Minggu, 30 Juni 2019

PEMBENIHAN LELE SECARA ALAMI DAN SEMI INTENSIF




I.             PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang bernilai ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Ikan lele memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adala pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi (Suyanto 2006). Selain itu ikan lele mudah dibudidayakan karena mampu hidup dalam kondisi air yang jelek dengan kadar oksigen yang rendah dan mampu hidup dalam kepadatan yang sangat tinggi. Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup dilumpur atau air yang hanya mengandung sedikit oksigen.

II.           KLASIFIKASI, MORFOLOGI, DAN HABITAT
A.  KlasifikasiKingdom :Animalia
Sub Kingdom              :Metazoa
Filum                           :Chordata
Sub Filum                    :Vertebrata
Kelas                           :Pisces
Sub Kelas                    :Teleostei
Ordo                            :Ostariophysi
Sub Ordo                     :Siluroidea
Famili                          :Clariidae
Genus                          :Clarias
Spesies                        :Clarias gariepinus

A.   Morfologi
Ikan lele berwarnakehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang memanjang pipih ke bawah(depressed), berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang memanjangsebagai alat peraba.Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10,sirip perut V.5-6 dan jumlah sungut sebanyak empat pasang, satu pasang diantaranya lebih panjang dan besar. Sirip dada dilengkapi dengan sepasang duri tajam atau patil yang memiliki panjang mencapai 40 mm terutama pada ikan lele dewasa, sedangkan pada ikan lele yang sudah tua sudah berkurang racunnya.Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku danpanjang kepala adalah 1: 3-4.  Ukuran mata sekitar 1/8 panjang kepalanya.Giginya berbentuk viliform dan menempel pada rahang (Rahardjo dan muniarti,
1984).
B.   Habitat
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Disungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lengkungan hidup ikan lele. Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh karena itu ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya 20o C, pertumbuhannya agak lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik. Lele tidak pernah ditemukan hidup di air payau atau asin (Suyanto, 2004). Ikan lele dapat hidup normal di lingkungan yang memiliki kandungan oksigen terlarut 4 ppm dan air yang ideal mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm, namun pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata air, saluran irigasi ataupun air sumur (Suyanto, 2006).
C.   SYARAT TUMBUH
Ø  Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20o-30o C, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27o C,
Ø  Kandungan oksigen terlarut > 3 ppm,
Ø  pH 6,5-8
Ø   NH3 sebesar 0,05 ppm.
Ø  Ikan lele digolongkan ke dalam kelompok omnivora (pemakan segala) dan mempunyai sifat scavanger yaitu ikan pemakan bangkai.
Ø  Selain pakan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pelet.
Ø  Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam dengan frekuensi 2-3 kali sehari (Khairuman dan Amri, 2002) .
III.          TEKNIK PEMBENIHAN SEMI INTENSIF
A.   Persiapan Induk
Ciri Induk Lele Jantan
        Jika dilihat dari atas, jantan tampak panjang dan ramping
        Bentuk kelamin panjang dan menonjol
        Perut lurus/ramping.
Ciri Induk Lele Betina
        Bentuk kelamin bulat/oval
        Daging pada punggung umumnya lebih tebal
        Perut buncit jika di tekan terasa lembek.
Sedangkan induk Lele Jantan Siap Kawin
        Kelamin menonjol
        Kelamin berwarna kemerahan
Induk Lele Betina Siap Kawin
        Perut buncit dan lembek
        Kelamin bulat dan memerah
B.   Persiapan Wadah
Memijahkan ikan lele dapat dilakukan di kolam tanah, kolam terpal, maupun kolam tembok. Jika dilakukan pada kolam tanah, lumpur harus dibuang kemudian dikeringkan hingga dasar kolam retak-retak. Kemudian kolam tanah diisi dengan air hingga ketinggian 30 cm. Usahakan air baru (bukan air bekas budidaya).
Untuk memudahkan menangkap induk keesokan harinya, pasang waring/hapa. Jadi pemijahan dilakukan di dalam hapa. Hapa dipasang sebelum kolam diisi air. Kakakan dirangkai di dasar hapa. Hapa menyentuh tanah. Kakaban diberi pemberat batu agar berada di dasar saat air penuh.
C.   Persiapan Substract
Kakaban adalah media/substrat telur lele terbuat dari injuk. 1 Induk betina butuh 5 kakaban. Jadi jika memijahkan 2 pasang, butuh setidaknya kakaban sebanyak 10 buah. Sebelum digunakan kakaban sebaiknya dijemur dulu selama 1 hari.
D.   Penebaran Induk
Pilih dan masukanlah indukan lele yang siap pijah sesuai dengan ciri induk siap pijah yang telah dibahas. Berikut ini contoh photo seleksi induk. Lantai diberi alas plastik dan diberi air supaya licin tidak merusak kulit. Pemilihan harus dilakukan di tempat yang teduh. Masukan induk pada sore hari, umumnya pemijahan dapat terjadi pada malam hari, subuh ataupun pagi pagi sekitar pukul 05.30am . Masukan induk dengan hati-hati dan pelan-pelan. Jangan lupa berdoa ya ! Jika pemijahan secara alami maka induk langsung dimasukan setelah seleksi. Jika semi alami induk disuntik hormon terlebih dahulu menggunakan OVAPRIM
E.   Pemijahan Semi Intensif
Berikut tahapan pemijahan semi alami pada ikan lele :
        Seleksi induk yang hanya sudah matang gonad/siap pijah
        Timbanglah induk jantan dan betina
        Catat berat induk betina dan jantan terpisah
        Dosis OVAPRIM 0.3 ml per kg Induk
        Gunakan jarum suntik baru setiap melakukan pemijahan
        Encerkan OVAPRIM dengan aquabides 1:1 atau 1:2
        Tangkap induk yang telah ditimbang, tutup kepala lele dengan kain basah
        Memegang induk lele jangan terlalu kuat, lembut saja karena akan berontak
        Suntikan pada lele pada otot punggung, kedalaman jarum 1,2 cm
        Suntikan dengan sudut 45o
        Masukan campuran ovaprim tadi sesuai dosis pelan pelan
        Cabut jarum secara perlahan sambil menekan titik tusuk jarum.
        Induk yang telah disuntik langsung dimasukan ke dalam hapa pemijahan.
F.   Persiapan Alat Dan Bahan
Cara pengambilan ovaprim :
        Tutup botol berada di bawah (tegak)
        Buka suntikan (jangan sentuh jarum, steril !)
        Masukan jarum
        Sedot secara perlahan sesuai dosis
        Cabut suntikan tusukan kembali ke akuabides
        Ambil sesuai dosis
        Kocok jarum perlahan menyerupai angka 8
G.   Pelaksanaan pemijahan Semi Intensif
Pemijahan Lele secara buatan
Pemijahan secara buatan, banyak dilakukan. Umumnya dipraktekan ketika musim tidak mendukung dan biasa dilakukan jika target benih dalam jumlah besar dan butuh kepastian angka derajat pemijahan. Titik kelemahan metode ini adalah jantan didonorkan dan dibunuh untuk diambil kantong spermanya. Tata cara sebagai berikut
1.       Timbang induk betina.
2.       1 ekor jantan bisa membuahi 2-3 ekor betina pada metode ini, tergantung kualitas kantong sperma (sperma yang bagus, putih dan besar).
3.       Jantan dibedah saat proses pengurutan telur (striping).
4.       Hitung dosis ovaprim yang digunakan untuk betina (dosis 0,3 ml/kg).
5.       Induk betina disuntik ovaprim yang telah diencerkan dengan aquabides.
6.       Dari penyuntikan ke pengeluaran telur jeda nya 8 jam
7.       Jika induk betina akan distriping jam 06.00 pagi, maka betina disuntik pukul 22.00 (jam sepuluh malam).
8.       Setelah induk disuntik, induk betina disimpan di dalam drum yang berisi air pisahkan dengan jantan.
9.       Setelah 8 jam induk betina diurut/striping untuk dikelurakan telurnya
10.     Tampung telur ke mangkok plastik kering dan bersih
11.     Bedah jantan, dengan memotong kepala terlebih dahulu hingga memutus sambungan pangkal tulang belakang. Setelah itu ambil gunting dan bedah kulit perut dari lubang kencing ke arah dada. Buka dan potong kantong sperma dengan hati-hati.
H.   Penetasan Telur
Penetasan telur umumnya bisa terjadi pada kurun waktu 24-36 jam. Telur akan berubah menjadi larva warna nya masih trasnparan seperti kaca dan membawa kuning telur (yolk sack) sebagai cadangan makanan. Selama fase ini tidak perlu diberi makan, jika warna larva sudah menghitam dan berenang mengitari kolam, tandanya anakan lele sudah harus diberi makanan pertama mereka.
I.     Perawatan Larva
ikan baru menetas dan belum bentuk sempurna, pada fase ini larva tidak diberi makan hanya dipastikan air dalam keadaan baik terlindung dari hujan jika memungkinkan. Dari pertama induk bertelur hingga kurang lebih 3-4 hari hingga larva belum berubah menjadi hitam tidak perlu diberi makan.
J.    Pendederan
Pendederan I (selanjutnya disingkat P1) adalah fase pendederan benih dari 0,75 – 1,00cm (larva baru menghitam di atas) hingga benih lele ukuran 1 – 3 cm panennya. Fase ini dilakukan sekitar 14-20 hari.
Pakan pertama mereka biasanya diberikan kuning telur (sudah direbus). 1 Induk betina, larvanya sekali di beri makan bisa sebanyak 4-5 butir. Caranya blender dengan air bersih 3 liter, lalu jus kuning telur di kucurkan di pinggir kolam/terpal. Larva akan terlihat menangkap butiran-butiran kuning telur tadi. Untuk cek serok anakan lele masukan ke gelas berisi air jernih. Anda dapat mengontrolnya, jika dimakan perut akan buncit berwarna kuning telur tadi. Di 1 hari pertama pemberian pakan, bisa 3 kali pemberian jus kuning telur tadi : pagi, siang, dan malam sekitar pukul 18.00 WIB.
Setelah hari kedua (setelah makan pertama), anakan lele selanjutnya diberi makan cingcangan cacing sutra yang telah dibersihkan. Anakan 1 indukan betina awalnya bisa diberikan 1 liter cacing terlebih dahulu. Dicacah dengan pisau hingga halus. Lalu di encerkan dengan air 5 liter dalam ember. Aduk menggunakan cangkir dan kocorkan disetiap pinggir kolam.
Keesokan harinya, lakukan cara yang sama, berikan cacing sebanyak 1 liter. Pemberian pakan dilakukan pagi, siang dan malam hari. Pada hari keempat setelah hari pertama makan, berikan cacing sutra bersih tanpa dicincang. Berikan cacing hidup-hidup di setiap sudut kolam dan tengah antara sudut dengan sudut seperti gambar di bawah ini :
IV.         PENUTUP

Rabu, 26 Juni 2019

PEMBENIHAN IKAN GURAMI

I. PENDAHULUAN
Gurame adalah jenis ikan konsumsi bergizi tinggi yang termasuk jenis ikan air tawar dengan daya tahan tubuh yang tinggi. Gurame ( Osphronemus gouramy ), memiliki bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merahsawo dan bagian perut berwarnakekuningkuningan/ keperak-perakan. Ikan gurame merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Guramme dapat tumbuh baik dengan ketinggian 20-400 m dpl. Gurame mudah dibudidayakan tetapi did dataran tinggi sekitar 800 m dpl ikan gurame cenderung lambat pertumbuhannya.

Usaha budidaya ikan gurami bisa di jalankan menyesuaikan modal. Dari modal kecil hingga yang modal besarpun dapat untuk meningkatkan usaha budidaya ikan gurame ini. Oleh oleh karena itu usaha budidaya ikan gurame ini terbuka untuk siapapun, sehingga ikan ini memiliki prospek yang bagus, selain harga jual yang relatif tinggi, dagung rasanya enak, banyak digemari/disukai konsumen, serta mudah cara pemeliharaannya.

II. KLASIFIKASI, MORFOLOGI, DAN HABITAtT
A. Klasifikasi
Di berbagai Daerah, gurame dikenal dengan berbagai sebutan, di antaranya, gurameh (Jawa), gurame (Sunda, Betawi), kalau, kala, alui (Sumatera). Dalam bahasa Inggris, gurami disebut giant gouramy. Menurut Bleeker yang kemudian disempurnakan oleh Sunier, Weber, dan De Beaufort, klasifikasi gurami sebagai berikut.
Fillum
:
Cordata
Subfillum
:
Vertebrata
Kelas
:
Pisces
Ordo
:
Labirinthici
Sub ordo
:
Anabantidae
Genus
:
Osphronemus
Spesies
:
Osphronemus gouramy Lac
B. Morfologi
ü Bentuk badan oval agak panjang, pipih, dan punggung tinggi
ü Mulut kecil, dengan rahang atas dan bawah tidak rata. Di bagian rahang terdapat gigi-gigi kecil berbentuk kerucut. Deretan gigi sebelah luar lebih besar dibandingkan dengan gigi sebelah dalam. Ikan yang sudah tua memiliki dagu menonjol.
ü Badan berwarna kecoklatan dengan bintik hitam pada sirip dada. Ukuran sisik besar.
ü Pada jari pertama sirip perut terdapat alat peraba berupa benang panjang.
ü Memiliki alat pernapasan tambahan (labirin) yang berfungsi menghirup oksigen langsung dari udara. Alat berupa selaput yang berkelok-kelok dan menonjol ini terdapat di tepi atas insang pertama. Pada labirin terdapat pembuluh kapiler yang memungkinkan gurami untuk mengambil oksigen langsung dari udaha dan menyimpannya.
ü Pada gurame muda, di depan sirip duburnya terdapat bintik hitam yang menandakan bahwa gurami itu masih berusia muda.
ü Pada ikan yang sudah tua, terdapat duri di sirip punggung dan sirip dubur yang ukurannya akan semakin besar
C. Habitat Dan Kebiasan Makan
Gurame dapat tumbuh dan berkembang pada perairan tropis maupun subtropis. Secara geografis, habitat ikan gurame tersebar di berbagai negara. Di alam bebas gurame hidup dan tumbuh di sungai-sungai atau rawa-rawa air tawar yang berada pada ketinggian antara 50-600 di atas permukaan laut. Tidak menutup kemungkinan bahwa gurame dapat hidup di air yang sedikit asin. Namun meskipun memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan, gurame lenih cocok hidup di perairan air tawar.Habitat dan sifat ikan gurame
Gurame termasuk golongan ikan Labyrinthici, sebangsa ikan yang memiliki alat pernapasan insang dan insang tambahan ( Labirin ). Labirin adalah alat pernapasan berupa selaput tambahan yang berbentuk tonjolan pada tepi atas lapisan insang pertama. Pada selaput ini terdapat pembuluh darah kapiler sehingga kemungkinan gurame untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Bentuk tubuh yang pipih dan tinggi (compres)  serta bentuk sirip ekor setengah lingkaran merupakan ciri bahwa gurame ikan penghuni air tenang, dengan dasar perrairan yang tidak terlalu keras dan berlumpur.  Dasar kolam yang keras dapat merusak tubuh gurame ketika menggosok-gosokan tubuhnya, terutama kalau sedang mengalami sedikit stress. Sementara dasar kolam yang berlumpur mudah di aduk-aduk gurame. terutama pada waktu mencari makan yang menyebabkan pernapasan dan pengilahatan nya gurame terganggu. Suhu optimal habitat gurame berkisar 24-38c. Kandungan oksigen berlarut di perairan 3-5 ppm. Sementara derajat ke asaman (pH) berkisar 7-8.
Habitat dan sifat ikan gurame memiliki tingkat kepekaaan yang rendah terhadap senyawa-senyawa beracun di dalam air sangat menguntungkan. Kebanyakan ikan air tawar akan mati pada kadar karbondioksida (CO2) terlarut sebesar 15 ppm. Namun gurame masih mampu bertahan hidup meskipun karbondioksidanya mencapai 100 ppm. Kehidupan gurame juga tidak terganggu dengan adanya bahan beracun di dalam air seperti nitrogen dalam bentuk amoniak (NH3) atau amonium (NH4) maupun sulfida dalam bentuk asam sulfida (H2S).
Gurame juga termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Larva gurame yang masih kecil memakan binatang retnik (retifera, infusoria, moina, daphnia) yang hidup sebagai perifiton (melayang dalam kolam air). Benih gurame lebih menyenangi larva serangga crustaceae, zooplankton, dan cacing sutra.
Setelah besar gurame lebih berkecenderungan memakan de daunan dari tumbuhan air. Pakan dan kebiasaan ikan gurame bisa berubah sesuai dengan keadaan lingkungan hidupnya. Dalam lingkungan yang berbeda, ikan lebih bergantung atau berkolerasi dengan ketersediaan makanan. Pada habitatnya panjang tubuh gurame yang berumur satu tahun mencapai panjang sekitar 15 cm, dua tahun mencapai 25 cm dan pada umur 3 tahun mencapai 30-33 cm. Pertumbuhan gurame akan berlangsung dengan cepat pada umur 3-5tahun.
Pertumbuhan wal gurame jantang lebih lambat di banding dengan pertumbuhan gurame betina,namun pada pertumbuhan selanjutnya, gurame jantan akan lebih panjang dan melebar sehingga bentuk tubuhnya terlihat pipih. Sementara gurame betina akan tumbuh tebal sehingga terlihat gemuk.
Pertumbuhan gurame di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. faktor dalam di antaranya keturunan (genetik), seks, umur, serta parasit dan penyakit. Dalam budidaya faktor keturunan bisa di kontro. Pengontrolan keturunan dapat di lakukan dengan mengadakan seleksi untuk mencari bibit ikan yang baik. Sementara faktor luar yang berpengaruh secara dominan adalah pakan dan suhu perairan. Namun dalam keadaan extrem faktor kimia perairan juga bisa menjadi penentu keberhasilan budidaya gurame dan tentu berlaku untuk semua jenis ikan, hindari bahan kimia secara langsung.
D. Syarat Tumbuh
  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
  2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
  3. Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl.
  4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
  5. Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik. 
  6. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8.
  7. Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C.
III. JENIS JENIS IKAN GURAMI
a. Gurame Soang
Gurame soang ini juga dikenal sebagai gurami jawa barat karena pada awalnya banyak terdapat di Jawa Barat, terutama di Ciamis dan sekitarnya. Gurame jantan memiliki dahi yang lebih menonjol dibandingkan gurami betina. Semakin dewasa, bentuk dahi semakin menonjol ke atas seperti kepala angsa (soang — Sunda). Karena itulah, gurame jenis ini disebut gurame soang.
b. Gurame Jepun
Gurame Jepun dikenal dengan nama gurame jawa tengah atau gurami purwokerto. Ukuran tubuhnya lebih kecil, panjangnya maksimal 45 cm dengan bobot 3,5 – 4 kg. Tubuhnya berwarna hitam dengan sisik kecil-kecil. Produksi telurnya 2.000 – 3.000 butir telur per periode bertelur.
c. Gurame Bastar
Gurame lain yang banyak dikenal oleh petani di Jawa Barat ialah gurame bastar. Gurami bersisik besar ini berwarna agak kehitaman dengan kepala putih. Sosoknya bongsor seperti gurami soang, tetapi kepalanya tidak terlalu nongnong. Laju pertumbuhannya pun cepat. Sayangnya, produksi telurnya hanya 2.000 – 3.000 butir setiap kali memijah.
d. Gurame Bluesafir
Gurame bluesafir ini tubuhnya berwarna merah mudah cerah. Berat maksimum hanya 2 kg/ekor. Sekali memijah, induk betina menghasilkan sekitar 6.000 butir terlur. Gurami ini biasa dijadikan hiasan akuarium.
e. Gurami Paris
Tubuh gurami jenis ini berwarna dasar merah muda cerah mirip gurami bluesafir. Kepalanya berwarna putih dan terdapat bintik atau totol hitam di sekujur tubuhnya. Bobot maksimum hanya 1,5 kg/ekor. Gurame paris mampu menghasilkan sekitar 5.000 butir telur sekali memijah. Jenis ini tergolong tidak produktif untuk dijadikan gurami konsumsi.
f. Gurame Porselen
Tubuhnya berwarna merah muda cerah dengan bagian bawah tubuh putih. Ukuran kepala relatif kecil. Gurame porselen mampu menghasilkan telur sampai 10.000 butir sekali memijah. Gurami ini dicari sebagai benih unggul.
g. Gurame Kapas
Warnanya putih keperakan seperti kapas. Sisiknya kasar dan besar. Bobotnya hanya mencapai 1,5 kg/ekor. Sementara itu, produksi telurnya hanya 3.000 butir sekali memijah.
h. Gurame Batu
Warnanya hitam merata dan sisiknya kasar. Pertumbuhannya termasuk lamban. Pada umur 13 bulan bobot hanya mencapai 0,5 kilogram. Karena itu, gurami ini sangat tidak produktif untuk dibudidayakan sebagai gurame konsumsi.
IV. TEKNIS PEMBENIHAN IKAN GURAMI
A. Persiapan Induk
Induk mencapai umur > 3 - 7 tahun. Berbeda dengan induk ikan tambakan, Jumlah telur induk ikan gurame tergantung dari berat indukan betina semakin besar indukan betina semakin banyak jumlah telur yang tersimpan, perut akan membulat dan relatif penjang dengan warna badan terang. Sisik-sisiknya usahakan tidak cacat/hilang dan masih dalam keadaan tersusun rapi.

Induk betina yang cukup umur dan matang kelamin ditandai dengan perutnya akan membesar ke belakang atau di dekat lubang dubur. Pada lubang anus akan nampak putih kemerah-merahan. Dan apabila kita coba untuk meraba perutnya akan teras lembek.
Ciri-Ciri indukan Gurame
1) Induk betina
Ikan betina mempunyai dasar sirip dada yang gelap atau berwarna kehitaman, warna dagu ikan betina keputih-putihan atau sedikit coklat, jika diletakkan di lantai maka ikan betina tidak menunjukan reaksi apa-apa.

2) Induk jantan
Ikan jantan mempunyai dasar sirip berwarna terang atau keputih-putihan, mempunyai dagu yang berwarna kuning, lebih tebal daripada betina dan menjulur. Induk jantan apabila diletakkan pada lantai atau tanah akan menunjukan reaksinya dengan cara mengangkat pangkal sirip ekornya ke atas.
B. Persiapan Substract
-Siapkan bahan-bahan seperti ijuk, rumput kering, sabut kelapa, 
-siapkan sosok
-buat anjang-anjang dari bambu dan letakkan pada tepaian kolam pemijahan ikan 
-cuci bersih bahan sarang jika perlu di treatmen dan keringkan
-taruh bahan-bahan sarang diatas anjang-anjang
C. Persiapan Kolam 
Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara lain:
a) Kolam penyimpanan induk
Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.
b) Kolam pemijahan
Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung dari sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan
adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur berupa injuk atau ranting-ranting.
c) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
D. Pelaksanaan Pemijahan Ikan
§  Induk yang sudah matang gonad siap untuk ditebarkan di kolam pemijahan. 
§  Kolam pemijahan merupakan kolam khusus yang ukurannya tergantung jumlah induk yang dimiliki, ukuran minimumya 20 m2 dan maksimum dapat mencapai 1000 m2 dengan kedalaman ideal 0,8 m - 1,5 m. 
§  Kolam induk sebaiknya dekat dengan kolam pemijahan sehingga memudahkan proses pemindahan induk ikan. 
§  Padat tebar induk ikan gurami diusahakan 1 ekor induk ikan yang bobotnya 3-5 kg per ekor sebaiknya memiliki areal untuk bergerak bebas seluas 5 m2. 
§  Penebaran induk dilakukan dengan perbandingan 1 ekor jantan yang bobotnya mencapai 3-5 kg dan 3 ekor betina yang bobotnya minimal 3 kg.
§  Proses pemijahan biasanya akan berlangsung yang diawali 1 minggu pertama induk jantan telah memulai membuat sarang, lamanya membuat sarang lebih kurang 6 hari kemudian induk betina yang sudah siap pijah memiliki naluri akan segera berpijah setelah sarangya siap, terjadinya proses pemijahan selama 2-3 hari, induk betina segera mengeluarkan telur-telurnya dan secara bersamaan pula induk jantan menyemprotkan sperma dan terjadi proses pembuahan telur oleh sperma jantan. 
§  Proses perkawinan akan diakhiri apabila jantan telah menutup sarang, dengan ijuk atau sejenisnya. Keberhasilan proses pemijahan dapat diamati pula dengan melihat pemukaan kolam yang ada sarang guraminya terlihat keluar banyak minyak dipermukaan air dan tecium bau amis.
E. Penetasan telur
Penetasan Telur Ikan Gurame
§  Pengambilan sarang yang berisi telur dilakukan secara berhati-hati dengan cara memegang sisi luar bagian paling bawah sarang dan sebaiknya sarang tidak diangkat begitu saja, tetapi menggunakan wadah berupa ember atau baskom yang berisi air dan diberi Metheline Blue dengan perbandingan 5 cc obat untuk 5 liter air.
§  Penetasan dapat dilakukan di dalam paso atau baskom maupun di dalam akuarium. Air di dalam baskom atau akuarium diberi aerasi atau supplay oksigen dan setiap hari dilakukan pengambilan telur-telur yang tidak menetas atau berjamur supaya tidak menular ke telur yang sehat. Biasanya telur gurami akan menetas setelah 36-41 jam.
F. Perawatan Larva
§  Setelah telur menetas, larva dapat dipelihara dalam paso atau baskom selama 8-10 hari sampai kuning telur habis. 
§  Bila penetasan dilakukan di dalam akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan di akuarium, penggantian air perlu dilakukan untuk membersihkan air dari minyak yang dihasilkan saat penetasan. Suhu dipertahankan pada kisaran 29-30 derajat celcius.
§  Pemindahan larva dari lokasi penetasan ke lokasi pembesaran / pendederan dapat dilakukan dengan menggunakan baskom atau ember. 
§  Larva dimasukkan ke dalam ember bersama air dari tempat penetasan sehingga larva tidak stres. Sebaiknya pemindahan ke kolam atau tempat pendederan dilakukan pada pagi atau sore hari dimana pebedaan suhu antara air media penetasan dan air media pendederan atau kolam tidak begitu mencolok.
Pemberian Pakan Ikan Gurame
§  Pakan mulai diberikan setelah larva berumur 8-10 hari atau setelah kuning telur habis. Pakan yang diberikan adalah pakan alami yang bisa berupa artemiakutu air berupa daphina atau moina, cacing sutera. 
§  Jenis pakan yang diberikan ini disesuaikan dengan bukaan mulut larva. Frekuensi pemberian sebanyak 4-5 kali sehari.
§  Untuk larva yang dipelihara di akuarium, pemberian pakan dapat diberikan sebanyak 2 sendok makan untuk 1000 ekor larva setiap pemberian. Ketika sudah semakin besar, kepadatan larva dalam satu akuarium dapat dikurangi.
§   Larva yang dipelihara dalam akuarium selanjutnya dipelihara hingga menjadi benih yang siap ditebarkan ke kolam pemeliharaan benih.
DAFTAR PUSTAKA