I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan
lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang bernilai
ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat nocturnal, yaitu
aktif mencari makan pada malam hari. Ikan lele memiliki berbagai kelebihan,
diantaranya adala pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi
(Suyanto 2006). Selain itu ikan lele mudah dibudidayakan karena mampu hidup
dalam kondisi air yang jelek dengan kadar oksigen yang rendah dan mampu hidup
dalam kepadatan yang sangat tinggi. Ikan lele memiliki
kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborescent,
yaitu
alat yang membuat lele dapat hidup dilumpur atau air yang hanya mengandung
sedikit oksigen.
II.
KLASIFIKASI,
MORFOLOGI, DAN HABITAT
A. KlasifikasiKingdom :Animalia
Sub
Kingdom :Metazoa
Filum :Chordata
Sub
Filum :Vertebrata
Kelas
:Pisces
Sub
Kelas :Teleostei
Ordo
:Ostariophysi
Sub
Ordo :Siluroidea
Famili :Clariidae
Genus :Clarias
Spesies
:Clarias
gariepinus
A.
Morfologi
Ikan lele berwarnakehitaman atau keabuan
memiliki bentuk badan yang memanjang pipih ke bawah(depressed),
berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang memanjangsebagai alat
peraba.Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada
P.9-10,sirip perut V.5-6 dan jumlah sungut sebanyak empat pasang, satu pasang
diantaranya lebih panjang dan besar. Sirip dada dilengkapi dengan sepasang duri
tajam atau patil yang memiliki panjang mencapai 40 mm terutama pada ikan lele
dewasa, sedangkan pada ikan lele yang sudah tua sudah berkurang
racunnya.Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang
baku danpanjang kepala adalah 1: 3-4.
Ukuran mata sekitar 1/8 panjang kepalanya.Giginya berbentuk viliform
dan
menempel pada rahang (Rahardjo dan muniarti,
1984).
B.
Habitat
Habitat
atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Disungai yang
airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk,
telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lengkungan
hidup ikan lele. Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan
ikan ini mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu
ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan
lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh karena itu
ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele hidup dengan
baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi.
Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya 20o C, pertumbuhannya
agak lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter,
pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik. Lele tidak pernah ditemukan hidup di
air payau atau asin (Suyanto, 2004). Ikan lele dapat hidup normal di lingkungan
yang memiliki kandungan oksigen terlarut 4 ppm dan air yang ideal mempunyai
kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm, namun pertumbuhan dan perkembangan ikan
lele akan cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air yang cukup bersih,
seperti sungai, mata air, saluran irigasi ataupun air sumur (Suyanto, 2006).
C.
SYARAT TUMBUH
Ø Kualitas air
yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20o-30o C, akan tetapi
suhu optimalnya adalah 27o
C,
Ø Kandungan oksigen
terlarut > 3 ppm,
Ø pH 6,5-8
Ø NH3 sebesar 0,05 ppm.
Ø Ikan lele digolongkan
ke dalam kelompok omnivora (pemakan segala) dan mempunyai sifat scavanger yaitu
ikan pemakan bangkai.
Ø Selain pakan
alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan
berupa pelet.
Ø Jumlah pakan
yang diberikan sebanyak 3% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di
kolam dengan frekuensi 2-3 kali sehari (Khairuman dan Amri, 2002) .
III.
TEKNIK
PEMBENIHAN SEMI INTENSIF
A. Persiapan Induk
Ciri Induk Lele
Jantan
• Jika dilihat dari atas, jantan tampak
panjang dan ramping
• Bentuk kelamin panjang dan menonjol
• Perut lurus/ramping.
Ciri Induk Lele
Betina
• Bentuk kelamin bulat/oval
• Daging pada punggung umumnya lebih tebal
• Perut buncit jika di tekan terasa
lembek.
Sedangkan induk
Lele Jantan Siap Kawin
• Kelamin menonjol
• Kelamin berwarna kemerahan
Induk Lele Betina
Siap Kawin
• Perut buncit dan lembek
• Kelamin bulat dan memerah
B. Persiapan Wadah
Memijahkan
ikan lele dapat dilakukan di kolam tanah, kolam terpal, maupun kolam tembok.
Jika dilakukan pada kolam tanah, lumpur harus dibuang kemudian dikeringkan
hingga dasar kolam retak-retak. Kemudian kolam tanah diisi dengan air hingga
ketinggian 30 cm. Usahakan air baru (bukan air bekas budidaya).
Untuk
memudahkan menangkap induk keesokan harinya, pasang waring/hapa. Jadi pemijahan
dilakukan di dalam hapa. Hapa dipasang sebelum kolam diisi air. Kakakan dirangkai
di dasar hapa. Hapa menyentuh tanah. Kakaban diberi pemberat batu agar berada
di dasar saat air penuh.
C. Persiapan Substract
Kakaban
adalah media/substrat telur lele terbuat dari injuk. 1 Induk betina butuh 5
kakaban. Jadi jika memijahkan 2 pasang, butuh setidaknya kakaban sebanyak 10
buah. Sebelum digunakan kakaban sebaiknya dijemur dulu selama 1 hari.
D. Penebaran Induk
Pilih dan masukanlah indukan
lele yang siap pijah sesuai dengan ciri induk siap pijah yang telah dibahas.
Berikut ini contoh photo seleksi induk. Lantai diberi alas plastik dan diberi
air supaya licin tidak merusak kulit. Pemilihan harus dilakukan di tempat yang
teduh. Masukan
induk pada sore hari, umumnya pemijahan dapat terjadi pada malam hari, subuh
ataupun pagi pagi sekitar pukul 05.30am . Masukan induk dengan hati-hati dan
pelan-pelan. Jangan lupa berdoa ya ! Jika pemijahan secara alami maka induk
langsung dimasukan setelah seleksi. Jika semi alami induk disuntik hormon
terlebih dahulu menggunakan OVAPRIM
E. Pemijahan Semi Intensif
Berikut tahapan
pemijahan semi alami pada ikan lele :
• Seleksi induk yang hanya sudah matang
gonad/siap pijah
• Timbanglah induk jantan dan betina
• Catat berat induk betina dan jantan
terpisah
• Dosis OVAPRIM 0.3 ml per kg Induk
• Gunakan jarum suntik baru setiap
melakukan pemijahan
• Encerkan OVAPRIM dengan aquabides 1:1
atau 1:2
• Tangkap induk yang telah ditimbang,
tutup kepala lele dengan kain basah
• Memegang induk lele jangan terlalu kuat,
lembut saja karena akan berontak
• Suntikan pada lele pada otot punggung,
kedalaman jarum 1,2 cm
• Suntikan dengan sudut 45o
• Masukan campuran ovaprim tadi sesuai
dosis pelan pelan
• Cabut jarum secara perlahan sambil
menekan titik tusuk jarum.
• Induk yang telah disuntik langsung
dimasukan ke dalam hapa pemijahan.
F. Persiapan Alat Dan Bahan
Cara
pengambilan ovaprim :
• Tutup botol berada di bawah (tegak)
• Buka suntikan (jangan sentuh jarum,
steril !)
• Masukan jarum
• Sedot secara perlahan sesuai dosis
• Cabut suntikan tusukan kembali ke
akuabides
• Ambil sesuai dosis
• Kocok jarum perlahan menyerupai angka 8
G. Pelaksanaan pemijahan Semi
Intensif
Pemijahan
Lele secara buatan
Pemijahan
secara buatan, banyak dilakukan. Umumnya dipraktekan ketika musim tidak
mendukung dan biasa dilakukan jika target benih dalam jumlah besar dan butuh
kepastian angka derajat pemijahan. Titik kelemahan metode ini adalah jantan
didonorkan dan dibunuh untuk diambil kantong spermanya. Tata cara sebagai
berikut
1. Timbang induk betina.
2. 1 ekor jantan bisa membuahi 2-3 ekor
betina pada metode ini, tergantung kualitas kantong sperma (sperma yang bagus,
putih dan besar).
3. Jantan dibedah saat proses pengurutan
telur (striping).
4. Hitung dosis ovaprim yang digunakan untuk
betina (dosis 0,3 ml/kg).
5. Induk betina disuntik ovaprim yang telah
diencerkan dengan aquabides.
6. Dari penyuntikan ke pengeluaran telur
jeda nya 8 jam
7. Jika induk betina akan distriping jam
06.00 pagi, maka betina disuntik pukul 22.00 (jam sepuluh malam).
8. Setelah induk disuntik, induk betina
disimpan di dalam drum yang berisi air pisahkan dengan jantan.
9. Setelah 8 jam induk betina
diurut/striping untuk dikelurakan telurnya
10. Tampung telur ke mangkok plastik kering dan
bersih
11. Bedah jantan, dengan memotong kepala
terlebih dahulu hingga memutus sambungan pangkal tulang belakang. Setelah itu
ambil gunting dan bedah kulit perut dari lubang kencing ke arah dada. Buka dan
potong kantong sperma dengan hati-hati.
H. Penetasan Telur
Penetasan
telur umumnya bisa terjadi pada kurun waktu 24-36 jam. Telur akan berubah
menjadi larva warna nya masih trasnparan seperti kaca dan membawa kuning telur
(yolk sack) sebagai cadangan makanan. Selama fase ini tidak perlu diberi makan,
jika warna larva sudah menghitam dan berenang mengitari kolam, tandanya anakan
lele sudah harus diberi makanan pertama mereka.
I. Perawatan Larva
ikan
baru menetas dan belum bentuk sempurna, pada fase ini larva tidak diberi makan
hanya dipastikan air dalam keadaan baik terlindung dari hujan jika
memungkinkan. Dari pertama induk bertelur hingga kurang lebih 3-4 hari hingga
larva belum berubah menjadi hitam tidak perlu diberi makan.
J. Pendederan
Pendederan
I (selanjutnya disingkat P1) adalah fase pendederan benih dari 0,75 – 1,00cm
(larva baru menghitam di atas) hingga benih lele ukuran 1 – 3 cm panennya. Fase
ini dilakukan sekitar 14-20 hari.
Pakan
pertama mereka biasanya diberikan kuning telur (sudah direbus). 1 Induk betina,
larvanya sekali di beri makan bisa sebanyak 4-5 butir. Caranya blender dengan
air bersih 3 liter, lalu jus kuning telur di kucurkan di pinggir kolam/terpal.
Larva akan terlihat menangkap butiran-butiran kuning telur tadi. Untuk cek
serok anakan lele masukan ke gelas berisi air jernih. Anda dapat mengontrolnya,
jika dimakan perut akan buncit berwarna kuning telur tadi. Di 1 hari pertama
pemberian pakan, bisa 3 kali pemberian jus kuning telur tadi : pagi, siang, dan
malam sekitar pukul 18.00 WIB.
Setelah
hari kedua (setelah makan pertama), anakan lele selanjutnya diberi makan
cingcangan cacing sutra yang telah dibersihkan. Anakan 1 indukan betina awalnya
bisa diberikan 1 liter cacing terlebih dahulu. Dicacah dengan pisau hingga halus.
Lalu di encerkan dengan air 5 liter dalam ember. Aduk menggunakan cangkir dan
kocorkan disetiap pinggir kolam.
Keesokan
harinya, lakukan cara yang sama, berikan cacing sebanyak 1 liter. Pemberian
pakan dilakukan pagi, siang dan malam hari. Pada hari keempat setelah hari
pertama makan, berikan cacing sutra bersih tanpa dicincang. Berikan cacing
hidup-hidup di setiap sudut kolam dan tengah antara sudut dengan sudut seperti
gambar di bawah ini :
IV.
PENUTUP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar