Sabtu, 05 Mei 2018

Biosecurity Pada Budidaya Ikan


Apa Biosecurity ?

Biosekuriti adalah manajemen kesehatan lingkungan yang baik agar risiko munculnya penyakit tidak terjadi. Biosekuriti merupakan praktek manajemen dengan mengurangi potensi transmisi perkembangan organisme seperti virus AI dalam menyerang hewan dan manusia.  Biosekuriti terdiri dari dua elemen penting yaitu bioexclusion dan biocontainment.  Bioexclusion adalah pencegahan terhadap datangnya virus infektif dan biocontainment adalah menjaga supaya virus yang ada tidak keluar atau menyebar (WHO 2008).
Dargatz (2002) menjelaskan bahwa bioexclusion merupakan pencegahan masuknya agen patogen ke dalam populasi hewan dan biocontainmentmerupakan pencegahan agen patogen menyebar di antara hewan, antar area, dan keluar ke area lain.  Baker (2012) menambahkan bahwa terdapat tiga komponen biosekuriti antara lain bioexclusionbiocontainment, dan biomanagementBioexclusion adalah praktik pencegahan masuknya agen penyakit, biocontainment adalah praktik pencegahan menyebarnya agen penyakit antar populasi dan antar area, dan biomanagement adalah praktik keseluruhan untuk mencegah dan mengontrol agen penyakit yang sudah ada.
Menurut Jeffrey (2006), biosekuriti merupakan suatu usaha pencegahan penularan penyakit pada suatu daerah dengan cara menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme. Tujuan biosekuriti adalah untuk mengeluarkan penyakit yang potensial dari suatu kawasan sehingga membantu memelihara kesehatan, kesejahteraan, dan produksi.
Biosekuriti merupakan suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya wabah penyakit melalui pengawasan masuknya agen patogen. Biosekuriti yang dilakukan harus praktis, dapat dilakukan dengan harga yang efektif (Morris  2005). Menurut DEPTAN (2006), biosekuriti diartikan sebagai pengawasan penyakit yang termurah dan paling efektif, sementara Cardona (2005) menambahkan biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit.
Biosekuriti didefinisikan sebagai penerapan kontrol kesehatan dan usaha-usaha untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksius baru ke dalam suatu kawanan ternak (Pinto dan Urcelay 2003). Penerapan biosekuriti penting untuk perlindungan hewan terhadap penyakit serta memenuhi perlindungan nasional terhadap masuknya penyakit eksotik (Boklund et al. 2004).
Terdapat perbedaan antara biosekuriti dan biosafety.  Menurut Blaha (2011), biosafety pada peternakan merupakan pencegahan masuknya agen penyakit atau menularnya penyakit ke hewan ternak atau manusia di peternakan pada mata rantai produksi sementara biosekuriti digunakan dalam skala nasional untuk manajemen kontrol pergerakan hewan dan manusia, monitoring dan pelaporan, dan deteksi dini serta survailans penyakit dan digunakan dalam skala peternakan untuk pencegahan masuknya agen penyakit ke lingkungan peternakan.
Secara umum, ada tiga komponen utama biosekuriti yaitu isolasi hewan, pengontrolan lalu lintas hewan dan sanitasi.  Biosekuriti adalah sistem manajemen yang baik yang melindungi hewan dan manusia terinfeksi organisme dan mikroba dan juga upaya mengisolasi agar penyakit yang sudah ada tidak terinfeksi hewan dan manusia yang belum terinfeksi (Jeffrey 1997).

Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan yang layak bagi kehidupan ayam, mengamankan keadaan produk yang dihasilkan, mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan ayam. Aspek-aspek ini bagi industri peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang dikandangkan, dan dipelihara dalam jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan terhadap ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang lebih sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati, kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.
Isolasi adalah pemisahan hewan dalam satu tempat atau lingkungan terkendali atau dapat diartikan dengan penyediaan pagar pemisah kandang untuk menjaga hewan tidak lepas atau bercampur dengan hewan yang lain, serta mencegah masuknya hewan lain ke dalam lingkungan tersebut.  Pengendalian dan pengawasan diterapkan terhadap lalu lintas ke dan dari pasar, serta di dalam pasar itu sendiri.  Pengendalian lalu lintas juga diterapkan pada burung, hewan lain, manusia, bahan, dan peralatan.  Aspek sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi secara teratur terhadap bahan-bahan dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan dan di dalam peternakan.  Menurut Siahaan (2007), jika penyakit sudah masuk ke suatu kawasan, namun bila biosekuriti dilakukan, maka penyebaran penyakit ke kawasan lain dapat dicegah.
Tujuan




Penerapan Biosecurity

Pada Pra Produksi, berbagai tindakan untuk mencegah masuknya organisme yang Merugikan ke suatu wilayah tertentu meliputi :

Ø  Kegiatan penelitian organisme yang tidak diinginkan dan penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah,
Ø  Penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah
Ø  Dampak yang terjadi
Ø  sarana atau fasilitas apa yang tersedia untuk mengurangi kemungkinan masuknya organisme tersebut kesuatu wilayah
Pengembangan dan pelaksanaan program
Pada Proses Produksi,
Ø  Mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Pada Pasca produksi:
Ø  Berbagai tindakan untuk mendeteksi adanya organisme yang tidak diinginkan pada pasca produksi dan upaya pengendaliannya untuk mengurangi dampak yang merugikan.
Ø  Biosecurity Post-border dilakukan melalui Surveilans untuk memeriksa apakah organisme yang tidak     diinginkan tersebut telah masuk (Deteksi penyakit), meskipun           biosecurity pre-border dan biosecurity border telah       dilaksanakan.
Ø  Reaksi/tindakan terhadap kejadian kasus untuk kemudian memberantas organisme yang tidak diinginkan tersebut apabila dimungkinkan.

Penerapan Biosecurity
Pada Pra Produksi, berbagai tindakan untuk mencegah masuknya organisme yang Merugikan ke suatu wilayah tertentu meliputi :
Ø  Kegiatan penelitian organisme yang tidak diinginkan dan penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah,
Ø  Penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah
Ø  Dampak yang terjadi
Ø  sarana atau fasilitas apa yang tersedia untuk mengurangi kemungkinan masuknya organisme tersebut kesuatu wilayah
Pengembangan dan pelaksanaan program
Pada Proses Produksi,
Ø  Mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Pada Pasca produksi:
Ø  Berbagai tindakan untuk mendeteksi adanya organisme yang tidak diinginkan pada pasca produksi dan upaya pengendaliannya untuk mengurangi dampak yang merugikan.
Ø  Biosecurity Post-border dilakukan melalui Surveilans untuk memeriksa apakah organisme yang tidak     diinginkan tersebut telah masuk (Deteksi penyakit), meskipun           biosecurity pre-border dan biosecurity border telah       dilaksanakan.
Ø  Reaksi/tindakan terhadap kejadian kasus untuk kemudian memberantas organisme yang tidak diinginkan tersebut apabila dimungkinkan.
Prinsip Pennerapan Biosecurity :
Ø  Pembatasan Akses orang, mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Ø  Pembatasan akses/personil ke ruang kerja.
Ø  Desinfeksi roda kendaraan yang masuk.
Ø  Penggantian alas kaki tamu.
Ø  Fasilitas karantina dan isolasi.
Ø  Sterilisasi wadah, alat dan lingkungan kerja.
Ø  Sterilisasi air/media budidaya.
Ø  Skrining calon induk ikan / udang.
Ø  Skrining larva dan benih/benur siap jual.
Ø  Monitoring patogen secara teratur dan berkala.

http://penyuluhanbiosecurityc11.blogspot.co.id/p/blog-page_15.html

BUDIDAYA IKAN NILA “ LARASATI “

I. Pendahuluan
Ikan nila jenis Nila Larasati ini merupakan ikan nila hasil persilangan antara ikan nila dan hitam ikan nila merah. Ikan nila ini mempunyai keunggulan yang cukup bagus dan bermanfaat, yaitu dapat berkembang dengan cepat dan memiliki daging yang lebih banyak bila dibandingkan engan ikan nila lainnya.LARASATI ” (Nila Merah strain Janti) Oleh : Mahmud Efendi, A.Md (Penyuluh Perikanan Parakan) Apabila kita masuk kerumah makan atau pun restoran yang menyediakan masakan ikan kita mendengar ada menu “Kepala Kakap Merah”, ”Kakap Merapi” dan ”Sop Kepala Kakap”. Tidak sedikit kita jumpai di daftar menunya menuliskan gulai kepala ikan kakap merah. Ketika mengkonsumsinya mungkin di benak kita menganggap sedang menyantap “Kepala Kakap Merah” yang berasal dari hasil tangkapan laut. Padahal sebenarnya yang kita makan adalah kepala ikan nila merah. Tapi jangan merasa tertipu, toh harganya pun juga mengikuti harga ikan nila merah, bukan seperti harga ikan kakap.
II. Morfologi Ikan
Sepintas bentuk dan warna Nila Merah (Oreochromis sp.) memang mirip dengan Kakap Merah (Lutjanus sp.), namun sebenarnya kedua jenis ikan tersebut jauh berbeda. Dari segi harga pun nila merah lebih murah dibanding ikan kakap. Memang apabila kita membandingkan harga jual nila merah dengan nila lainnya seperti nila gift dan nila hitam relatif lebih mahal.Warnanya pun cenderung lebih disukai konsumen sehingga membuat banyak orang mensejajarkan Nila Merah dengan Kakap Merah. Dan bisa jadi juga hal tersebut menjadi strategi pemasaran bagi para pedagang untuk lebih mendongkrak harga jual Nila Merah di pasaran. Adapun morfologi ikan nila secara umum adalah :
  • Memiliki bentuk tubuh bulat pipih, pungung agak tinggi
  • Sirip punggung memiliki 16-17 jari-jari tajam dan 11-15 jari-jari lunak
  • sirip dubur memiliki dengan 3 jari-jari keras dan 8-11 jari-jari lunak
  • Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa
  • Sirip ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah
  • Pada sirip ekor ditemukan garis lurus atau Vertikal
  • Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang
  • Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor
  • Sirip ekor berbentuk bulat
  • Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang
III. Klasifikasi Ikan Nila
Kingdom
Sub-Class
: Animalia
: Acanthoptherigii
Ordo
: Percomorphi
Sub-Ordo
: Percoidea
Famili
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus
 IV. Prospek Pasar
Apapun alasannya memang belakangan Nila Merah menjadi semakin populer dalam sepuluh tahun terkhir. Ikan nila merah adalah salah satu ikan komoditas unggulan di sektor perikanan. Keunggulannya hampir sama dengan ikan nila hitam, yaitu mudah dibudidayakan, mudah diproduksi secara masal, mempunyai daging yang tebal, pertumbuhannya cepat, mempunyai respon yang baik terhadap pakan dan relatif lebih tahan terhadap penyakit. Nila merah cenderung lebih menarik dibanding ikan nila lain karena warnanya yang mencolok dan mirip dengan ikan kakap yang merupakan idola dari laut.
IV. Asal usul Nila LARASATI
Sejarah “LARASATI” Keberadaan Nila Merah jenis baru ini sebenarnya bukanlah hal baru didunia perikanan. Nila Merah strain Janti (LARASATI) ini direlease pada tanggal 23 Nopember 2009, di Jawa Tengah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Secara seremonial Larasati direlease oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Bp. Fadel Muhammad melalui SK No. KEP.79/MEN/2009. Nama Larasati diambil dari nama seorang dewi dalam tokoh pewayangan yang merupakan isteri dari Arjuna yang sangat terkenal. Dikatakan strain Janti karena kegiatan pemuliaannya dilakukan di Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti (Satker PBIAT Janti), terletak di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
Satker PBIAT Janti merupakan salah satu dari tiga satuan kerja di bawah Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Muntilan (BPBIAT Muntilan). ( http://satkerpbiatjantiklaten.wordpress.com) lIKAN NILA LARASATI Kegiatan pemuliaan ikan Nila di Satker PBIAT Janti dimulai sejak tahun 2004 setelah Satker PBIAT Janti ditunjuk menjadi Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Regional (PPIINR) melalui SK Dirjen Budidaya No. 6378/DPB-1/PB.110.D1/12/03.
Pada tahap awal dimulai dengan mendatangkan ikan Nila berbagai strain seperti Gift, Nifi, Singapura, Citralada dan Nila Putih. Kemudian pada tahun 2005 dilakukan perkawinan secara inbreeding dan cross breeding untuk mendapatkan gambaran performa benih yang dihasilkan. Pada tahun 2006 diketahui persilangan (cross breeding) antara induk strain Gift (GG) dan pejantan strain Singapura (SS) menghasilkan benih hibrid (GS) terbaik. Pemuliaan induk dilakukan menggunakan metode seleksi individu. Generasi pertama (F1) dihasilkan tahun 2006, generasi kedua (F2) tahun 2007 dan generasi ketiga (F3) tahun 2008. Berbagai uji terhadap benih hibrid (GS) generasi ketiga seperti uji pertumbuhan, multi lokasi, salinitas, dan hama penyakit dilakukan tahun 2008. Benih hibrid (GS) generasi ketiga inilah yang direlease pada tanggal 23 Nopember 2009 dengan nama Larasati.
 Induk Larasati INDUK IKAN NILA JANTAN PANDU Pada tanggal 27 Desember 2012 yang lalu dilakukan pelepasan Induk Ikan Nila Jantan PANDU dan Induk Ikan Nila Betina KUNTI yang merupakan indukan dari LARASATI. Pelepasan Induk Nila PANDU dan KUNTI melalui Kepmen Pelepasan Induk Ikan Nila Jantan PANDU dan Induk Ikan Nila Betina KUNTI (KEPMEN KP No. KEP. 48/MEN/2012). Keputusan Menteri tersebut dikeluarkan dan ditandatangani oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Secara yuridis, induk Pandu dan Kunti telah resmi menjadi milik seluruh masyarakat perikanan Indonesia. Semua ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produksi nila nasional untuk mendukung Industrialisasi Perikanan Budidaya.
Keberadaan Induk Pandu dan Kunti ini sudah bisa digunakan untuk memproduksi benih hibrida Nila Merah Larasati dan telah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia. INDUK BETINA KUNTI Secara Fisik, Induk Ikan Nila Jantan Pandu berwarna bule/kemerahan dan Induk Nila betinanya “Kunti” berwarna kehitaman. Hasil perkawinan kedua jenis Induk Nila tersebut lah yang menghasilkan Nila Merah Strain Janti (LARASATI). Jadi hal ini juga menunjukkan “Fenomena Unik” dimana dari Induk yang bule/kemerahan serta kehitaman bisa menghasilkan Benih Hibrida Nila Merah “Larasati”.
Cara Budidaya Ikan Nila Larasati
1. memilih Benih yang Baik
Ikan nila merah dipilih adalah ikan nila merah, karena cara budidya ikan nila merah adalah jenis ikan nila ini memiliki rasa yang lebih gurih dan tidak memiliki duri halus, sehingga memudahkan konsumen untuk mengkonsumsinya. Sementara secara fisiologi, keunggulan nila merah dibandingkan nila hitam ialah lebih tahan terhadap serangan penyakit, sedangkan jika dilihat dari masa pertumbuhannya tergolong sama.
2. Syarat Tumbuh Yang Baik.
Budidaya ikan nila target 2 bulan panen, Bagaimana Cara Budidaya Ikan Nila – Teknik dan Cara Budidaya 2 Bulan Panen? tidaklah sulit. ikan nila merah mudah berkembang biak dan mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik. Di alam bebas, ikan nila merah banyak ditemukan di perairan air tawar seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Suhu optimal bagi pertumbuhan ikan nila berkisar 25-30oC dengan pH air 7-8.
Semakin hangat cuaca, semakin bagus pertumbuhan nila, terlebih jika dibudidayakan di daerah pesisir pantai karena nila juga mampu hidup di air payau. Yang penting, usahakan suhu air tidak di bawah 24 °C karena pertumbuhan ikan dapat terganggu oleh oksigen terlarut di dalam air yang sedikit.Jadi untuk poin no tiga agar ikan nila optimal pertumbuhannya adalah menjaga suhu optimal antara 25 – 30oC, Berdasarkan pengalaman pribadi dijaga di suhu 26oc. Ikan nila merah termasuk hewan pemakan segala atau omnivora. Makanan alaminya berupa plankton, tumbuhan air dan berbagai hewan air lainnya. Pakan buatan untuk budidaya ikan nila sebaiknya berkadar protein sekitar 35% – 50%. Kelebihan lainnya biaya pakan untuk budidaya ikan nila relatif lebih murah.Teknik Dan Cara Budidaya Ikan Nila, sejak awal kolam ikan nila perlu dilakukan pemupukan kolam untuk merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus. Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Untuk pakan tambahan bisa juga di tambahkan pakan buatan yang berupa pelet dengan ukuran kecil yang bisa di makan oleh bibit ikan tersebut. Jangan lupa di campurkan dengan tepung maggot BSF ke dalam pelet tersebut. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla)
3. Pengendalian Penyakit
ikan nila merupakan ikan yang tahan banting. Pada situasi normal, penyakit ikan nila tidak banyak mengkhawatirkan. Namun bila budidaya ikan nila sudah dilakukan secara intensif dan massal, resiko serangan penyakit harus diwaspadai.Penyebaran penyakit ikan sangat cepat, khususnya untuk jenis penyakit infeksi yang menular. Media penularan biasanya melewati air. Jadi bisa menjangkau satu atau lebih kawasan kolam
4.Pemberian Pakan
  1. Pakan budidaya ikan nila berprotein tinggi dengan biaya murah, Pemberian Pakan Budidaya Ikan Nila, Pengelolaan pakan sangat penting dalam cara budidaya ikan nila. Biaya pakan merupakan komponen biaya paling besar dalam budidaya ikan nila. Berikan pakan berupa pelet dengan kadar protein 30% – 50%. Ikan nila membutuhkan pakan sebanyak 3% dari bobot tubuhnya setiap hari. Pemberian pakan bisa dilakukan pada pagi dan sore hari. Setiap dua minggu sekali, ambil sampel ikan nila secara acak kemudian timbang bobotnya. Lalu sesuaikan jumlah pakan yang harus diberikan.Perhitungan dosis pakan budidaya ikan nila:Dalam satu kolam terdapat 1500 ekor ikan nila berukuran 10-20 gram/ekor.Rata-rata bobot ikan → (10+20)/2 = 15 gram/ekor.Perhitungan pakannya → 15 x 1500 x 3% = 675 gram = 6,75 kg per hari
.5. Panen
Pemanenan ikan nila, Waktu yang diperlukan untuk budidaya ikan nila mulai dari penebaran benih hingga panen mengacu pada kebutuhan pasar. Ukuran ikan nila untuk pasar domestik berkisar 300-500 gram/ekor. Untuk memelihara ikan nila dari ukuran 10-20 gram hingga menjadi 300-500 gram dibutuhkan waktu sekitar 2 bulan.

Selasa, 24 April 2018

Biosecurity Pada Budidaya Ikan


Pendahuluan
Apa Biosecurity? Biosecurty berasal dari kata biosekuritas yang terdiri dari dua kata asing yaitu biosecurity yaitu bio artinya hidup dan security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosecurityadalah sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti yang sederhana kalau untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau agen penyakit jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman.
Biosekuriti adalah manajemen kesehatan lingkungan yang baik agar risiko munculnya penyakit tidak terjadi. Biosekuriti merupakan praktek manajemen dengan mengurangi potensi transmisi perkembangan organisme seperti virus AI dalam menyerang hewan dan manusia.  Biosekuriti terdiri dari dua elemen penting yaitu bioexclusion dan biocontainment.  Bioexclusion adalah pencegahan terhadap datangnya virus infektif dan biocontainment adalah menjaga supaya virus yang ada tidak keluar atau menyebar (WHO 2008).
Dargatz (2002) menjelaskan bahwa bioexclusion merupakan pencegahan masuknya agen patogen ke dalam populasi hewan dan biocontainmentmerupakan pencegahan agen patogen menyebar di antara hewan, antar area, dan keluar ke area lain.  Baker (2012) menambahkan bahwa terdapat tiga komponen biosekuriti antara lain bioexclusionbiocontainment, dan biomanagementBioexclusion adalah praktik pencegahan masuknya agen penyakit, biocontainment adalah praktik pencegahan menyebarnya agen penyakit antar populasi dan antar area, dan biomanagement adalah praktik keseluruhan untuk mencegah dan mengontrol agen penyakit yang sudah ada.
Menurut Jeffrey (2006), biosekuriti merupakan suatu usaha pencegahan penularan penyakit pada suatu daerah dengan cara menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme. Tujuan biosekuriti adalah untuk mengeluarkan penyakit yang potensial dari suatu kawasan sehingga membantu memelihara kesehatan, kesejahteraan, dan produksi.
Biosekuriti merupakan suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya wabah penyakit melalui pengawasan masuknya agen patogen. Biosekuriti yang dilakukan harus praktis, dapat dilakukan dengan harga yang efektif (Morris  2005). Menurut DEPTAN (2006), biosekuriti diartikan sebagai pengawasan penyakit yang termurah dan paling efektif, sementara Cardona (2005) menambahkan biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit.
Biosekuriti didefinisikan sebagai penerapan kontrol kesehatan dan usaha-usaha untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksius baru ke dalam suatu kawanan ternak (Pinto dan Urcelay 2003). Penerapan biosekuriti penting untuk perlindungan hewan terhadap penyakit serta memenuhi perlindungan nasional terhadap masuknya penyakit eksotik (Boklund et al. 2004).
Terdapat perbedaan antara biosekuriti dan biosafety.  Menurut Blaha (2011), biosafety pada peternakan merupakan pencegahan masuknya agen penyakit atau menularnya penyakit ke hewan ternak atau manusia di peternakan pada mata rantai produksi sementara biosekuriti digunakan dalam skala nasional untuk manajemen kontrol pergerakan hewan dan manusia, monitoring dan pelaporan, dan deteksi dini serta survailans penyakit dan digunakan dalam skala peternakan untuk pencegahan masuknya agen penyakit ke lingkungan peternakan.
Aspek Biosecurity
Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan yang layak bagi kehidupan ayam, mengamankan keadaan produk yang dihasilkan, mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan ayam. Aspek-aspek ini bagi industri peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang dikandangkan, dan dipelihara dalam jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan terhadap ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang lebih sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati, kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.
Secara umum, ada tiga komponen utama biosekuriti yaitu isolasi hewan, pengontrolan lalu lintas hewan dan sanitasi.  Biosekuriti adalah sistem manajemen yang baik yang melindungi hewan dan manusia terinfeksi organisme dan mikroba dan juga upaya mengisolasi agar penyakit yang sudah ada tidak terinfeksi hewan dan manusia yang belum terinfeksi (Jeffrey 1997).
Isolasi adalah pemisahan hewan dalam satu tempat atau lingkungan terkendali atau dapat diartikan dengan penyediaan pagar pemisah kandang untuk menjaga hewan tidak lepas atau bercampur dengan hewan yang lain, serta mencegah masuknya hewan lain ke dalam lingkungan tersebut.  Pengendalian dan pengawasan diterapkan terhadap lalu lintas ke dan dari pasar, serta di dalam pasar itu sendiri.  Pengendalian lalu lintas juga diterapkan pada burung, hewan lain, manusia, bahan, dan peralatan.  Aspek sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi secara teratur terhadap bahan-bahan dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan dan di dalam peternakan.  Menurut Siahaan (2007), jika penyakit sudah masuk ke suatu kawasan, namun bila biosekuriti dilakukan, maka penyebaran penyakit ke kawasan lain dapat dicegah.
Tujuan
Mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Penerapan Biosecurity
Pada Pra Produksi, berbagai tindakan untuk mencegah masuknya organisme yang Merugikan ke suatu wilayah tertentu meliputi :
Ø  Kegiatan penelitian organisme yang tidak diinginkan dan penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah,
Ø  Penentuan organisme mana yang mungkin masuk dan terjadi di suatu wilayah
Ø  Dampak yang terjadi
Ø  sarana atau fasilitas apa yang tersedia untuk mengurangi kemungkinan masuknya organisme tersebut kesuatu wilayah
Pengembangan dan pelaksanaan program
Pada Proses Produksi,
Ø  Mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Pada Pasca produksi:
Ø  Berbagai tindakan untuk mendeteksi adanya organisme yang tidak diinginkan pada pasca produksi dan upaya pengendaliannya untuk mengurangi dampak yang merugikan.
Ø  Biosecurity Post-border dilakukan melalui Surveilans untuk memeriksa apakah organisme yang tidak     diinginkan tersebut telah masuk (Deteksi penyakit), meskipun           biosecurity pre-border dan biosecurity border telah       dilaksanakan.
Ø  Reaksi/tindakan terhadap kejadian kasus untuk kemudian memberantas organisme yang tidak diinginkan tersebut apabila dimungkinkan.
Prinsip Pennerapan Biosecurity :
Ø  Pembatasan Akses orang, mencegah masuknya setiap organisme menular ke lokasi budidaya, karena hal ini tidak selalu mungkin, maka tujuan harus dimodifikasi u/ menghilangkan/mengontrol penyakit menular dalam fasilitas/lingkungan budidaya.
Ø  Pemantauan Penyakit
Ø  Pembersihan/desinfeksi antara siklus produksi
Ø  Pencegahan Keamanan Umum
Ø  Pembatasan akses/personil ke ruang kerja.
Ø  Desinfeksi roda kendaraan yang masuk.
Ø  Penggantian alas kaki tamu.
Ø  Fasilitas karantina dan isolasi.
Ø  Sterilisasi wadah, alat dan lingkungan kerja.
Ø  Sterilisasi air/media budidaya.
Ø  Skrining calon induk ikan / udang.
Ø  Skrining larva dan benih/benur siap jual.
Ø  Monitoring patogen secara teratur dan berkala.

http://penyuluhanbiosecurityc11.blogspot.co.id/p/blog-page_15.html

Selasa, 17 April 2018

PEMBENIHAN IKAN GURAMI


PENDAHULUAN
Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina.  Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae. 
Ikan gurami adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil. 
1.     SISTEMATIKA
Filum        : Chordata
Kelas       : Actinopterygii
Ordo        : Perciformes
Subordo     : Belontiidae
Famili       : Osphronemidae
Genus       : Osphronemus
Spesies     : Osphronemus gouramy, Lac.
Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah.  Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba.  Tinggi badan 2,0-2,1 kali dari panjang standar.  Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat.
2.     PEMBENIHAN
a. Seleksi Induk
 Gurami yang akan dijadikan induk berumur kurang lebih 4 tahun dengan berat 2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3 tahun dengan berat 2 – 2,5 kg untuk betina Masa produksi optimal induk betina gurame berlangsung selama 5 – 7 tahun.

Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurame :
a. Induk gurame jantan : dahi menonjol (nonong), dagu tebal (lebih menonjol), perut meruncing, susunan sisik normal (rebah) gerakan lincah.
b. Induk gurame betina : dahi lebih rata (tidak ada tonjolan), dagu tidak menebal, perut membundar, susunan sisik agak terbuka, gerakan agak lamban.
Kriteria kualitatif
a. Warna : badan berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
b. Bentuk tubuh : pipih vertikal.
c. Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.
d. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir
Kriteria kuantitatif
a. Umur : Jantan (24-30 bulan) dan betina (30-36 bulan)
b. Panjang standar : jantan (30-35 cm) dan betina (30-35 cm)
c. Bobot badan : jantan (1,5-2,0 kg)dan betina (2,0-2,5 kg)
d. Fekunditas : 1.500-2.500 butir/kg (betina)
e. Diameter telur : 1,4-1,9 mm (betina)
3. Pemijahan
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/ tanah, baik secara massal maupun berpasangan dengan sistem sekat.
Kolam pemeliharaan induk gurame sekaligus berfungsi untuk kolam pemijahan dengan kepadatan penebaran 1 ekor/m2. Untuk kegiatan pemijahan dapat menggunakan perbandingan induk jantan : betina = 1 : 3-4.
Pakan ikan Gurame yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ± 28% sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/hari.

Untuk memudahkan induk jantan Gurame membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang.   
b. Pemijahan
      Ikan gurami dapat memijah sepanjang tahun, walaupun produktifitasnya lebih tinggi terutama pada musim kemarau. Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air media pemijahan.  Betina dicirikan dari bentuk kepala dan rahang serta adanya bintik hitam pada kelopak sirip.  Induk jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.  Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m2  dengan perbandingan jumlah jantan:betina adalah 1:3-4. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan).  Induk betina dapat memproduksi telur 1 500 sampai dengan 2 500 butir/kg induk.
Sarang diletakkan 1-2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10 -15 cm dari permukaan air. Sarang dipasang mendatar sejajar dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang. 


Tempat bahan sarang diletakkan di permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari bambu atau bahan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga induk ikan mudah mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang.  Pembuatan sarang dapat berlangsung selama 1 sampai dengan 2 minggu bergantung pada kondisi induk dan lingkungannya.
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi/kawat dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi telur ditandai dengan keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan air.
Sarang yang sudah berisi telur diangkat. Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati. Karena mengandung minyak, telur akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena telur yang demikian tidak akan menetas.  Minyak yang timbul dapat dikurangi dengan cara diserap memakai kain.
Kualitas media pemijahan yang baik adalah suhu 25-30 oC, Nilai pH 6,5 - 8,0, laju pergantian air 10-15 % per hari dan ketinggian air kolam  40 - 60 cm.
b.     Penetasan Telur
Padat tebar telur 4 sampai dengan 5 butir/cm2 dengan ketinggian air 15 - 20 cm. Kepadatan dihitung per satuan luas permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang.  Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media penetasan perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar telur tidak teraduk.  Kualitas air media penetasan yang baik adalah suhu 29 - 30 oC, nilai pH 6,7 - 8,6 dan bersumber dari air tanah.  Bila air sumber mengandung karbondioksida tinggi, nilai pH rendah atau mengandung bahan logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama 24 jam. Telur akan menetas setelah 36 - 48 jam.
 c.     Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium.  Bila penetasan dilakukan di akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu dilakukan untuk membuang minyak bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak.  Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa pakan dan “ Faeces “.
Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 - 20 ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 sampai dengan 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29 - 30 o C, nilai pH 6,5 - 8,0 dan ketinggian air 15 - 20 cm.
 d.     Pendederan I, II, III, IV dan V
Pemeliharaan benih pada pendederan I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam.  Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva tetapi perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi pengolahan tanah dasar kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam.  Pengolahan tanah dasar kolam dapat berupa pembajakan, peneplokan dan perbaikan pematang kolam.  Pengeringan dilakukan selama 2-5 hari
Tingkat Pemeliharaan Produksi Ikan Gurami
No
Standar
Satuan
PI
PII
PIII
PIV
PV
1
Padat Tebar
Ekor/M2
100
80
60
45
30
2
Ukuran Benih
Cm
1,00
2,0
4
6
8
3
Pakan
% BB
20
20
10
5
4


Kali/Hari
2
2
3
3
3
4
Waktu Pemeliharaan
Hari
20
30
40
40
40
5
Sintasan
%
60
60
70
80
80
  e.     Penyakit
Bila teridentifikasi ikan terserang parasit pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam  500 - 1000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam. Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian oksitetrasiklin dengan dosis 5 -10 mg/l secara perendaman selama 24 jam.

 SUMBER: