Ikan gurami merupakan ikan asli perairan
Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan
secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae. Ikan gurami adalah salah satu
komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan
permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif
stabil. Gurame
adalah jenis ikan konsumsi bergizi tinggi yang termasuk jenis ikan air tawar
dengan daya tahan tubuh yang tinggi. Gurame atau Osphronemus gouramy memiliki
bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merahsawo dan bagian
perut berwarnakekuningkuningan/ keperak-perakan. Ikan gurame merupakan keluarga
Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Guramme dapat tumbuh baik dengan ketinggian 20-400 m dpl. Gurame mudah
dibudidayakan tetapi didataran tinggi sekitar 800 m dpl ikan gurame cenderung
lambat pertumbuhannya. Ikan gurami dapat memijah sepanjang tahun, walaupun
produktifitasnya lebih tinggi terutama pada musim kemarau. Adapun hal yang
perlu diperhatikan untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak
sarang, panen telur dan kualitas air media pemijahan
II. KLASIFIKASI DAN TAKSONOMI
A. Klasifikasi Ikan Gurami
Klas : Pisces
Sub
Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Sub
Ordo : Anabantoidae
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus goramy (Lacepede)
B. Syarat Tumbuh Ikan Gurami
§
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan
adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus.
Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
§
Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan
kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
§
Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika
lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl.
§
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan
gurame harus bersih dan dasar kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
§
Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan
sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
fisik ikan gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus,
debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan
secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik.
§
Keasaman air (pH) yang baik adalah antara
6,5-8.
§
Suhu air yang baik berkisar antara 25-28
derajat C.
III. UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH IKAN
A. Peningkatan Derajad Pembuahan Telur
Derajad pembuahan telur ikan sangat dipengaruhi oleh perbandingan induk jantan dan induk betina, baik kuantitas maupun kualitasnya. Agar induk dapat menghasilkan telur yang tinggi dan derajad pembuahan juga tinggi, maka diperlukan penanganan dan perawatan induk yang baik.Induk yang baik jika telah mencapai umur > 3 - 7 tahun. Berbeda dengan induk ikan tambakan, Jumlah telur induk ikan gurame tergantung
dari berat indukan betina semakin besar indukan betina semakin banyak
jumlah telur yang tersimpan, perut akan membulat dan relatif
penjang dengan warna badan terang. Sisik-sisiknya usahakan tidak
cacat/hilang dan masih dalam keadaan tersusun rapi. Induk
betina yang cukup umur dan matang kelamin ditandai dengan perutnya akan
membesar ke belakang atau di dekat lubang dubur. Pada lubang anus akan nampak
putih kemerah-merahan. Dan apabila kita coba untuk meraba perutnya akan teras
lembek.
Agar diperoleh produksi yang tinggi, maka telur-telur yang telah dihasilkan induk betina harus dibuahi oleh sperma induk jantan. Derajad pembuahan telur selain dipengaruhi kualitas dan kuantitas induk jantan sehingga jumlah sperma induk jantan yang dihasikan harus memadai dengan jumlah telur yang dikeluarkan induk betina. Untuk memperoleh jumlah sperma yang memadai diperlukan perbandingan induk jantan : betina yang seimbang yaitu 1 :3-4, juga dipengaruhi oleh kauitas air saat pemijahan berlangsung. Induk jantan yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Ikan
jantan mempunyai dasar sirip berwarna terang atau keputih-putihan, mempunyai
dagu yang berwarna kuning, lebih tebal daripada betina dan menjulur. Induk
jantan apabila diletakkan pada lantai atau tanah akan menunjukan reaksinya
dengan cara mengangkat pangkal sirip ekornya ke atas.
B. Peningkatan Daya Tetas Telur
Agar telur-telur yang sudah dibuahi dapat menetas dengan baik, maka perl penetasan telur secara terkontrol. Telur yang ada pada sarang segera diambil dan ditetaskan secara khusus baik di ember, aquarium, hapa dll. Pengambilan sarang yang berisi telur dilakukan secara
berhati-hati dengan cara memegang sisi luar bagian paling bawah sarang dan sebaiknya
sarang tidak diangkat begitu saja, tetapi menggunakan wadah berupa ember atau
baskom yang berisi air dan diberi Metheline Blue dengan perbandingan 5 cc obat untuk 5 liter air.
. Penetasan dapat dilakukan di dalam paso atau baskom maupun di dalam akuarium. Air di dalam baskom atau akuarium diberi aerasi atau supplay oksigen dan setiap hari dilakukan
pengambilan telur-telur yang tidak menetas atau berjamur supaya tidak menular
ke telur yang sehat. Biasanya telur gurami akan menetas setelah 36-41 jam.
C. Peningkatan Survival Rate (SR)
Setelah telur menetas, larva dapat
dipelihara dalam paso atau baskom selama 8-10 hari sampai kuning telur
habis.
Bila penetasan dilakukan di dalam akuarium, pemindahan
larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan di akuarium, penggantian air perlu dilakukan untuk membersihkan air dari
minyak yang dihasilkan saat penetasan. Suhu dipertahankan pada kisaran 29-30
derajat celcius.
Pemindahan larva dari lokasi penetasan ke
lokasi pembesaran / pendederan dapat dilakukan dengan menggunakan baskom atau
ember.
Larva dimasukkan ke dalam ember bersama
air dari tempat penetasan sehingga larva tidak stres. Sebaiknya pemindahan ke
kolam atau tempat pendederan dilakukan pada pagi atau sore hari dimana pebedaan
suhu antara air media penetasan dan air media pendederan atau kolam tidak
begitu mencolok.
Pakan mulai diberikan setelah larva berumur 8-10 hari
atau setelah kuning telur habis. Pakan yang diberikan adalah pakan alami yang
bisa berupa artemia, kutu air berupa daphina atau moina, cacing sutera.
Jenis pakan yang diberikan ini disesuaikan
dengan bukaan mulut larva. Frekuensi pemberian sebanyak 4-5 kali sehari.
Untuk larva yang dipelihara di akuarium, pemberian pakan dapat diberikan sebanyak 2 sendok makan
untuk 1000 ekor larva setiap pemberian. Ketika sudah semakin besar, kepadatan
larva dalam satu akuarium dapat dikurangi.
Larva yang dipelihara dalam akuarium selanjutnya dipelihara hingga menjadi benih yang siap ditebarkan ke
kolam pemeliharaan benih.
Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong
penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke
akuarium. Bila penetasan dilakukan di akuarium, pemindahan larva
tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu
dilakukan untuk membuang minyak bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan
cukup banyak. Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian
air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari
sisa pakan dan “ Faeces “.Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 - 20
ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 sampai dengan 6
hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang
disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada
tingkat suhu 29 - 30 o C, nilai pH 6,5 -
8,0 dan ketinggian air 15 - 20 cm.
Pemeliharaan benih pada pendederan I
sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam. Di akuarium
dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva tetapi perlu dilakukan
penjarangan. Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang
meliputi pengolahan tanah dasar kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan,
pengisian air dan pengkondisian air kolam. Pengolahan tanah dasar
kolam dapat berupa pembajakan, peneplokan dan perbaikan pematang
kolam. Pengeringan dilakukan selama 2 - 5 hari (tergantung cuaca).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar