I. PENDAHUKAN
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang hampir menyerupai ikan
mas, ikan nilai ini berasal dari Afrika bagian timur di perairan sungai Nil,
danau Tangiya Nigeria. Jenis ikan ini pada awal perkembangan termasuk kedalam
kelompok Tilapia ( Saratharaodon nilaticu ).
Ikan nila masuk kedalam famili Cichilidae dengan ordo percomorphi yang memiliki
tulang belakang.
Selain itu, ikan nila
memiliki bentuk pipih, punggung tinggi, pada bagian badan dan sirip ekor di
temukan garis lurus ( vertikal ) serta juga mempunyai sirip punggung ditemukan
garis lurus memanjang.
II. KLASIFIKASI, MORFOLOGI, HABITAT, SYARAT HIDUP
A. Klasifikasi
Menurut Saanin, 1984
ikan nila ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichyes
Sub Kelas :
Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidae
Famili
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis nilaticus
B. Morfologi
Ikan
nila dapat di morfologikan berdasarkan bentuk fisiologis yaitu memiliki
bentuk tubuh bulat pipih, pungung agak tinggi, badan, sirip ekor dan sirip
punggung terdapat garis lurus memanjang. Ikan ini memiliki lima buah sirip
yaitu sirip punggung, sirip data, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor.
Dengan adanya sirip tersebut sangat membantu pergerakan ikan nila semakin
cepat di perairan air tawar.
Selain
itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah memiliki warna
tubuh hitam dan agak keputihan. Bagian tubuh insang bewarna putih, sedangkan
ikan lokal memiliki warna kekuninang. Sisik ikan nila memiliki ukuran
besar, kasar dan tersusun dengan rapi. Bagian kepala pada ikan ini memiliki
ukuran relatif kecil dibandingkan dengan mulut yang berada pada bagian ujung
kepala serta memiliki mata yang besar.
Ikan peliharaan yang berukuran sedang,
panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm dan kadang ada yang lebih dan ada yang
kurang dari itu. Sirip punggung ( pinnae dorsalis) dengan 16-17
duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (pinnae
analis) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan,
dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan
dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip
dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau
kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.ada garis linea literalis pada
bagian truncus fungsinya adalah untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang
Ikan nila yang masih kecil belum tampak
perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat
badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui
perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan dan
betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin
sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat
lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran
pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih
gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi
kesan kukuh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar.
C. Habitat
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan
segala (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan
sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.
Ikan ini sangat peridi,
mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di
utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya.
Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak
peradaban Mesir purba.
Telur ikan
nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya.
Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya
mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya.
Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam
mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan
dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi,
termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya
yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di
samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan
filet.
Ikan ini menjadi hama di seluruh
sungai-sungai dan danau di Indonesia ketika di tebar ke dalam sungai dan danau
karena ikan ini memakan banyak tumbuhan air dan menggantikian posisi ikan
pribumi indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap ditebar oleh pemerintah di
sungai-sungai dan danau Indonesia tanpa memperhatikan dampaknya.
D. Keunggulan Nila Srikandi
Keunggulan :
·
Toleran
salinitas tinggi, 20-30 ppt, SR+ 80 %
·
Pertumbuhan
cepat, 3 bln size 4
·
Protein
lebih tinggi, 17,06 % > nila lokal
·
Rasa lebih
enak, disukai konsumen
·
Asam lemak
omega 3 & 6 tinggi
·
Dapat
dipolikultur dg vanamei
·
FCR di
tambak rendah : 0,7-1,1 (mengkonsumsi pakan alami di tambak)
E. Syarat Hidup
Beberapa parameter yang
menentukan kualitas air, di antaranya:
·
Suhu
Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh
terhadap metabolisme dan
pertumbuhan organisme serta
memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi
organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. Suhu
optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14-38 °C. Secara alami ikan ini
dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang baik untuk
perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 °C.
·
pH
Nilai pH merupakan
indikator tingkat keasaman perairan . Beberapa faktor yang
memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH yang ditoleransi ikan nila
berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang
optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .
·
Amonia
Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik.
Sumber utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam
bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama
yang banyak mengandung protein,
menghasilkan ammonium (NH4+)
dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka dapat
terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.
·
Oksigen terlarut
Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan,
aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber oksigen
perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang
terdapat di atmosfer sekitar 35%
dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang
optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 5 mg/l.
Kekeruhan air yang disebabkan
oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain
halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton; air yang kaya plankton dapat
berwarna hijau kekuningan dan hijau kecoklatan karena banyak mengandung diatom. Plankton ini baik sebagai makanan ikan
nila, sedangkan plankton biru kurang baik. Tingkat kecerahan air karena
plankton harus dikendalikan
III. CARA BUDIDAYA
ikan nila salin semula dirancang untuk
menggantikan komoditas ikan bandeng dan udang windu. Dua komoditas ini makin
tidak tahan dengan kualitas lingkungan tambak yang memburuk. Akibatnya, banyak
tambak telantar karena budidaya bandeng dan udang tidak lagi memungkinkan.
Menurut Husni, Indonesia memiliki
potensi tambak seluas 1,2 juta hektar. Saat ini luas tambak 680.000 hektar, 50
persennya (340.000 hektar) telantar.
Ketua Perhimpunan Pembudidaya Tambak
Pantura, Jawa Barat, Endi Muchtarudin hadir dalam peluncuran ikan nila salin.
Endi bersama petani tambak lain di Karawang akan menguji coba nila salin,
terutama di tambak-tambak telantar.
Bupati Bantaeng, Provinsi Sulawesi
Selatan, Nurdin Abdullah juga menyatakan siap memproduksi ikan nila salin. Di
Kabupaten Bantaeng akan dibangun pusat pembenihan ikan nila salin.
”Dari sisi pasar, Bantaeng siap menerima
produk ikan nila salin. Saat ini warga Bantaeng mengolah ikan laut untuk
diekspor ke Jepang dan masih kekurangan pasokan bahan baku,” tutur Nurdin.
Ikan nila salin dengan penunjangnya,
yakni vaksin DNA Streptococcus dan pakan protein rekombinan hormon pertumbuhan,
dipersiapkan menjadi komoditas baru tambak-tambak yang kini telantar. Inovasi
ikan nila salin menjadi harapan bagi penciptaan lapangan kerja baru.
Langkah pertama dalam budidaya ikan nila ialah pemilihan induk
ikan yang akan dibiakkan. Sebagai induk dipilih ikan-ikan yang telah cukup
umurnya dan siap memijah. Rasio ideal antara induk jantan dan betina adalah
1:3. Padat penebarannya disesuaikan dengan wadah atau kolam pemeliharaan.
Ikan nila yang dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, pertumbuhannya kurang
pesat.
Hal berikutnya yang perlu
diperhatikan adalah kualitas air kolam pemeliharaan. Kualitas air yang kurang
baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat
A. Memilih Benih
Pemilihan benih ikan nila ini bisa
dikatakan sebagai faktor acuan atau faktor terpenting dari beberapa faktor
lainnya. Karena faktor ini merupakan titik awal yang dapat menentukan keberhasilan
dari budidaya ikan nila ini. Namun, bukan berarti beberapa faktor lain
terbilang tidak penting, semuanya juga penting karena semuanya saling
berkesinambungan dan berhubungan. (Baca juga: Cara
Menanam Kunyit)
Dalam pemilihan benih ikan nila,
sebaiknya Anda memilih benih ikan nila yang berkelamin jantan. Hal ini akan
dapat membuahkan hasil yang maksimal dibandingkan Anda memilih benih ikan nila
yang betina. Kenapa bisa begitu? Hal demikian disebabkan bahwa ikan nilai yang
berkelamin jantan ini 40% lebih cepat dibandingkan ikan nila berkelamin betina
dari segi pertumbuhannya.
Jadi, tidak salah, jika Anda sering
melihat ikan-ikan nila yang besar atau dewasa di beberapa toko ikan ini kebanyakan
ikan nila yang berkelamin jantan. Karena ikan nila jantan pertumbuhannya lebih
cepat dibandingkan dengan ikan nila betina.
Perlu diketahui, bahwa dalam budidaya
ikan nila, akan lebih muda membudidaya ikan nila yang dilakukan dengan
cara monosex alias berkelamin tunggal. Karena cara budidaya
ikan nila dengan cara monosex ini akan meningkatkan
produktivitas jika dibandingkan dengan budidaya cara campuran. Hal ini
disebabkan karena adanya sifat dari ikan nila itu sendiri yang sifatnya mudah
memijah atau mudahnya mereka melakukan perkawinan sendiri. Berbeda halnya
budidaya dengan cara campuran.
Budidaya ikan nila dengan cara campuran
ini bisa membuat energi ikan cepat habis karena lebih sering membutuhkan tenaga
ekstra dalam pemijahan mereka. Dengan adanya energi yang cepat terkuras, maka
hal ini dapat menghambat pertumbuhan dari ikan nila tersebut karena energi
sudah terkuras habis pada masa pemijahan mereka. Sayang-sayang bukan?
Itu sebabnya, mulai banyak para peternak ikan yang mulai menggunakan
metode monosex. Sehingga kebanyakan peternak ikan sekarang,
lebih memilih benih ikan yang monosex dibandingkan benih ikan
nila yang campuran.
B. Persiapann Kolam
· 1) Pengeringan
Hal pertama yang harus Anda lakukan
adalah memulainya dengan mengeringkan dasar kolam. Anda bisa mengeringkan kolam
mini dengan cara dijemur di terik matahari langsung yang bisa dilakukan selama
3 sampai 7 hari.
Namun, pengeringan ini biasanya sesuai
dengan kondisi cuaca pada saat Anda mengeringkan kolam. Jika cuaca sering
hujan, maka Anda membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengeringkan kolam
tanah. Namun, jika pada musim kemarau, Anda hanya membutuhkan waktu yang lebih
singkat daripada musim hujan. Jadi, alangkah baiknya Anda melakukan tahap
pengeringan kola mini pada musim kemarau, agar hasilnya dapat optimal dan
maksimal.
Namun, sebagai acuannya, tanah sudah
cukup kering jika permukaan tanah mulai terlihat retak. Tapi ingat, jangan
sampai tanah mengeras menyerupai batu, maka kolam tanah tersebut tidak bisa
dijadikan kolam. Selain ciri-ciri itu, Anda bisa mencobanya kegemburan tanahnya
dengan menginjak tanah. Ketika Anda menginjak tanah tersebut, maka tanah akan
meninggalkan jejak kaki dengan kedalaman sekitar 1 sampai 2 cm.
· 2).Pembajakan Tanah
Setelah tanah dikeringkan, cangkul atau
bajaklah tanah dengan kedalaman sekitar lebih dari 10 cm. usahakan, jika Anda
menemukan sampah, kerikil, atau kotoran, buang benda-benda tersebut. Selain
itu, Anda juga perlu membersihkan lumpur hitam yang berbau busuk.
· 3) PengapuranTanah
Umumnya, tanah memiliki tingkat keasaman
rendah atau di bawah 6 pH. Lalu? Padahal kan dalam budidaya ikan nila
memerlukan air tawar yang membutuhkan keasaman sekitar 7 sampai 8 pH. Nah, maka
dari itu, Anda perlu menetralkan tanah tersebut dengan melakukan pengapuran
pada tanah. Anda bia menggunakan dolomite atau kapur pertanian untuk melakukan
proses pengapuran pada tanah tersebut.
Nah, dosis pengapuran tanah ini haruslah
seimbang dengan keasaman tanah, agar tidak kelebihan dosis pada tanah. Acuan
takarannya yaitu, jika tingkat keasaman tanah 6 pH, maka yang dibutuhkan adalah
500kg/ha, untuk tanah yang 5 – 6 pH maka diperlukan 500 sampai 1500 kg/ha,
sedangkan untuk tanah yang 4 – 5 pH maka diperlukan 1 sampai 3 ton/ha.
Aduklah kapur secara merata dan usahakan
kapur bisa masuk ke dalam permukaan tanah hingga kedalaman 10 cm. kemudian,
diamkan tanah tersebut 2 sampai 3 hari sampai benar-benar tingkat keasaman
tanah sesuai dengan yang diharapkan. (Baca juga: Cara
Menanam Jahe)
4) Pemupukan
Setelah menjalani proses keasaman tanah,
saatnya Anda melakukan pemupukan pada tanah yang bakal dijadikan kolam. Untuk
melakukan pemupukan kolam, gunakan pupuk organik sebagai pupu dasar atau
landasannya. Anda bisa menggunakan jenis pupuk kandang atau pupuk kompos. Hal
ini dikarenakan bahwa pupuk organik sangat baik untuk kesuburan tanah. Anda
bisa menggunakan pupuk sebanyak 1 sampai 2 ton per hektarnya.
Sebarkan merata pupuk tersebut ke kolam
tanah dan biarkan pupuk tersebut terserap di dalam tanah dengan mendiamkan
selama 1 sampai 2 minggu. Setelah itu, Anda bisa menambahkan pupuk urea
sebanyak 50 sampai 70 kg/ha dan TSP 25 sampai 30 kg/ha. Cukup diamkan pupuk urea
tersebut selama 1 sampai 2 hari.
Perlu diketahui bahwa pemupukan ini
merupakan prosedur yang digunakan untuk memberikan nutrisi bagi tumbuhan renik
dan hewan yang ada di dalam kolam tersebut. Dengan demikian, tumbuhan dan hewan
tersebut dapat dijadikan sebagai pakan alami untuk ikan nila Anda.
· 5) Pengisian Air
Langkah selanjutnya adalah menggenangi
kolam dengan air. Namun, pengairan ini dilakukan bukan sembarangan, yaitu
dilakukan secara bertahap. Pertama-tama, tuangkan air ke dalam kolam tanah,
hingga air mencapai ketinggian 10 sampai 20 cm. diamkan air tersebut selama 3
sampai 5 hari agar tanah yang mengeruh dan menyatu dengan air dapat mengendap
ke dasar kolam.
Tak lupa Anda perlu sinar matahari untuk
kolam Anda agar organisme air seperti gangga contohnya dapat tumbuh dengan
baik. Kemudian, Anda bisa melanjutkan pengisian air ke kolam hingga air
mencapai ketinggian sampai 75 cm. (Baca juga: Cara Menanam Jeruk Nipis)
C. Menebar benih
Jika kolam sudah terisi air hingga
kedalaman 60 sampai 75 cm, maka kolam siap ditebari benih ikan nila yang sudah
disiapkan. Umumnya, per meter persegi kolam itu berisi 15 sampai 20 ekor nila
dengan asumsi per ekornya seberat 10 sampai 20 gram dan bisa dipanen dengan
ukuran seberat 300 gram per ekor.
Namun, perlu diingat, bahwa sebelum
penebaran benih, Anda perlu melakukan adaptasi terhadap benih ikan nila
terlebih dahulu, walaupun ikan nila merupakan jenis ikan yang mudah
beradaptasi. Hal ini diperlukan, agar benih ikan nila dapat terbiasa dengan
kolam yang baru, jadi resiko kematian pada benih ikan nila ini dapat terhindar
dan diminimalisir.
Anda bisa mengadaptasikan benih ikan
nila ini dengan cara memasukan benih ke dalam wadah dengan isi air dari kolam.
Biarkan selama beberapa jam. Lalu, miringkan wadah tersebut, sampai ikan
tersebut keluar dengan sendirinya dan terjun ke kolam yang sudah Anda siapkan
untuk benih ikan nila.
D. Pemberian Pakan
Dalam budidaya ikan nila, pengelolaan
pakan ikan nila sangatlah penting. Perlu diketahui bahwa biaya pakan ini
merupakan biaya paling besar daripada biaya lainnya dalam budidaya ikan nila.
Anda bisa menggunakan pellet dengan
kadar protein sebesar 20 sampai 30 persen pada ikan nila Anda. Umumnya, ikan
nila ini membutuhkan pakan sebanyak 3% dari bobot tubuh setiap harinya. Anda
bisa memberikan pakan pada ikan nila ini pada pagi dan sore hari. Selain itu,
setiap dua minggu sekali ukur berat badan ikan nila dengan menggunakan sampel
satu ekor ikan nila dan Anda bisa menyesuaikan jumlah pakan yang harus
diberikan ke ikan nila Anda.
Begini perhitungannya:
Jika dalam satu kolam terdapat 1500 ekor
nila dengan ukuran 10 – 20 gr/ekor, maka rata-rata ikan >> (10 + 20)/2 =
15 gram/ekor. Sehingga perhitungan pakannya 15 x 1500 x 3% = 675 gram atau 6,75
kg per harinya.
E. Pengendalian hama dan Penyakit
Seperti sudah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya, bahwa ikan nila ini termasuk ke dalam ikan yang tahan banting.
Secara normal, sebenarnya penyakit ikan nila tidak terlalu mengkhawatirkan.
Namun, apa salahnya Anda melakukan cek secara intesif dan missal dalam
mewaspadai resiko penyakit pada ikan nila Anda.
Penyakit yang perlu diwaspadai pada ikan
nila adalah penyakit yang menular karena infeksi seperti pada penularan melalui
air contohnya.
F. Panen
Ikan nila yang sudah saatnya pada masa
panen adalah ikan nila yang beragam sesuai kebutuhan. Ikan nila untuk pasar
domestic berkisar 300 – 500 gram/ekor, sedangkan untuk ikan nila yang
dipelihara sekitar 10 – 20 gram/ekor. Nah, ikan nila yang bisa mencapai 300 –
500 gram ini biasanya membutuhkan waktu hingga 4 sampai 6 bulan lamanya.
Hal ini disebabkan karena adanya pakan ikan nila yang mudah didapatkan
di mana saja. Dengan demikian, budidaya ikan nila ini tidak akan memakan biaya
yang mahal untuk membudidayanya. Berbeda halnya dengan ikan mas atau ikan lele
yang benar-benar membutuhkan protein yang tinggi. Untuk ikan mas atau ikan
lele, protein yang diperlukan ini sekitar 30 sampai 45% kadarnya. Jadi, harga
dari pakan ikan mas atau lele ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan pakan
ikan nila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar