I.PENDAHULUAN
Dalam
beternak lele, hama merupakan gangguan yang bersumber dari organisme besar baik
yang sifatnya predator, penggangu dan pesaing. Hama ikan lele yang bersifat
predator adalah musang, linsang, dan ular. Di daerah perkotaan kucing pun
kadangkala menjadi hama yang perlu di waspadai. Selain itu, ada juga katak yang
merupakan predator bagi benih lele yang masih kecil.
Hama
yang dikategorikan pengganggu adalah belut, terutama untuk yang beternak lele
di kolam tanah. Binatang ini seringkali membuat lubang di pematang sehingga
kolam bocor. Hama yang dikategorikan pesaing adalah Ikan gabus atau mujair,
karena ikan ini bisa berkembang biak dalam kolam melalui saluran masuk atau
keluar air.
Penanggulangan dari serangan hama bisa
dilakukan dengan berbagai hal seperti memagari pinggiran kolam, menyaring jalan
masuk dan keluar air, sampai menutup kolam dengan paranet. Apabila kita
beternak lele secara intensif, biasanya gangguan hama jarang terjadi karena
kolam relatif terawasi terus menerus
Penyakit ikan lele hampir sama dengan
penyakit yang ditemui pada ikan tawar lainnya. Penyakit yang biasa menyerang
terdiri dari penyakit infeksi yang disebabkan jamur, protozoa, bakteri dan
virus. Berikut beberapa penyakit ikan lele yang disebabkan oleh infeksi
II. JENIS JENIS HAMA
Hama ikan adalah semua makhluk hidup (hewan)
baik yang berukuran tubuh lebih kecil, sama ataupun lebih besar dari tubuh ikan
yang keberadaannya tidak diinginkan karena mampu menimbulkan gangguan pada
ikan. Dengan kata lain hama ikan adalah semua makhluk hidup yang dapat
memangsa, mengganggu ataupun menjadi pesaing hidup dalam suatu habitat ikan.
Secara umum, berdasarkan sifat hidupnya hama pada ikan dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu predator, kompetitor dan pengganggu.
.A.Predator
Predator adalah hama ikan yang bersifat
memangsa atau sebagai pemangsa ikan. Umumnya predator adalah binatang karnivora
(pemakan daging) yang memburu dan menyantap ikan sebagai targetnya. Predator
tidak selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya, ada juga
predator yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa. Biasanya predator yang
ukuran tubuhnya lebih kecil dari mangsa memiliki senjata khusus yang mematikan,
misalnya bisa atau racun. Predator dengan ukuran tubuh lebih besar dari mangsa
biasanya memangsa ikan dalam jumlah banyak dan dilakukan berkali-kali. Predator
ini biasanya menetap di kolam ikan dan lingkungan sekitar kolam, dan ada juga
yang sengaja datang dari jauh untuk mencari makan.
Jenis-jenis predator ikan bermacam-macam,
yaitu dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat,
serangga atau insekta air. Contoh jenis ikan yang dapat menjadi predator adalah
ikan tagih (Mystus nemurus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates
calcalifer), ikan bulan-bulan (Megalops cyprinides), belut dan ikan gabus.
Predator ikan lainnya adalah linsang, ular, kura-kura, labi-labi, biawak,
burung bangau, burung kuntul, burung blekok, burung ibis, burung raja udang,
anjing dan katak.
Sedangkan predator dari golongan
serangga/insekta air umumnya ditemukan di kolam pembenihan ikan. Predator jenis
ini menyerang dan memangsa larva dan benih ikan. Karakteristik predator benih
ikan bermacam-macam, ada yang langsung memangsa, membunuh kemudian memangsa
bangkai ikan setelah beberapa waktu dan ada juga predator yang hanya menghisap
cairan tubuh benih ikan.
B..Kompetitor
Kompetitor adalah hewan atau organisme
yang sama-sama berada dalam satu habitat ikan dimana keberadaannya tidak
diinginkan karena menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen
maupun ruang gerak ikan. Kompetitor dapat berupa ikan maupun jenis hewan lain
yang berada dalam suatu areal habitat ikan. Contoh kompetitor yang sering
menimbulkan persaingan memperoleh makanan adalah ikan mujair. Keberadaan ikan
ini dalam suatu habitat ikan budidaya cukup berbahaya, ikan mujair dikenal
sangat rakus dan mudah berkembang biak sehingga populasinya cepat meningkat.
Oleh karena itu keberadaan ikan mujair dapat menimbulkan persaingan dalam mendapatkan
makanan, oksigen maupun ruang gerak. Jenis hama kompetitor lainnya yaitu yuyu
(Saesarma spp.), kepiting (Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong dan
sebagainya. Keberadaan hewan kompetitor tersebut menyebabkan pertumbuhan ikan
yang dibudidayakan terganggu, seprti lambatnya pertumbuhan dan bahkan
menimbulkan kematian.
III. JENIS JENIS PENYAKIT LELE
penyakit ikan adalah suatu gejala
fisiologis ikan yang disebabkan oleh suatu parasit atau faktor lingkungan yang
tidak sesuai. Munculnya penyakit pada ikan selain dipengaruhi kondisi ikan yang
lemah juga cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut.
Beberapa faktor ynag menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan antara lain
sebagai berikut :
a. Adanya serangan organisme parasit
b. Lingkungan yang tercemar (ammonia,
sulfide atau bahan-bahan kimia beracun)
c. Lingkungan dengan fluktuasi suhu, pH,
salinitas, dan kekeruhan yang besar
d. Pakan yang tidak sesuai atau gizi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
e. Kondisi tubuh ikan yang lemah karena
faktor genetic (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).
Penyakit ikan terjadi jika ikan (inang),
hidup dalam lingkungan perairan yang kurang sesuai untuk kehidupan ikan, tetapi
mendukung patogen untuk memperbanyak diri atau berkembang biak. Ini akan
menyebabkan perubahan secara patofisiologi pada organ-organ tubuh ikan.
Timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak
serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit.
Interaksi yang tidak serasi ini telah
menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang
dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Jika
pertahanan tubuh inang lemah dan patogen yang terdapat dalam tubuh inang
banyak, tetapi lingkungan tetap sesuai dan mendukung untuk meningkatkan
ketahanan tubuh inang maka penyakit tidak akan muncul karena patogen tidak
dapat berkembang biak
Hubungan antara parasit, ikan (inang)
dan faktor lingkungan terhadap terjadinya penyakit pelu diketahui agar dapat
melakukan upaya pengendalian.
1.
Ikan
Ikan merupakan sasaran atau inang dari
penyakit. Ikan sehat memiliki kemampuan mempertahankan diri dari serangan
berbagai penyakit dengan adanya mekanisme pertahanan diri. Kemampuan ikan
mempertahankan diri dari serangan penyakit tergantung pada kesehatan ikan dan
lingkungan. Jika kesehatan ikan menurun atau kondisi lingkungan kurang
menunjang, maka ikan akan mengalami stres, sehingga menurunkan kemampuannya
mempertahankan diri dari serangan penyakit
2. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini air, merupakan
media paling vital bagi kehidupan ikan. Stressor (faktor lingkungan) dalam
sistem budidaya ikan meliputi stressor 1) fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan
air) 2) kimiawi (pH, NH3, NO2, CO2, buangan metabolik, logam berat), 3)
biologis (padat tebar, keberadaan hama) dan 4) prosedural budidaya (penebaran,
sampling, pergantian air, pergantian wadah, pemanenan). Ikan yang mengalami
stres akan mengalami rangkaian perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi
yang disebut general adaptive syndrome (GAS). Selain jumlahnya, kualitas air
yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
3. Parasit
Penyakit ikan yang disebabkan oleh
organisme parasit umumnya menimbulkan kerugian cukup besar. Karakteristik
khusus yang terdapat pada penyakit ikan yang menyebabkan infeksi adalah
kemampuan untuk menularkan penyakit (transmisi) dari satu ikan ke ikan yang
lain secara langsung dimana organisme parasit sering menyebabkan infeksi
sekunder. Tubuh ikan dapat terluka karena gesekan dengan benda keras atau
berhasil meloloskan diri dari serangan hama. Tetapi jika terlambat
mengobatinya, tubuh ikan yang luka akan mengalami infeksi sekunder yang
disebabkan oleh serangan organisme parasit.
B. Pengelompokan Jenis-jenis Penyakit pada Ikan
Penyakit ikan dapat didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau
struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun
tidak lansung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu
saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi
lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad
pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu
merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan
jasad/ organisme penyakit.
Secara garis besar, jenis-jenis penyakit
pada ikan dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai berikut ;
1. Penyakit
Parasiter/Infektif (Infectious disease)
Adalah penyakit yang disebabkan oleh
aktivitas organisme parasit. Organisme yang sering menyerang ikan peliharaan
antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik.
Bakteri dan virus akan menyebabkan infeksi pada ikan budidaya, sementara yang
disebabkan oleh parasit akan mengakibatkan investasi pada ikan budidaya.
1) Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan
Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan
polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan
untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron.
Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap,
kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air.
Pengendalian: memelihara lingkungan
perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air.
Pengobatan: melalui makanan antara lain:
(1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/ hari, diberikan selama 7–10 hari
berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
2) Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium
fortoitum).
Gejala: tubuh ikan berwarna gelap, perut
bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi
berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di
sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian: memperbaiki kualitas air
dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur
dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
3) Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada
jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.
Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang
halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang
daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur,
maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Pengendalian: benih gelondongan dan ikan
dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan
telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm
selama 15 menit.
4) Penyakit Bintik Putih dan
Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata,
bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda,
disebut Ichthyophthirius multifilis.
Gejala: (1) ikan yang diserang sangat
lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna
putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh
pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian: air harus dijaga kualitas
dan kuantitasnya.
Pengobatan: dengan cara perendaman ikan
yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan
Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air
yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
5) Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan
Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing
Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.
Gejala: insang yang dirusak menjadi
luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.
Pengendalian: (1) direndam Formalin 250
cc/m3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3)
mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01%
selama ± 30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5) dapat
juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.
6) Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing
berwarna merah kecoklatan.
Gejala: pertumbuhannya lambat, karena
darah terhisap oleh parasit, sehingga
menyebabkan anemia/kurang darah.
Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan
larutan Diterex 0,5 ppm.
2. Penyakit
Non Parasiter/Non Infektif (Non Infectious disease)
Adalah penyakit yang disebabkan bukan
oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi
tiga berdasarkan faktor penyebabnya yaitu sebagai berikut ;
a).
Faktor lingkungan
Penyakit non parasiter yang disebabkan
oleh faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan, antara lain
pH air terlalu tinggi/rendah, kandungan oksigen terlarut terlalu tinggi/rendah,
perubahan temperatur air secara tiba-tiba, adanya gas beracun hasil penguraian
bahan organik (gas metan, ammonia atau asam belerang), adanya polusi dari
pestisida (insektisida atau herbisida), limbah industri atau limbah rumah
tangga.
b).
Faktor pakan/nutrisi
Salah satu penyakit non parasiter akibat
pakan adalah kelaparan. Kelaparan merupakan kekurangan nutrisi yang bersifat
absolut. Kelaparan pada ikan menunjukkan gejala seperti anemia dan hambatan
pertumbuhan. Contoh lainnya adalah penyakit yang disebabkan karena kualitas
pakan yang diberikan kurang baik (malnutrition) antara lain karena kekurangan
vitamin, gizinya rendah, bahan pakan yang digunakan telah busuk atau mengandung
racun.
c).
Faktor genetik/turunan
Penyakit yang disebabkan oleh turunan,
misalnya bentuk fisik dan kelainan- kelainan tubuh yang sudah ada sejak lahir,
seperti tubuh bengkok, larva ikan yang cacat, sisik tidak lengkap atau sirip
melengkung. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh
keturunan, dimana faktor keturunan sangat berpengaruh langsung terhadap
penampilan fisik ikan. Untuk mencegahnya harus dilakukan seleksi induk yang
ketat pada saat melakukan breeding. Variasi genetika ini juga dapat menyebabkan
terjadinya kanibalisme, tutup insang yang tidak dapat menutup sempurna, ikan
menjadi kerdil dan cacat.
IV. CARA MENANGGUANGI HAMA DAN PENYAKIT
LELE
A.
UPAYA
PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terutama ditujukan untuk mencegah masuknya wabah penyakit
kedalam tempat budidaya ikan, atau mencegah meluasnya wilayah yang
terkena serangan penyakit dalam upaya mengurangi kerugian produksi akibat
timbulnya wabah penyakit.
Beberapa
tindakan upaya pencegahan antara lain melalui sanitasi kolam, alat-alat, ikan
yang akan dipelihara serta lingkungan tempat budidaya.
a.
Sanitasi kolam
Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan, pemjemuran dan pengapuran
dengan kapur tohor atau kapur pertanian sebanyak 50-100 gram/m2 yang
ditebar secara merata dipermukaan tanah dasar kolam dan sekeliling pematang
kolam. Setelah dikapur biarkan dalam keadaan kering selama 3-5 hari, baru
kemudian kolam dipupuk dan diairi. Bahan lain yang bisa digunakan untuk
sanitasi kolam diantaranya kalium permanganat (PK) yang ditebarkan pada kolam
yang telah diairi sebanyak 10-20 gram/m3 air dan dibiarkan selama
2 jam, baru kemudian dimasukan air baru dan ditebari ikan setelah kondisi air
normal kembali.
b.
Sanitasi perlengkapan dan peralatan.
Perlengkapan
dan peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaaan suci hama, dengan cara
merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selam 30-60 menit. Pengunjung
dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan memegang dan atau mencelupkan bagian
tubuh kedalam media air pemeliharaan sebelum disuci hamakan.
c.
Sanitasi Ikan tebaran
Lele
dumbo yang akan ditebarkan sebaiknya selalu diperiksa dahulu. Bila menunjukan
gejala kelainan atau sakit maka lele tersebut harus dikarantinakan terlebih
dahulu untuk diobati. Namun lele dumbo yang akan ditebar dan dianggap sehat
pun, sebelum ditebar sebaiknya direndam dahulu dalam larutan PK dengan dosisi
20 gr/m3 air, atau dalam larutan methylin blue 20 ppm, atau dengan formalin
1cc/10 liter air, masing – masing selama 10 -15 menit. Bila sanitasi ikan
tebaran akan menggunakan obat-obatan alami dapat dilakukan dengan cara merendam
lele dumbo yang akan di tebar dalam ektrak cair sambiloto dengan dosis 25 ppm,
atau dalam ektrak cair rimpang kunyit dengan dosis 15 ppm atau dapat juga
menggunkan ektrak cair daun dewa dengan dosis 25 ppm, perendaman masing masing
selama 30 -60 menit.
d.
Menjaga lingkungan tempat budidaya
Upaya perlindungan gangguan dari penyakit lele dumbo adalah dengan menjaga
kondisi lingkungan atau kondisi ekologis perairan dengan cara setiap kolam /bak
pemeliharaan lele dumbo diusahakan mendapat air yang baru dan masih segar,
telah melalui sistem filtrasi dan diusahakan agar bahan- bahan organik seperti
sampah yag memungkinkan masuk kedalam kolam sedapat mungkin dihindari
B.
PENGOBATAN/PENGENDALIAN
PENYAKIT
NO
|
JENIS
PBENYAKIT
|
PENGOBATAN/PEMBERANTASN
|
ALAMI
|
KIMIA
|
1
|
Tricodina/
cyclochaeta
|
1.
Perendaman dalam 20 gr serbuk sambiloto dalam 100 liter air bersih
selama 12 jam. Sebanyak 3 kali berturut – turut selama 3 hari.
|
1.
Dimandikan dalam larutan garam dapur (NaCl) 2.5 % atau 2.5 gr Na CL dalam 100
ml Air bersih sebanyak 3 kali berturut – turut selama 3 hari
|
|
|
2.
Perendaman dalam ramuan, buah mahkota dewa 20 gram, Rempang kunyit 30 gram
dan daun miana 25 gram. Semua bahan direbus dalam 1 liter air sampai tersisa
500 cc. Air rebusan dicampur 100 liter air bersih untuk peren daman selama 24
jam. Pengobatan dilakkan 3 kali berturut-turut.
|
2.
Perendaman dengan formalin konsentrasi 25 mg/l atau 2,5 gr formalin dalam 100
liter air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit ditempat yang teduh.
Pengobatan diulangi 2 -3 kali dalam jangka waktu 2-3 hari.
|
2
|
Bintik
Putih (white spot)
|
1. Perendaman
dengan serbuk kunyit 50 gram dalam air 100 liter, dengan suhu air 28-30oC
selama 24 jam. Pengobatan dilakukan 3 kali berturut-turut.
|
1.Perendaman
dalam larutan metil biru 0.1 gr dalam 100 ml air bersih Masukan ikan yang
sakit dan biarkan selama 24 jam
|
|
|
2.
Perendaman dalam ramuan segar daun dewa 30 gram, daun sambiloto 25 gram, buah
mahkota dewa 30 gram dan daun jarak ulung 25 gram. Semua bahan direjang
kecil-kecil, direbus dalam air 1 liter sampai tersisa 500 cc. Air rebusan
dicampur 100 liter air bersih dengan suhu 28-30oC. Untuk
perendaman selama 24 jam. Pengobtan dilaku kan 3 kali berturut-turut.
|
2.
Perendaman dalam larutan chinine tripaflavin dan vinanol, dosis nya 10 ppm (
10 mg/l air ) selama tiga hari berturut turut. menit.
|
3
|
Aeromonas
(Bercak merah)
|
1.
Perendaman dalam ekstrak cair lengkuas 25 ppm selama 24 jam. Perendaman
dilakukan berulang-ulang sampai ikan sembuh.
|
1.
Perendaman dalam nitrofuran 5-10 ppm selama 12-24 jam.
|
|
|
2.
Perendaman dalam irisan buah mahkota dewa segar sebanyak 40 gram dalam air
100 liter selama 24. jam. Pengobatan dilakukan berulang-ulang.
|
2.Perendaman
dalam PK 10 – 20 ppm selama 30-60 menit atau 3-5 ppm selama 12-24 jam
|
|
|
3.
Ramuan serbuk daun dewa 15 gram, serbuk daun sambiloto 20 gr dan serbuk daun
jalak ulung 15 gram dicampur dalam setiap kilogram makanan.
Diberikan selama 1-2 minggu sebanyak 3% biomas/hari.
|
3.Perendaman
dengan oxytetra cyclin 5 ppm selama 24 jam, imequyl 5 ppm selama 24 jam,
bytril 5-8 ml/m3 selama waktu tak terbatas.
|
4
|
Phyto-parasites/
jamur
|
Telur
yang akan ditetaskan direndam terlebih dahulu dalam ekstrak cair sambiloto
sebanyak 25 gram, atau ekstrak cair daun miana sebanyak 25 gram dalam air 100
liter selama 60 menit.
|
Telur
yang akan ditetaskan sebaiknya direndam dahulu dlm larutan malachite green
0.15 ppm selama 30 -60 menit. Larutan tersebut dapat dibuat dari 150 mg
malachyte green dicampur kedalam 1000 l air bersih
|
|
|
2.
Untuk lele berukuran besar dapat diobati dengan olesan obat oles/krim daun
dewa, atau krim sambiloto. Sebelum dioles, terlebih dahulu jamur dicabut atau
dipotong dari tubuh ikan.
|
3.Olesan
bisa dilakukan pada ikan berukuran besar dengan obat merah 2 % yang
diencerkan 10 kali ( 1 bagian obat dicampur dengan 9 bagian air )
|
DAFTAR
PUSTAKA
Prihartono
Eko, Juansyah R, dan Usni Arie, Mengatasi Permasalahan Budidaya
Lele dumbo. Penebar swadaya, cet 3, Jakarta 2001.
Susanto,
H. Ikan Lele. Kanisius Yogyakarta
Sudewo,
Bambang. Tanaman Obat Populer, Agro Media Pustaka, Jakarta. 2004.
Syambas
M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lele Dumbo Sehat Produksi
Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan,
Bogor.