (2012) menambahkan bahwa terdapat tiga komponen biosekuriti antara lain bioexclusionbiocontainment, dan biomanagementBioexclusion adalah praktik pencegahan masuknya agen penyakit, biocontainment adalah praktik pencegahan menyebarnya agen penyakit antar populasi dan antar area, dan biomanagement adalah praktik keseluruhan untuk mencegah dan mengontrol agen penyakit yang sudah ada.
Menurut Jeffrey (2006), biosekuriti merupakan suatu usaha pencegahan penularan penyakit pada suatu daerah dengan cara menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme. Tujuan biosekuriti adalah untuk mengeluarkan penyakit yang potensial dari suatu kawasan sehingga membantu memelihara kesehatan, kesejahteraan, dan produksi.
Biosekuriti merupakan suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya wabah penyakit melalui pengawasan masuknya agen patogen. Biosekuriti yang dilakukan harus praktis, dapat dilakukan dengan harga yang efektif (Morris  2005). Menurut DEPTAN (2006), biosekuriti diartikan sebagai pengawasan penyakit yang termurah dan paling efektif, sementara Cardona (2005) menambahkan biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit.
Biosekuriti didefinisikan sebagai penerapan kontrol kesehatan dan usaha-usaha untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksius baru ke dalam suatu kawanan ternak (Pinto dan Urcelay 2003). Penerapan biosekuriti penting untuk perlindungan hewan terhadap penyakit serta memenuhi perlindungan nasional terhadap masuknya penyakit eksotik (Boklund et al. 2004).
Terdapat perbedaan antara biosekuriti dan biosafety.  Menurut Blaha (2011), biosafety pada peternakan merupakan pencegahan masuknya agen penyakit atau menularnya penyakit ke hewan ternak atau manusia di peternakan pada mata rantai produksi sementara biosekuriti digunakan dalam skala nasional untuk manajemen kontrol pergerakan hewan dan manusia, monitoring dan pelaporan, dan deteksi dini serta survailans penyakit dan digunakan dalam skala peternakan untuk pencegahan masuknya agen penyakit ke lingkungan peternakan.
Aspek Biosecurity
Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan yang layak bagi kehidupan ayam, mengamankan keadaan produk yang dihasilkan, mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan ayam. Aspek-aspek ini bagi industri peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang dikandangkan, dan dipelihara dalam jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan terhadap ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang lebih sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati, kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.
Secara umum, ada tiga komponen utama biosekuriti yaitu isolasi hewan, pengontrolan lalu lintas hewan dan sanitasi.  Biosekuriti adalah sistem manajemen yang baik yang melindungi hewan dan manusia terinfeksi organisme dan mikroba dan juga upaya mengisolasi agar penyakit yang sudah ada tidak terinfeksi hewan dan manusia yang belum terinfeksi (Jeffrey 1997).
Isolasi adalah pemisahan hewan dalam satu tempat atau lingkungan terkendali atau dapat diartikan dengan penyediaan pagar pemisah kandang untuk menjaga hewan tidak lepas atau bercampur dengan hewan yang lain, serta mencegah masuknya hewan lain ke dalam lingkungan tersebut.  Pengendalian dan pengawasan diterapkan terhadap lalu lintas ke dan dari pasar, serta di dalam pasar itu sendiri.  Pengendalian lalu lintas juga diterapkan pada burung, hewan lain, manusia, bahan, dan peralatan.  Aspek sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi secara teratur terhadap bahan-bahan dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan dan di dalam peternakan.  Menurut Siahaan (2007), jika penyakit sudah masuk ke suatu kawasan, namun bila biosekuriti dilakukan, maka penyebaran penyakit ke kawasan lain dapat dicegah.
Tujuan
Mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Penerapan Biosecurity
Pada Pra Produksi, berbagai tindakan untuk mencegah masuknya organisme yang Merugikan ke suatu wilayah tertentu meliputi :
Ø  Kegiatan penelitian organisme yang tidak diinginkan dan penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah,
Ø  Penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah
Ø  Dampak yang terjadi
Ø  sarana atau fasilitas apa yang tersedia untuk mengurangi kemungkinan masuknya organisme tersebut kesuatu wilayah
Pengembangan dan pelaksanaan program
Pada Proses Produksi,
Ø  Mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Pada Pasca produksi:
Ø  Berbagai tindakan untuk mendeteksi adanya organisme yang tidak diinginkan pada pasca produksi dan upaya pengendaliannya untuk mengurangi dampak yang merugikan.
Ø  Biosecurity Post-border dilakukan melalui Surveilans untuk memeriksa apakah organisme yang tidak     diinginkan tersebut telah masuk (Deteksi penyakit), meskipun           biosecurity pre-border dan biosecurity border telah       dilaksanakan.
Ø  Reaksi/tindakan terhadap kejadian kasus untuk kemudian memberantas organisme yang tidak diinginkan tersebut apabila dimungkinkan.
Prinsip Pennerapan Biosecurity :
Ø  Pembatasan Akses orang, mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Ø  Pembatasan akses/personil ke ruang kerja.
Ø  Desinfeksi roda kendaraan yang masuk.
Ø  Penggantian alas kaki tamu.
Ø  Fasilitas karantina dan isolasi.
Ø  Sterilisasi wadah, alat dan lingkungan kerja.
Ø  Sterilisasi air/media budidaya.
Ø  Skrining calon induk ikan / udang.
Ø  Skrining larva dan benih/benur siap jual.
Ø  Monitoring patogen secara teratur dan berkala.

http://penyuluhanbiosecurityc11.blogspot.co.id/p/blog-page_15.html

Selasa, 17 April 2018

PEMBENIHAN IKAN GURAMI


PENDAHULUAN
Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina.  Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae. 
Ikan gurami adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil. 
1.     SISTEMATIKA
Filum        : Chordata
Kelas       : Actinopterygii
Ordo        : Perciformes
Subordo     : Belontiidae
Famili       : Osphronemidae
Genus       : Osphronemus
Spesies     : Osphronemus gouramy, Lac.
Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah.  Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba.  Tinggi badan 2,0-2,1 kali dari panjang standar.  Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat.
2.     PEMBENIHAN
a. Seleksi Induk
 Gurami yang akan dijadikan induk berumur kurang lebih 4 tahun dengan berat 2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3 tahun dengan berat 2 – 2,5 kg untuk betina Masa produksi optimal induk betina gurame berlangsung selama 5 – 7 tahun.

Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurame :
a. Induk gurame jantan : dahi menonjol (nonong), dagu tebal (lebih menonjol), perut meruncing, susunan sisik normal (rebah) gerakan lincah.
b. Induk gurame betina : dahi lebih rata (tidak ada tonjolan), dagu tidak menebal, perut membundar, susunan sisik agak terbuka, gerakan agak lamban.
Kriteria kualitatif
a. Warna : badan berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
b. Bentuk tubuh : pipih vertikal.
c. Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.
d. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir
Kriteria kuantitatif
a. Umur : Jantan (24-30 bulan) dan betina (30-36 bulan)
b. Panjang standar : jantan (30-35 cm) dan betina (30-35 cm)
c. Bobot badan : jantan (1,5-2,0 kg)dan betina (2,0-2,5 kg)
d. Fekunditas : 1.500-2.500 butir/kg (betina)
e. Diameter telur : 1,4-1,9 mm (betina)
3. Pemijahan
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/ tanah, baik secara massal maupun berpasangan dengan sistem sekat.
Kolam pemeliharaan induk gurame sekaligus berfungsi untuk kolam pemijahan dengan kepadatan penebaran 1 ekor/m2. Untuk kegiatan pemijahan dapat menggunakan perbandingan induk jantan : betina = 1 : 3-4.
Pakan ikan Gurame yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ± 28% sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/hari.

Untuk memudahkan induk jantan Gurame membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang.   
b. Pemijahan
      Ikan gurami dapat memijah sepanjang tahun, walaupun produktifitasnya lebih tinggi terutama pada musim kemarau. Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air media pemijahan.  Betina dicirikan dari bentuk kepala dan rahang serta adanya bintik hitam pada kelopak sirip.  Induk jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.  Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m2  dengan perbandingan jumlah jantan:betina adalah 1:3-4. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan).  Induk betina dapat memproduksi telur 1 500 sampai dengan 2 500 butir/kg induk.
Sarang diletakkan 1-2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10 -15 cm dari permukaan air. Sarang dipasang mendatar sejajar dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang. 


Tempat bahan sarang diletakkan di permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari bambu atau bahan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga induk ikan mudah mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang.  Pembuatan sarang dapat berlangsung selama 1 sampai dengan 2 minggu bergantung pada kondisi induk dan lingkungannya.
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi/kawat dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi telur ditandai dengan keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan air.
Sarang yang sudah berisi telur diangkat. Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati. Karena mengandung minyak, telur akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena telur yang demikian tidak akan menetas.  Minyak yang timbul dapat dikurangi dengan cara diserap memakai kain.
Kualitas media pemijahan yang baik adalah suhu 25-30 oC, Nilai pH 6,5 - 8,0, laju pergantian air 10-15 % per hari dan ketinggian air kolam  40 - 60 cm.
b.     Penetasan Telur
Padat tebar telur 4 sampai dengan 5 butir/cm2 dengan ketinggian air 15 - 20 cm. Kepadatan dihitung per satuan luas permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang.  Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media penetasan perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar telur tidak teraduk.  Kualitas air media penetasan yang baik adalah suhu 29 - 30 oC, nilai pH 6,7 - 8,6 dan bersumber dari air tanah.  Bila air sumber mengandung karbondioksida tinggi, nilai pH rendah atau mengandung bahan logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama 24 jam. Telur akan menetas setelah 36 - 48 jam.
 c.     Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium.  Bila penetasan dilakukan di akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu dilakukan untuk membuang minyak bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak.  Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa pakan dan “ Faeces “.
Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 - 20 ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 sampai dengan 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29 - 30 o C, nilai pH 6,5 - 8,0 dan ketinggian air 15 - 20 cm.
 d.     Pendederan I, II, III, IV dan V
Pemeliharaan benih pada pendederan I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam.  Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva tetapi perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi pengolahan tanah dasar kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam.  Pengolahan tanah dasar kolam dapat berupa pembajakan, peneplokan dan perbaikan pematang kolam.  Pengeringan dilakukan selama 2-5 hari
Tingkat Pemeliharaan Produksi Ikan Gurami
No
Standar
Satuan
PI
PII
PIII
PIV
PV
1
Padat Tebar
Ekor/M2
100
80
60
45
30
2
Ukuran Benih
Cm
1,00
2,0
4
6
8
3
Pakan
% BB
20
20
10
5
4


Kali/Hari
2
2
3
3
3
4
Waktu Pemeliharaan
Hari
20
30
40
40
40
5
Sintasan
%
60
60
70
80
80
  e.     Penyakit
Bila teridentifikasi ikan terserang parasit pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam  500 - 1000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam. Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian oksitetrasiklin dengan dosis 5 -10 mg/l secara perendaman selama 24 jam.

 SUMBER:

Senin, 16 April 2018

PENGELOLAAN KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN





                                       Hasil gambar untuk tanaman penyaring air






I.         PENDAHULUAN
kualitas air berhubungan erat dengan kandungan bahan terlarut di dalamnya. Tingkat kandungan dari bahan tersebut akan menentukan kelayakannya. Setiap mahluk hidup memerlukan kandungan bahan terlarut yang berbeda, sehingga kualitas airpun bersifat relatif bagi satu mahluk hidup dengan  mahluk hidup yang lain
Sebagai parameter untuk pemeliharaan atau budidaya ikan adalah karakteristik fisik dan kimia air. Karakteristik fisik dan kimia air ini sangat mendasar dan sangat berpengaruh pada ikan. Adapun karakteristik tersebut meliputi keasaman (pH), suhu, kekerasan (dH), salinitas, CO­2 terlarut, O2 terlarut, karakteristik ini menjadi parameter yang menunjukkan keadaan kualitas air yang sesuangguhnya.
¢ Keasaman (pH)
Nilai keasaman (pH) merupakan indikasi atau tanda kalau air bersifat asam, basa (alkali) atau netral. Keasaman sangat menentukan kualitas air karena juga sangat menentukan proses kimiawi dalam air. Hubungan keasaman air dengan kehidupan ikan sangat besar. Titik kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan pada pH basa adalah 11. Ikan air tawar kebanyakan akan hidup baik pada kisaran pH sedikit asam sampai netral, yaitu 6,5 – 7,5. Sementara keasaman air untuk reproduksi atau perkembangbiakan biasanya akan
baik pada pH 6,4-7,0 sesuai jenis ikan. Oleh karena itu, dalam pemeliharaan ikan sebaiknya kondisi air dijaga agar berada pada kisaran nilai tersebut
¢ Suhu
Ikan merupakan hewan berdarah dingin (poikilothermal) sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya, termasuk kekebalan tubuhnya. Suhu luar atau eksternal yang berfluktuasi besar akan berpengaruh pada sistem metabolisme. Konsumsi oksigen dan fisiologi tubuh ikan akan mengalami kerusakan sehingga ikan akan sakit. Suhu yang terlalu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan tubuh) ikan, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan mempercepat ikan terkena
infeksi bakteri. Suhu yang optimal untuk usaha budidaya ikan adalah 220C – 270C
¢ Kekerasan (dH)
Kekerasan (hardness) disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air yang berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion maupun ikatan molekul.  Derajat kekerasan air biasanya dinyatakan dalam odH. Derajat keasaman menggunakan nilai standar yang dinyatakan oleh kadar Ca++ dan Mg++ dalam bentuk CaCO3 atau CaO dan MgO dalam satuan mg/liter. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan ikan akan baik pada kekerasan 3O-10OdH.
¢ Salinitas
Salinitas atau kadar garammerupakan jumlah total material terlarut dalam air. Umumnya salinitas dihitung dengan satuan ppt (part per thousand), yaitu gram material terlarut per liter air.
Berdasarkan salinitas, badan air dapat dibedakan dalam tiga katagori, yaitu air tawar (0-3 ppt), air laut (lebih dari 20 ppt) dan air payau (4-20 ppt).
Pengukuran salinitas dapat dilakukan dengan menggunakan alat salinometer atau refraktometer. Dengan cara meneteskan air ke dalam alat tersebut maka nilai salinitas air yang diteteskan sudah bisa terbaca pada skal alat.
Pengaruh salinitas pada ikan terjadi dalam proses osmoregulasi.
Ikan air tawar tidak toleran dengan salinitas. Akibat perubahan fisiologi osmose sel-sel tubuh maka ikan akan mengalami stress. Toleransi terhadap salinitas oleh ikan dari daerah air payau umumnya tinggi atau lebih lebar dibanding ikan air tawar atau ikan air laut
¢ CO2 terlarut
Gas karbondioksida/asam arang merupakan hasil buangan oleh semua makhluk hidup melalui proses pernafasan. Karbondioksida ini di dalam air dapat berada dalam bentuk CO2 bebas terlarut dan karbonat terikat. CO2 dari udara masuk ke dalam air melalui difusi, hasil fotosintesis tanaman air dan senyawa yang masuk bersama air hujan.
Karbondioksida sangat mudah larut dalam pelarut, termasuk air. Dalam jumlah atau kadar tertentu, karbondioksida ini dapat merupakan racun. Ikan mempunyai naluri yang kuat dalam mendeteksi kadar karbondioksida dan akan berusaha menghindari daerah atau area yang kadar CO2nya tinggi.
Dengan kadar CO2 mencapai lebih dari 10 mg/l sudah bersifat racun bagi ikan karena ikatan atau kelarutan oksigen dalam darah terhambat. Tanda visual pada ikan budidaya yang kadar CO2nya tinggi adalah berkumpulnya ikan dengan kondisi susah bernafas
¢  O2 terlarut
Gas oksigen larut dalam air, tetapi tidak bereaksi dengan air. Keberadaan oksigen dalam air dibanding di udara sangat berbeda, yaitu jauh lebih banyak di udara karena mencapai hampir dua puluh kali. Oleh karena itu, kehidupan di air, termasuk ikan sangat membutuhkan cara atau kreativitas agar kebutuhan oksigen terpenuhi.
Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak membutuhkan oksigen. Sementara ikan labirintisiseperti lele, catfish dan gurame yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara tentunya kadar oksigen dalam air tidak terlalu berpengaruh pada kehidupannya. Secara teori, kadar oksigen terendah agar ikan bisa hidup dengan baik adalah lebih dari 5 mg/l.
II.       Manfaat Air
Dari segi ilmu fisika, air adalah tempat hidup yang menyediakan ruang gerak bagi ikan atau udang. Dari segi ilmu kimia, air berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara, vitamin maupun gas-gas terlarut lainnya. Dari segi biologi, air berperan sebagai sarana yang baik untuk aktifitas biologis dan pembentukan serta penguraian bahan organik
III.     Cara Pengelolaan Kualitas Air
Sebelum menginjak lebih lanjut tentang pengelolaan air, terlebih dahulu diketahui bahwa kenapa air itu perlu diolah?
         Mungkin, anda sudah tahu jawabannya. Ya, benar yaitu untuk mengontrol kualitas air agar terus terjaga.
Jika anda kaji lebih lanjut lagi, anda mungkin bertanya-tanya. Kenapa kualitas air perlu dikontrol? Jawaban yang sesuai dengan pengetahuan penulis bahwa kualitas air perlu dikontrol karena kualitas air perlu terjaga dari parameter kimia, fisika, maupun biologi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi kultivan agar sesuai dengan kehidupannya dialam.
Pengelolaan air sendiri dapat dilakukan 3 sistem yaitu sistem water exchange (pergantian air), resirculation (resirkulasi/ filter berada diluar wadah), dan double bottom filter (filter berada didalam wadah). Ketiga sistem pengelolaan air tersebut memiliki tingkatan hasil yang berbeda terhadap kualitas air, sesuai dengan sesuai hasil yang didapatkan bahwa kualitas air yang didapatkan berturut-turut dari yang baik yaitu double bottom filter, resirculation, & water exchange. Saat ini yang saya ketahui sistem pengelolaan air tersebut merupakan upaya pengontrolan kualitas air terbaik yang ada
  1. sistem water exchange (pergantian air)
Sistem pengelolaan air water exchange merupakan upaya pengontrolan kualitas air yang paling mudah dibandingkan dengan ketiga sistem pengelolaan air diatas, meskipun mendapatkan kualitas air yang rendah dibanding kedua sistem pengelolaan air lainnya.
Water exchange sendiri sering diketahui dengan bahasa "pergantian air", pergantian air dilakukan yaitu upaya untuk menstabilkan kualitas air yang berada dalam wadah. Karena air akan sangat berpengaruh terhadap kultiva, pendapat yang diungkapkan Boyd (1990), bahwa pergantian air berpengaruh terhadap kualitas air media pemeliharaan, terutama oksigen dan akumulasi racun sisa metabolisme. Oksigen yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian aerasi


  1. Resirkulation/Resirkulasi)
Pada budidaya ikan, air dengan cepat menjadi kaya nutrisi karena ikan mencerna makanan mereka dan akhirnya menjadi limbah dalam air. Air limbah biasanya disaring atau dibuang untuk menjaga tangki air (kolam) bebas dari racun. Pada tingkat penebaran ikan yang tinggi air juga dapat menjadi cepat tercemar dan membuat konsentrasi amoniak menjadi tinggi.
Sistem resirkulasi dalam budidaya akuaponik ikan sidat, air limbah budidaya ikan merupakan sumber makanan bagi tanaman untuk tumbuh. Akar tanaman menjadi sebuah filter alami bagi air. Hal ini menciptakan ekosistem mini dimana tanaman dan ikan dapat berkembang secara bersamaan.
Sistem resirkulasi budidaya akuaponik ikan sidat merupakan jawaban ideal bagi pembudidaya ikan untuk memanfaatkan air yang kaya nutrisi dan juga bagi petani tanaman hidroponik yang membutuhkan air yang kaya akan nutrisi. Pemakaian air budidaya ikan lebih efesien, akuaponik menggunakan tanaman dan media tanam dimana media tersebut bekerja untuk membersihkan dan memurnikan air, yang selanjutnya dikembalikan ke kolam ikan.
 Air ini dapat digunakan kembali tanpa batas waktu dan hanya akan perlu diganti bila hilang melalui transpirasi dan penguapan
1)Pengendapan Air





2) Penyaringan Air


  1. Double Bottom Filter
Sistem pergantian air yang ketiga, adalah “Double Bottom Filter” atau bisa dikatan sistem resirkulasi yang ada didalam media. menyatakan bahwa komponen sistem resirkulasi adalah filter mekanik, filter biologi, filter kimia. Salah satu bentuk sistem resirkulasi sederhana ialah double bottom filter.
Filter fisik berguna untuk menyaring kotoran ataupun partikel yang terdapat dalam media budidaya. Filter biologi berfungsi untuk menguraikan amoniak dan nitrogen dengan bantuan nitro bakteri (Nitrosomonas dan Nitrobacter sp), proses ini memerlukan waktu sekitar 10 - 15 hari setelah sistem diisi air dan mulai beroperasi.
         Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak menjadi nitrit dan Nitrobacter sp mengubah nitrit menjadi nitrat yang tidak berbahaya. Menurut Spotte (1970), bahwa filter kimiawi dilakukan oleh zeolit dengan metode pertukaran ion yang terjadi pada permukaan zeolit, yaitu ion bebas yang terdapat dalam air diikat oleh zeolit. Pada sistem double bottom filter, filter fisik, biologi dan kimia dilakukan oleh zeolit dengan bantuan tekanan udara yang masuk dari aerasi.





SUMBER:
https://Cara Mengontrol Kualitas Air Untuk Budidaya Perikanan
http://mas-pir.blogspot.co.id/2014/12/sistem-pengelolaan-air-resirkulasi.html
Rudiyonoperikanan, 2014. PARAMETER KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN. Bagikanrikanankarangmoncol.wordpress.com/2014/11/15/parameter-kualitas-air-untuk-budidaya-ikan/
http://mas-pir.blogspot.co.id/2014/12/sistem-pengelolaan-air-resirkulasi_15.html