I.
PENDAHULUAN
kualitas air berhubungan erat dengan kandungan bahan terlarut di dalamnya.
Tingkat kandungan dari bahan tersebut akan menentukan kelayakannya. Setiap
mahluk hidup memerlukan kandungan bahan terlarut yang berbeda, sehingga
kualitas airpun bersifat relatif bagi satu mahluk hidup dengan mahluk hidup yang lain
Sebagai
parameter untuk pemeliharaan atau budidaya ikan adalah karakteristik fisik dan
kimia air. Karakteristik fisik dan kimia air ini sangat mendasar dan sangat
berpengaruh pada ikan. Adapun karakteristik tersebut meliputi keasaman (pH),
suhu, kekerasan (dH), salinitas, CO2 terlarut, O2 terlarut,
karakteristik ini menjadi parameter yang menunjukkan keadaan kualitas air yang
sesuangguhnya.
¢ Keasaman (pH)
Nilai keasaman (pH) merupakan indikasi atau tanda kalau air bersifat
asam, basa (alkali) atau netral. Keasaman sangat menentukan kualitas air karena
juga sangat menentukan proses kimiawi dalam air. Hubungan keasaman air dengan
kehidupan ikan sangat besar. Titik kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan pada
pH basa adalah 11. Ikan air tawar kebanyakan akan hidup baik pada kisaran pH
sedikit asam sampai netral, yaitu 6,5 – 7,5. Sementara keasaman air untuk
reproduksi atau perkembangbiakan biasanya akan
baik pada pH 6,4-7,0 sesuai jenis ikan. Oleh karena itu, dalam
pemeliharaan ikan sebaiknya kondisi air dijaga agar berada pada kisaran nilai
tersebut
¢ Suhu
Ikan merupakan hewan berdarah dingin
(poikilothermal) sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu
lingkungannya, termasuk kekebalan tubuhnya. Suhu luar atau eksternal yang
berfluktuasi besar akan berpengaruh pada sistem metabolisme. Konsumsi oksigen
dan fisiologi tubuh ikan akan mengalami kerusakan sehingga ikan akan sakit.
Suhu yang terlalu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan tubuh) ikan,
sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan mempercepat ikan terkena
infeksi bakteri. Suhu yang optimal untuk usaha
budidaya ikan adalah 220C – 270C
¢ Kekerasan (dH)
Kekerasan (hardness) disebabkan oleh banyaknya
mineral dalam air yang berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion
maupun ikatan molekul. Derajat kekerasan
air biasanya dinyatakan dalam odH. Derajat keasaman menggunakan nilai standar
yang dinyatakan oleh kadar Ca++ dan Mg++ dalam bentuk CaCO3 atau CaO dan MgO dalam
satuan mg/liter. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan ikan akan baik pada
kekerasan 3O-10OdH.
¢ Salinitas
Salinitas atau kadar garammerupakan jumlah total
material terlarut dalam air. Umumnya salinitas dihitung dengan satuan ppt (part
per thousand), yaitu gram material terlarut per liter air.
Berdasarkan salinitas, badan air dapat dibedakan
dalam tiga katagori, yaitu air tawar (0-3 ppt), air laut (lebih dari 20 ppt)
dan air payau (4-20 ppt).
Pengukuran salinitas dapat dilakukan dengan
menggunakan alat salinometer atau refraktometer. Dengan cara meneteskan air ke
dalam alat tersebut maka nilai salinitas air yang diteteskan sudah bisa terbaca
pada skal alat.
Pengaruh salinitas pada ikan terjadi dalam proses
osmoregulasi.
Ikan air tawar tidak toleran dengan salinitas.
Akibat perubahan fisiologi osmose sel-sel tubuh maka ikan akan mengalami
stress. Toleransi terhadap salinitas oleh ikan dari daerah air payau umumnya
tinggi atau lebih lebar dibanding ikan air tawar atau ikan air laut
¢ CO2
terlarut
Gas karbondioksida/asam arang merupakan hasil
buangan oleh semua makhluk hidup melalui proses pernafasan. Karbondioksida ini
di dalam air dapat berada dalam bentuk CO2 bebas terlarut dan karbonat terikat.
CO2 dari udara masuk ke dalam air melalui difusi, hasil fotosintesis tanaman
air dan senyawa yang masuk bersama air hujan.
Karbondioksida sangat mudah larut dalam pelarut,
termasuk air. Dalam jumlah atau kadar tertentu, karbondioksida ini dapat
merupakan racun. Ikan mempunyai naluri yang kuat dalam mendeteksi kadar
karbondioksida dan akan berusaha menghindari daerah atau area yang kadar CO2nya
tinggi.
Dengan kadar CO2 mencapai lebih dari 10 mg/l
sudah bersifat racun bagi ikan karena ikatan atau kelarutan oksigen dalam darah
terhambat. Tanda visual pada ikan budidaya yang kadar CO2nya tinggi adalah
berkumpulnya ikan dengan kondisi susah bernafas
¢ O2
terlarut
Gas oksigen larut dalam air, tetapi tidak
bereaksi dengan air. Keberadaan oksigen dalam air dibanding di udara sangat
berbeda, yaitu jauh lebih banyak di udara karena mencapai hampir dua puluh
kali. Oleh karena itu, kehidupan di air, termasuk ikan sangat membutuhkan cara
atau kreativitas agar kebutuhan oksigen terpenuhi.
Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat
berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak
membutuhkan oksigen. Sementara ikan labirintisiseperti lele, catfish dan gurame
yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara tentunya kadar oksigen dalam
air tidak terlalu berpengaruh pada kehidupannya. Secara teori, kadar oksigen
terendah agar ikan bisa hidup dengan baik adalah lebih dari 5 mg/l.
II.
Manfaat Air
Dari segi ilmu fisika, air adalah tempat hidup
yang menyediakan ruang gerak bagi ikan atau udang. Dari segi ilmu kimia, air
berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara, vitamin maupun gas-gas terlarut
lainnya. Dari segi biologi, air berperan sebagai sarana yang baik untuk
aktifitas biologis dan pembentukan serta penguraian bahan organik
III.
Cara
Pengelolaan Kualitas Air
Sebelum
menginjak lebih lanjut tentang pengelolaan air, terlebih dahulu diketahui bahwa
kenapa air itu perlu diolah?
Mungkin, anda sudah tahu jawabannya.
Ya, benar yaitu untuk mengontrol kualitas air agar terus terjaga.
Jika
anda kaji lebih lanjut lagi, anda mungkin bertanya-tanya. Kenapa kualitas air
perlu dikontrol? Jawaban yang sesuai dengan pengetahuan penulis bahwa kualitas
air perlu dikontrol karena kualitas air perlu terjaga dari parameter kimia,
fisika, maupun biologi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi
kultivan agar sesuai dengan kehidupannya dialam.
Pengelolaan
air sendiri dapat dilakukan 3 sistem yaitu sistem water exchange (pergantian air),
resirculation
(resirkulasi/ filter berada diluar wadah), dan double bottom filter (filter
berada didalam wadah). Ketiga sistem pengelolaan air tersebut memiliki
tingkatan hasil yang berbeda
terhadap kualitas air, sesuai dengan
sesuai hasil yang didapatkan bahwa kualitas air yang didapatkan berturut-turut
dari yang baik yaitu double bottom filter, resirculation, & water exchange.
Saat ini yang saya ketahui sistem pengelolaan air tersebut merupakan upaya
pengontrolan kualitas air terbaik yang ada
- sistem water exchange
(pergantian air)
Sistem
pengelolaan air water exchange merupakan upaya pengontrolan kualitas air yang
paling mudah dibandingkan dengan ketiga sistem pengelolaan air diatas, meskipun
mendapatkan kualitas air yang rendah dibanding kedua sistem pengelolaan air
lainnya.
Water
exchange sendiri sering diketahui dengan bahasa "pergantian air",
pergantian air dilakukan yaitu upaya untuk menstabilkan kualitas air yang
berada dalam wadah. Karena air akan sangat berpengaruh terhadap kultiva,
pendapat yang diungkapkan Boyd (1990), bahwa pergantian air berpengaruh
terhadap kualitas air media
pemeliharaan, terutama oksigen dan akumulasi racun sisa metabolisme. Oksigen
yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian
aerasi
- Resirkulation/Resirkulasi)
Pada
budidaya ikan, air dengan cepat menjadi kaya nutrisi karena ikan mencerna
makanan mereka dan akhirnya menjadi limbah dalam air. Air limbah biasanya
disaring atau dibuang untuk menjaga tangki air (kolam) bebas dari racun. Pada
tingkat penebaran ikan yang tinggi air juga dapat menjadi cepat tercemar dan
membuat konsentrasi amoniak menjadi tinggi.
Sistem
resirkulasi dalam budidaya akuaponik ikan sidat, air limbah budidaya ikan
merupakan sumber makanan bagi tanaman untuk tumbuh. Akar tanaman menjadi sebuah
filter alami bagi air. Hal ini menciptakan ekosistem mini dimana tanaman dan
ikan dapat berkembang secara bersamaan.
Sistem
resirkulasi budidaya akuaponik ikan sidat merupakan jawaban ideal bagi
pembudidaya ikan untuk memanfaatkan air yang kaya nutrisi dan juga bagi petani
tanaman hidroponik yang membutuhkan air yang kaya akan nutrisi. Pemakaian air
budidaya ikan lebih efesien, akuaponik menggunakan tanaman dan media tanam
dimana media tersebut bekerja untuk membersihkan dan memurnikan air, yang
selanjutnya dikembalikan ke kolam ikan.
Air ini dapat digunakan kembali tanpa batas
waktu dan hanya akan perlu diganti bila hilang melalui transpirasi dan
penguapan
1)Pengendapan
Air
2)
Penyaringan Air
- Double Bottom Filter
Sistem
pergantian air yang ketiga, adalah “Double Bottom Filter” atau bisa dikatan
sistem resirkulasi yang ada didalam media. menyatakan bahwa komponen
sistem resirkulasi adalah filter mekanik, filter biologi, filter kimia. Salah
satu bentuk sistem resirkulasi sederhana ialah double bottom filter.
Filter
fisik berguna untuk menyaring kotoran ataupun partikel yang terdapat dalam
media budidaya. Filter biologi berfungsi untuk menguraikan amoniak dan nitrogen
dengan bantuan nitro bakteri (Nitrosomonas dan Nitrobacter sp), proses ini
memerlukan waktu sekitar 10 - 15 hari setelah sistem diisi air dan mulai
beroperasi.
Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak
menjadi nitrit dan Nitrobacter sp mengubah nitrit menjadi nitrat yang tidak
berbahaya. Menurut Spotte (1970), bahwa filter kimiawi dilakukan oleh zeolit
dengan metode pertukaran ion yang terjadi pada permukaan zeolit, yaitu ion
bebas yang terdapat dalam air diikat oleh zeolit. Pada sistem double bottom
filter, filter fisik, biologi dan kimia dilakukan oleh zeolit dengan bantuan
tekanan udara yang masuk dari aerasi.
SUMBER:
https://Cara Mengontrol Kualitas Air Untuk
Budidaya Perikanan
http://mas-pir.blogspot.co.id/2014/12/sistem-pengelolaan-air-resirkulasi.html
Rudiyonoperikanan, 2014. PARAMETER KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN. Bagikanrikanankarangmoncol.wordpress.com/2014/11/15/parameter-kualitas-air-untuk-budidaya-ikan/
http://mas-pir.blogspot.co.id/2014/12/sistem-pengelolaan-air-resirkulasi_15.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar