Selasa, 17 April 2018

PEMBENIHAN IKAN GURAMI


PENDAHULUAN
Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina.  Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae. 
Ikan gurami adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil. 
1.     SISTEMATIKA
Filum        : Chordata
Kelas       : Actinopterygii
Ordo        : Perciformes
Subordo     : Belontiidae
Famili       : Osphronemidae
Genus       : Osphronemus
Spesies     : Osphronemus gouramy, Lac.
Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah.  Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba.  Tinggi badan 2,0-2,1 kali dari panjang standar.  Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat.
2.     PEMBENIHAN
a. Seleksi Induk
 Gurami yang akan dijadikan induk berumur kurang lebih 4 tahun dengan berat 2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3 tahun dengan berat 2 – 2,5 kg untuk betina Masa produksi optimal induk betina gurame berlangsung selama 5 – 7 tahun.

Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurame :
a. Induk gurame jantan : dahi menonjol (nonong), dagu tebal (lebih menonjol), perut meruncing, susunan sisik normal (rebah) gerakan lincah.
b. Induk gurame betina : dahi lebih rata (tidak ada tonjolan), dagu tidak menebal, perut membundar, susunan sisik agak terbuka, gerakan agak lamban.
Kriteria kualitatif
a. Warna : badan berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
b. Bentuk tubuh : pipih vertikal.
c. Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.
d. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir
Kriteria kuantitatif
a. Umur : Jantan (24-30 bulan) dan betina (30-36 bulan)
b. Panjang standar : jantan (30-35 cm) dan betina (30-35 cm)
c. Bobot badan : jantan (1,5-2,0 kg)dan betina (2,0-2,5 kg)
d. Fekunditas : 1.500-2.500 butir/kg (betina)
e. Diameter telur : 1,4-1,9 mm (betina)
3. Pemijahan
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/ tanah, baik secara massal maupun berpasangan dengan sistem sekat.
Kolam pemeliharaan induk gurame sekaligus berfungsi untuk kolam pemijahan dengan kepadatan penebaran 1 ekor/m2. Untuk kegiatan pemijahan dapat menggunakan perbandingan induk jantan : betina = 1 : 3-4.
Pakan ikan Gurame yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ± 28% sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/hari.

Untuk memudahkan induk jantan Gurame membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang.   
b. Pemijahan
      Ikan gurami dapat memijah sepanjang tahun, walaupun produktifitasnya lebih tinggi terutama pada musim kemarau. Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air media pemijahan.  Betina dicirikan dari bentuk kepala dan rahang serta adanya bintik hitam pada kelopak sirip.  Induk jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.  Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m2  dengan perbandingan jumlah jantan:betina adalah 1:3-4. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan).  Induk betina dapat memproduksi telur 1 500 sampai dengan 2 500 butir/kg induk.
Sarang diletakkan 1-2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10 -15 cm dari permukaan air. Sarang dipasang mendatar sejajar dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang. 


Tempat bahan sarang diletakkan di permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari bambu atau bahan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga induk ikan mudah mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang.  Pembuatan sarang dapat berlangsung selama 1 sampai dengan 2 minggu bergantung pada kondisi induk dan lingkungannya.
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi/kawat dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi telur ditandai dengan keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan air.
Sarang yang sudah berisi telur diangkat. Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati. Karena mengandung minyak, telur akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena telur yang demikian tidak akan menetas.  Minyak yang timbul dapat dikurangi dengan cara diserap memakai kain.
Kualitas media pemijahan yang baik adalah suhu 25-30 oC, Nilai pH 6,5 - 8,0, laju pergantian air 10-15 % per hari dan ketinggian air kolam  40 - 60 cm.
b.     Penetasan Telur
Padat tebar telur 4 sampai dengan 5 butir/cm2 dengan ketinggian air 15 - 20 cm. Kepadatan dihitung per satuan luas permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang.  Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media penetasan perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar telur tidak teraduk.  Kualitas air media penetasan yang baik adalah suhu 29 - 30 oC, nilai pH 6,7 - 8,6 dan bersumber dari air tanah.  Bila air sumber mengandung karbondioksida tinggi, nilai pH rendah atau mengandung bahan logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama 24 jam. Telur akan menetas setelah 36 - 48 jam.
 c.     Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium.  Bila penetasan dilakukan di akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu dilakukan untuk membuang minyak bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak.  Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa pakan dan “ Faeces “.
Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 - 20 ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 sampai dengan 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29 - 30 o C, nilai pH 6,5 - 8,0 dan ketinggian air 15 - 20 cm.
 d.     Pendederan I, II, III, IV dan V
Pemeliharaan benih pada pendederan I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam.  Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva tetapi perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi pengolahan tanah dasar kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam.  Pengolahan tanah dasar kolam dapat berupa pembajakan, peneplokan dan perbaikan pematang kolam.  Pengeringan dilakukan selama 2-5 hari
Tingkat Pemeliharaan Produksi Ikan Gurami
No
Standar
Satuan
PI
PII
PIII
PIV
PV
1
Padat Tebar
Ekor/M2
100
80
60
45
30
2
Ukuran Benih
Cm
1,00
2,0
4
6
8
3
Pakan
% BB
20
20
10
5
4


Kali/Hari
2
2
3
3
3
4
Waktu Pemeliharaan
Hari
20
30
40
40
40
5
Sintasan
%
60
60
70
80
80
  e.     Penyakit
Bila teridentifikasi ikan terserang parasit pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam  500 - 1000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam. Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian oksitetrasiklin dengan dosis 5 -10 mg/l secara perendaman selama 24 jam.

 SUMBER:

Senin, 16 April 2018

PENGELOLAAN KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN





                                       Hasil gambar untuk tanaman penyaring air






I.         PENDAHULUAN
kualitas air berhubungan erat dengan kandungan bahan terlarut di dalamnya. Tingkat kandungan dari bahan tersebut akan menentukan kelayakannya. Setiap mahluk hidup memerlukan kandungan bahan terlarut yang berbeda, sehingga kualitas airpun bersifat relatif bagi satu mahluk hidup dengan  mahluk hidup yang lain
Sebagai parameter untuk pemeliharaan atau budidaya ikan adalah karakteristik fisik dan kimia air. Karakteristik fisik dan kimia air ini sangat mendasar dan sangat berpengaruh pada ikan. Adapun karakteristik tersebut meliputi keasaman (pH), suhu, kekerasan (dH), salinitas, CO­2 terlarut, O2 terlarut, karakteristik ini menjadi parameter yang menunjukkan keadaan kualitas air yang sesuangguhnya.
¢ Keasaman (pH)
Nilai keasaman (pH) merupakan indikasi atau tanda kalau air bersifat asam, basa (alkali) atau netral. Keasaman sangat menentukan kualitas air karena juga sangat menentukan proses kimiawi dalam air. Hubungan keasaman air dengan kehidupan ikan sangat besar. Titik kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan pada pH basa adalah 11. Ikan air tawar kebanyakan akan hidup baik pada kisaran pH sedikit asam sampai netral, yaitu 6,5 – 7,5. Sementara keasaman air untuk reproduksi atau perkembangbiakan biasanya akan
baik pada pH 6,4-7,0 sesuai jenis ikan. Oleh karena itu, dalam pemeliharaan ikan sebaiknya kondisi air dijaga agar berada pada kisaran nilai tersebut
¢ Suhu
Ikan merupakan hewan berdarah dingin (poikilothermal) sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya, termasuk kekebalan tubuhnya. Suhu luar atau eksternal yang berfluktuasi besar akan berpengaruh pada sistem metabolisme. Konsumsi oksigen dan fisiologi tubuh ikan akan mengalami kerusakan sehingga ikan akan sakit. Suhu yang terlalu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan tubuh) ikan, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan mempercepat ikan terkena
infeksi bakteri. Suhu yang optimal untuk usaha budidaya ikan adalah 220C – 270C
¢ Kekerasan (dH)
Kekerasan (hardness) disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air yang berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion maupun ikatan molekul.  Derajat kekerasan air biasanya dinyatakan dalam odH. Derajat keasaman menggunakan nilai standar yang dinyatakan oleh kadar Ca++ dan Mg++ dalam bentuk CaCO3 atau CaO dan MgO dalam satuan mg/liter. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan ikan akan baik pada kekerasan 3O-10OdH.
¢ Salinitas
Salinitas atau kadar garammerupakan jumlah total material terlarut dalam air. Umumnya salinitas dihitung dengan satuan ppt (part per thousand), yaitu gram material terlarut per liter air.
Berdasarkan salinitas, badan air dapat dibedakan dalam tiga katagori, yaitu air tawar (0-3 ppt), air laut (lebih dari 20 ppt) dan air payau (4-20 ppt).
Pengukuran salinitas dapat dilakukan dengan menggunakan alat salinometer atau refraktometer. Dengan cara meneteskan air ke dalam alat tersebut maka nilai salinitas air yang diteteskan sudah bisa terbaca pada skal alat.
Pengaruh salinitas pada ikan terjadi dalam proses osmoregulasi.
Ikan air tawar tidak toleran dengan salinitas. Akibat perubahan fisiologi osmose sel-sel tubuh maka ikan akan mengalami stress. Toleransi terhadap salinitas oleh ikan dari daerah air payau umumnya tinggi atau lebih lebar dibanding ikan air tawar atau ikan air laut
¢ CO2 terlarut
Gas karbondioksida/asam arang merupakan hasil buangan oleh semua makhluk hidup melalui proses pernafasan. Karbondioksida ini di dalam air dapat berada dalam bentuk CO2 bebas terlarut dan karbonat terikat. CO2 dari udara masuk ke dalam air melalui difusi, hasil fotosintesis tanaman air dan senyawa yang masuk bersama air hujan.
Karbondioksida sangat mudah larut dalam pelarut, termasuk air. Dalam jumlah atau kadar tertentu, karbondioksida ini dapat merupakan racun. Ikan mempunyai naluri yang kuat dalam mendeteksi kadar karbondioksida dan akan berusaha menghindari daerah atau area yang kadar CO2nya tinggi.
Dengan kadar CO2 mencapai lebih dari 10 mg/l sudah bersifat racun bagi ikan karena ikatan atau kelarutan oksigen dalam darah terhambat. Tanda visual pada ikan budidaya yang kadar CO2nya tinggi adalah berkumpulnya ikan dengan kondisi susah bernafas
¢  O2 terlarut
Gas oksigen larut dalam air, tetapi tidak bereaksi dengan air. Keberadaan oksigen dalam air dibanding di udara sangat berbeda, yaitu jauh lebih banyak di udara karena mencapai hampir dua puluh kali. Oleh karena itu, kehidupan di air, termasuk ikan sangat membutuhkan cara atau kreativitas agar kebutuhan oksigen terpenuhi.
Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak membutuhkan oksigen. Sementara ikan labirintisiseperti lele, catfish dan gurame yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara tentunya kadar oksigen dalam air tidak terlalu berpengaruh pada kehidupannya. Secara teori, kadar oksigen terendah agar ikan bisa hidup dengan baik adalah lebih dari 5 mg/l.
II.       Manfaat Air
Dari segi ilmu fisika, air adalah tempat hidup yang menyediakan ruang gerak bagi ikan atau udang. Dari segi ilmu kimia, air berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara, vitamin maupun gas-gas terlarut lainnya. Dari segi biologi, air berperan sebagai sarana yang baik untuk aktifitas biologis dan pembentukan serta penguraian bahan organik
III.     Cara Pengelolaan Kualitas Air
Sebelum menginjak lebih lanjut tentang pengelolaan air, terlebih dahulu diketahui bahwa kenapa air itu perlu diolah?
         Mungkin, anda sudah tahu jawabannya. Ya, benar yaitu untuk mengontrol kualitas air agar terus terjaga.
Jika anda kaji lebih lanjut lagi, anda mungkin bertanya-tanya. Kenapa kualitas air perlu dikontrol? Jawaban yang sesuai dengan pengetahuan penulis bahwa kualitas air perlu dikontrol karena kualitas air perlu terjaga dari parameter kimia, fisika, maupun biologi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi kultivan agar sesuai dengan kehidupannya dialam.
Pengelolaan air sendiri dapat dilakukan 3 sistem yaitu sistem water exchange (pergantian air), resirculation (resirkulasi/ filter berada diluar wadah), dan double bottom filter (filter berada didalam wadah). Ketiga sistem pengelolaan air tersebut memiliki tingkatan hasil yang berbeda terhadap kualitas air, sesuai dengan sesuai hasil yang didapatkan bahwa kualitas air yang didapatkan berturut-turut dari yang baik yaitu double bottom filter, resirculation, & water exchange. Saat ini yang saya ketahui sistem pengelolaan air tersebut merupakan upaya pengontrolan kualitas air terbaik yang ada
  1. sistem water exchange (pergantian air)
Sistem pengelolaan air water exchange merupakan upaya pengontrolan kualitas air yang paling mudah dibandingkan dengan ketiga sistem pengelolaan air diatas, meskipun mendapatkan kualitas air yang rendah dibanding kedua sistem pengelolaan air lainnya.
Water exchange sendiri sering diketahui dengan bahasa "pergantian air", pergantian air dilakukan yaitu upaya untuk menstabilkan kualitas air yang berada dalam wadah. Karena air akan sangat berpengaruh terhadap kultiva, pendapat yang diungkapkan Boyd (1990), bahwa pergantian air berpengaruh terhadap kualitas air media pemeliharaan, terutama oksigen dan akumulasi racun sisa metabolisme. Oksigen yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian aerasi


  1. Resirkulation/Resirkulasi)
Pada budidaya ikan, air dengan cepat menjadi kaya nutrisi karena ikan mencerna makanan mereka dan akhirnya menjadi limbah dalam air. Air limbah biasanya disaring atau dibuang untuk menjaga tangki air (kolam) bebas dari racun. Pada tingkat penebaran ikan yang tinggi air juga dapat menjadi cepat tercemar dan membuat konsentrasi amoniak menjadi tinggi.
Sistem resirkulasi dalam budidaya akuaponik ikan sidat, air limbah budidaya ikan merupakan sumber makanan bagi tanaman untuk tumbuh. Akar tanaman menjadi sebuah filter alami bagi air. Hal ini menciptakan ekosistem mini dimana tanaman dan ikan dapat berkembang secara bersamaan.
Sistem resirkulasi budidaya akuaponik ikan sidat merupakan jawaban ideal bagi pembudidaya ikan untuk memanfaatkan air yang kaya nutrisi dan juga bagi petani tanaman hidroponik yang membutuhkan air yang kaya akan nutrisi. Pemakaian air budidaya ikan lebih efesien, akuaponik menggunakan tanaman dan media tanam dimana media tersebut bekerja untuk membersihkan dan memurnikan air, yang selanjutnya dikembalikan ke kolam ikan.
 Air ini dapat digunakan kembali tanpa batas waktu dan hanya akan perlu diganti bila hilang melalui transpirasi dan penguapan
1)Pengendapan Air





2) Penyaringan Air


  1. Double Bottom Filter
Sistem pergantian air yang ketiga, adalah “Double Bottom Filter” atau bisa dikatan sistem resirkulasi yang ada didalam media. menyatakan bahwa komponen sistem resirkulasi adalah filter mekanik, filter biologi, filter kimia. Salah satu bentuk sistem resirkulasi sederhana ialah double bottom filter.
Filter fisik berguna untuk menyaring kotoran ataupun partikel yang terdapat dalam media budidaya. Filter biologi berfungsi untuk menguraikan amoniak dan nitrogen dengan bantuan nitro bakteri (Nitrosomonas dan Nitrobacter sp), proses ini memerlukan waktu sekitar 10 - 15 hari setelah sistem diisi air dan mulai beroperasi.
         Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak menjadi nitrit dan Nitrobacter sp mengubah nitrit menjadi nitrat yang tidak berbahaya. Menurut Spotte (1970), bahwa filter kimiawi dilakukan oleh zeolit dengan metode pertukaran ion yang terjadi pada permukaan zeolit, yaitu ion bebas yang terdapat dalam air diikat oleh zeolit. Pada sistem double bottom filter, filter fisik, biologi dan kimia dilakukan oleh zeolit dengan bantuan tekanan udara yang masuk dari aerasi.





SUMBER:
https://Cara Mengontrol Kualitas Air Untuk Budidaya Perikanan
http://mas-pir.blogspot.co.id/2014/12/sistem-pengelolaan-air-resirkulasi.html
Rudiyonoperikanan, 2014. PARAMETER KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN. Bagikanrikanankarangmoncol.wordpress.com/2014/11/15/parameter-kualitas-air-untuk-budidaya-ikan/
http://mas-pir.blogspot.co.id/2014/12/sistem-pengelolaan-air-resirkulasi_15.html




 

Jumat, 13 April 2018

Minapadi


I.         PENDAHUUAN
Minapadi adalah usaha memelihara ikan di sawah bersama padi, usaha ini sudah lama dikembangkan pemerintah dalam rangka (1) meningkatkan produktifitas lahan (2) mengurangi resiko kegagalan, akan tetapi karena rumitnya usaha dan pesatnya penggunaan pestisida pada tahun yang lalu sehingga usaha ini belum berkembang sesuai yang diharapkan
II.       KRITERIA SAWAH NTUK MINA PADI
Untuk mengusahakan minapadi pada prinsipnya ada dua kegiatan yaitu bercocok tanam padi dan beternak ikan, untuk itu sawah harus dipersiapkan agar dapat berfungsi kedua-duanya, tempat tumbuhnya padi dan berkembangnya ikan. Persiapan itu antara lain pembuatan pematang sawah, pengolahan tanah, pemupukan, pembuatan caren/kemalir, dan persiapan benih padi ataupun ikan.
sawah yang dapat dipergunakan untuk budidaya ikan adalah sawah yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
(1)   Tanahnya subur, banyak plankon
(2)  Landai/memiliki kemiringan tertentu sehingga memudahkan pengeringan dan pemanenan ikan
(3)  Tekstrur tanah lempung berpasir sehingga mudah dibuat pematang dan tidak mudah longsor serta tanah tidak porous
(4)  Pengairan cukup sepanjang musim dan bukan sawah tadah hujan
III.      PERSIAPAN LAHAN
Sebelum digunakan untuk usaha minapadi, sawah perlu dipersiapkan dengan cermat meliputi : pembuatan pematang, kemalir, dan kubangan serta pengolahan sawah untuk bercocok tanam padi. Tanah diolah menggunakan bajak, kemudian pematang diperbaiki dengan ketinggian  40-60 cm lebar 30-40 cm, kemalir dapat dibuat iagonal, keliling petakan, atau menyudut tergantung selera engan kealaman 60-80 cm, dan lebar 60-80 cm.
Sedangkan kubangan dibuat di dedekat pintu pemasukan dan didekat pintu pengeluaran.
Description: E:\Gb Mna padi 4.png
Gb 1 Tampak samping
Description: E:\gb Gurami\Gb Lokasi Minapadi 2.jpg
Gb 2-3 Lokasi Minapadi Kolam Dalam
IV.       PENEBARAN BENIH
Jenis ikan yang bisa diusahakan di sawah bersama padi adalah jenis-jenis ikan pemakan plankton, dan pemakan segala serta jangan mengusahakan jenis ikan pemakan tumbuhan (herbivora), karena bukan menambah hasil malah mengganggu tanaman utama yaitu padi. Selain itu cara pemeliharaan ikan disawah bisa untuk usaha pendederan ataupun pembesaran
Kriteria benih ikan yang baik antara lain :
(1)   pertumbuhan cepat,
(2)   jenis ikan disukai konsumen,
(3)   nilai ekonomisnya tinggi,
(4)   tahan terhadap perubahan lingkungan
(5)   serta diutamakan jenis ikan yang bukan berwarna cerah untuk menghindari serangan hama (burung)
Setelah persiapan selesai, tanah sudah diolah, caren sudah dibuat, pematang sudah diperbaiki, segera ditanami padi dengan sistem jajar legowo 2 :1 dengan umur bibit 17 hari dan 1-2 batang/rumpun
Benih ikan ditebar pada umur 10-15 HST, yaitu setelah penyiangan pertama dan pemupukan dasar dengan jenis ikan nila, tawes, mas, atau bawal dengan padat tebar 5-10 ekor/m2 ukuran 5-7 cm atau 7-12 cm
Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari
V.         PE,MELIHARAN
Pada saat tanam, pemupukan, dan penyiangan air macak-macak yaitu 3-5 cm diatas permukaan tanah sawah
Pada umur 10-15 HST air ditambah s/d 5-10 cm kemudian benih ikan ditebar
Air dibuat macak-macak pada saat penyiangan dan pemupukan susulan selanjutanya, sedangkan ikan diusahakan masuk kedalam caren, pintu air masuk dan keluar ditutup
agar ikan cepat tumbuh menjadi besar perlu diberi pakan tambahan yaitu pada hari ke-3 setelah ditebar ikan diberi pakan 3-5% pada pagi atau sore hari dengan kadar protein 28032%, kemudian pakan alami ditumbuhkan dengan pemupukan dasar dan susulan dengan kotoran hewan
VI.          PANEN
Ikan dipelihara sesuai dengan umur padi yaitu 10 hari sebelum padi dipanen. Pemeliharaan ikan di sawah ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu untuk endederan benih dan untuk pembesaran, sehingga hasil yang dioerolehpun akan berbeda yaitu benih ukuran lebih besar untuk pendederan dan ikan konsumsi untuk pembesaran.
VII.     ANALISA USAHA

DAFTAR PUSTAKA

Sri Lestari dan Oki Budhi, 2017. Pertanian dan budidaya ikan Mina padi :'Satu hektar lahan bisa dapat omset 120 juta'

INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI:
DINAS PERTANIAN  PANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN PURWOREJO
Jl. Mayjend Sutoyo No,. 29-31 Purworejo